Gencatan Senjata Hamas dan Israel, Tengok Dampak Perang ke Ekonomi Gaza

Bank Dunia menyoroti banyaknya korban jiwa, pengungsian yang meluas yang mempengaruhi sekitar 1,9 juta orang, dan kerusakan besar-besaran pada infrastruktur di Gaza.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Jan 2025, 13:40 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2025, 13:40 WIB
Dukung Kesepakatan Gencatan Senjata, Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS Turun ke Jalan
Kesepakatan ini menyusul gencatan senjata awal selama enam minggu dengan penarikan bertahap pasukan Israel dari Jalur Gaza. (CHARLY TRIBALLEAU/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Hamas dan Israel telah mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina yang mencakup pembebasan sandera. Kesepakatan ini menyusun gencatan senjata awal selama enam minggu dengan penarikan bertahap pasukan Israel dari Jalur Gaza.

Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan dalam konferensi pers di Doha bahwa gencatan senjata akan mulai berlaku pada Minggu, 19 Januari mendatang.

Jika berhasil, gencatan senjata akan menghentikan pertempuran yang telah merusak sebagian besar wilayah Jalur Gaza yang sangat padat penduduk dan memaksa sebagian besar penduduk asli wilayah kantong ini, yang sebelumnya berjumlah 2,3 juta orang, untuk mengungsi.

Kesepakatan gencatan senjata juga dapat mengurangi ketegangan di sejumlah negara Timur Tengah, di mana perang telah memicu konflik di Tepi Barat yang diduduki Israel, di Lebanon, Suriah, Yaman, dan Irak, serta meningkatkan kekhawatiran akan perang besar-besaran antara Israel dan Iran.

Konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah terus memberikan dampak berat pada perekonomian Palestina, mendorong negara tersebut ke dalam krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Bank Dunia menyoroti banyaknya korban jiwa, pengungsian yang meluas yang mempengaruhi sekitar 1,9 juta orang, dan kerusakan besar-besaran pada infrastruktur di Gaza.

“Kemerosotan ekonomi yang dipicu oleh konflik tersebut tidak tertandingi baru-baru ini. PDB riil telah anjlok, dengan Tepi Barat mengalami kontraksi 23 persen pada paruh pertama 2024, dan Gaza mengalami penurunan 86 persen pada periode yang sama,” ungkap Bank Dunia, dikutip dari laman resmi PBB, Jumat (17/1/2025).

Untuk tahun 2024, Bank Dunia memperkirakan penurunan PDB riil hingga 26 persen di wilayah Palestina.

Semua sektor telah terkena dampak yang parah, dengan konstruksi, manufaktur, jasa, dan perdagangan mengalami penurunan yang paling signifikan.

“Konflik tersebut juga telah mengganggu pasar tenaga kerja, yang menyebabkan lonjakan pengangguran, khususnya di Gaza, di mana lebih dari 4 dari 5 orang saat ini mengalami pengangguran,” Bank Dunia mencatat.

 

 

Peningkatan Risiko Kredit

Dukung Kesepakatan Gencatan Senjata, Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS Turun ke Jalan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maupun Komite Palang Merah Internasional mengatakan mereka sedang mempersiapkan untuk meningkatkan operasi bantuan secara besar-besaran. (CHARLY TRIBALLEAU/AFP)... Selengkapnya

Namun Bank Dunia melihat, sektor keuangan Palestina tetap tangguh, meskipun konflik memperburuk tantangan yang ada.

“Sementara sektor perbankan tetap bermodal besar, sektor ini menghadapi peningkatan risiko kerugian kredit, penurunan laba, dan tantangan operasional praktis, khususnya di Gaza,” ungkap Bank Dunia.

Negara itu juga dihadapi krisis uang tunai, terutama di Jalur Gaza. Kondisi ini berdampak pada pengiriman bantuan, pengiriman uang, ketahanan pangan, dan akses ke layanan dasar.

“Secara keseluruhan, eksposur sistem perbankan terhadap sektor publik juga meningkat, yang memperkuat risiko sektor keuangan yang mendasarinya,” ungkap Bank Dunia.

 

Lonjakan Inflasi

Adapun inflasi di Gaza yang terus meningkat, dengan indeks harga konsumen (IHK) tahunan melonjak lebih dari 300 persen (data bulan Oktober 2024), yang terutama didorong oleh gangguan rantai pasokan yang disebabkan oleh konflik.

Kenaikan harga yang paling menonjol tercatat di antara bahan makanan, yang naik lebih dari 440 persen pada Oktober 2024 dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu; serta biaya bahan bakar meningkat lebih dari 200 persen.

88% Bangunan di Gaza Lumpuh

Sektor swasta di Gaza juga mengalami kerugian besar, dengan 88 persen bangunannya dilaporkan rusak atau hancur.

Selain itu, 66 persen bangunan sektor swasta di Gaza diperkirakan hancur, sementara 22 persen mengalami kerusakan sebagian. Sektor perdagangan dan jasa juga sangat terpukul, dengan hampir semua bangunan terkena dampak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya