BNPT Minta Masyarakat Tak Mudah Terpengaruh Informasi Hoaks di Media Sosial

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia, berharap masyarakat Aceh tak mudah terpengaruh Informasi hoaks yang beredar.

oleh Nabila Lutvia Tanjung diperbarui 02 Jun 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2024, 17:00 WIB
ilustrasi Hoax
ilustrasi Hoax{Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meminta, masyarakat untuk meningkatkan kapasitas literasi, terutama digital. Hal ini dimaksudkan agar tidak mudah termakan berita bohong alias hoaks di media sosial.

"Jangan langsung mudah percaya dengan segala informasi, karena di antara tsunami informasi itu bisa jadi ada hoaks," kata Sub Koordinator Penelitian dan Evaluasi BNPT, Teuku Fauzansyah dalam keterangannya di dilansir dari Antara, Minggu (2/6/2024).

Pernyataan itu disampaikan, Teuku Fauzansyah dalam acara Kenali Diri dan Lingkungan Sendiri (Kenduri) Desa Damai yang digelar BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh, di Aceh Besar.

Ia menyampaikan, salah satu cara agar tidak mudah terpengaruh hoaks yaitu dengan berpikir kritis, yaitu meragukan terlebih dahulu setiap informasi sampai terkonfirmasi ke sumber terpercaya. Hal ini penting dalam mereduksi penyebaran paham radikal terorisme.

Menurut Fauzan, saat ini sudah terjadi transformasi kelompok teror, jika dahulu menggunakan cara-cara konvensional, sekarang melalui media sosial, seperti WhatsApp, Telegram, Youtube dan lainnya.

"Oleh karena itu, jangan langsung percaya, konon hoaks diproduksi oleh orang pintar, tapi jahat, kemudian disebarkan oleh orang baik, tapi naif," tambah dia.

Fauzan menyampaikan, strategi tersebut dipakai oleh kelompok radikal terorisme untuk membentuk opini dan dukungan publik. Apalagi, semburan kebohongan itu biasanya memiliki ciri pesan berantai, sistematis, dan masif.

"Konon lagi, semburan kebohongan itu, apabila dilakukan terus menerus bisa jadi akan dianggap sebagai kebenaran, mesti diwaspadai dengan literasi," katanya.

Ia menjelaskan, anak tangga terorisme itu berawal dari intoleransi dan radikalisme. Mereka tidak muncul tiba-tiba tanpa didahului proses radikalisasi.

Namun, lanjut dia, intoleran dan radikalisme belum tentu akan menjadi terorisme. Tetapi, jika dibalik, terorisme dapat dipastikan berawal dari intoleransi dan radikalisme.

"Pencegahan terbaik dari hulu, jangan sampai seseorang menjadi radikal, lebih baik lagi jangan sampai orang menjadi intoleran," kata Fauzan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun , tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya