Epidemiolog Sebut Sebagian Masyarakat Masih Terpengaruh Hoaks tentang Vaksin Booster

Masyarakat yang seharusnya sudah mendapatkan vaksin booster justru menyampaikan banyak alasan untuk menolak vaksin.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 05 Okt 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2022, 17:00 WIB
Ilustrasi penelitian vaksin Covid-19.  Prasesh Shiwakoti/Unsplash
Ilustrasi penelitian vaksin Covid-19. Prasesh Shiwakoti/Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, dr Yudhi Wibowo mengingatkan, pentingnya edukasi kepada masyarakat terkait dengan masa transisi pandemi COVID-19 menuju endemi, khususnya mengenai vaksinasi dosis ketiga atau penguat (booster).

Menurut dr Yudhi, masih ada sebagian masyarakat yang enggan divaksin bootster karena terpengaruh informasi palsu atau hoaks.

"Saya kira upaya edukasi dan informasi dari pemerintah sudah cukup masif ya. Hanya saja, memang mungkin pemahaman di level masyarakat yang masih cukup banyak terpengaruh oleh berita hoaks," kata dr Yudhi dilansir dari Antara, Selasa (5/10/2022).

Dalam hal ini, kata dia, masyarakat yang seharusnya sudah mendapatkan vaksin booster justru menyampaikan banyak alasan untuk menolak vaksin.

Ia mengaku, sering bertemu masyarakat yang enggan divaksin dosis ketiga dengan alasan memiliki tekanan darah tinggi.

"Saat saya tanya berapa tekanan darahnya, dia bilang kalau di bawah 180. Padahal, kalau di bawah 180 itu masih bisa divaksin," ucap Yudhi.

Selain darah tinggi, kata dia, ada juga masyarakat yang enggan divaksin dengan alasan memiliki riwayat penyakit kencing manis.

Ia mengatakan selama penyakit kencing manis itu masih terkontrol dan terkendali, masih boleh untuk mendapatkan vaksin COVID-19.

"Artinya, kan justru kelompok-kelompok ini yang harusnya memperoleh prioritas untuk mendapatkan vaksin, karena mereka kelompok-kelompok rentan yang harus dilindungi," ucap dr Yudi.

Oleh karena itu, kata dia, harus tetap ada edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya vaksinasi.

Menurut dia, vaksin memang tidak mencegah transmisi penularan, tetapi bisa menurunkan angka kesakitan yang fatal, bahkan kematian.

"Itu yang harus dipahami oleh masyarakat," tegasnya.

 

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya