Kebiasaan Makan pada Waktu Tertentu Bisa Tingkatkan Risiko Obesitas

Jaga kesehatan, kebiasaan makan pada waktu tertentu ternyata dapat tingkatkan risiko obesitas.

oleh Renta Nirmala Hastutik diperbarui 25 Okt 2022, 11:41 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2022, 11:26 WIB
Membantu Mencegah Obesitas
Ilustrasi Timbangan Berat Badan Credit: unsplash.com/iyunmai

Liputan6.com, Jakarta - Obesitas yang didefinisikan sebagai kondisi di mana tubuh mengalami kelebihan berat badan dan memiliki indeks massa tubuh (BMI) 30 atau lebih tinggi.

Kondisi ini sering dikaitkan dengan penurunan kondisi kesehatan yang mengancam tubuh, termasuk penyakit jantung, diabetes, stroke, kanker, dan banyak lagi.

Mengutip laman Best Life, Kamis (13/10/2022), sebanyak 73 persen orang Amerika mengalami obesitas atau kelebihan kalori. Sementara, setengah dari orang Amerika telah mencoba menurunkan berat badan dalam 12 bulan terakhir.

Kondisi ini bukan hanya terjadi di Amerika Serikat saja namun juga seluruh bagian dunia.

Hal tersebut karena kondisi dan kebiasaan masyarakat yang tidak melakukan gaya hidup sehat seperti memerhatikan pola makan dan kurangnya melakukan aktivitas fisik seperti olahraga.

Banyak orang yang melakukan diet bahkan secara ketat untuk dapat menurunkan berat badan mereka.

Namun, seperti yang bisa dibuktikan oleh siapa pun yang mencoba menurunkan berat badan, kegiatan diet pada kenyataannya tidak pernah sesederhana kelihatannya.

Mempertahankan pola makan yang sehat tidak hanya tergantung pada apa yang kalian makan, tetapi juga seberapa banyak dan seberapa sering akan mengonsumsi makanan.

Sekarang ini sebuah studi baru menunjukkan bahwa jam berapa kalian makan mempengaruhi tubuh dan menyebabkan risiko terjadinya obesitas.

Untuk itu mulai untuk memerhatikan pola makan, termasuk menentukan waktu yang pas untuk mengonsumsi makanan agar nutrisi dalam makanan tersebut terkelola dengan baik dalam tubuh.

 

Obesitas Punya Beberapa Penyebab Umum

mengukur lingkar pinggang
ilustrasi perut rata diet/Photo by Bill Oxford on Unsplash

Pada tingkat yang paling dasar, pengelolaan berat badan adalah tentang menyeimbangkan kalori yang dikonsumsi melalui makanan dengan kalori yang dikeluarkan melalui olahraga.

Makan lebih banyak kalori daripada yang telah ditakar nyatanya akan membuat berat badan kalian naik.

Untuk itu diperlukan olahraga untuk membakar lebih banyak dari yang dimakan, dan berat badan akan mengalami turun.

"Persamaan ini bisa jadi sangat sederhana, karena tidak memperhitungkan banyak faktor yang memengaruhi apa yang kita makan, seberapa banyak kita berolahraga, dan bagaimana tubuh kita memproses semua energi ini," kata para ahli dari Harvard University T.H. Chan School of Public Health.

"Penyebab obesitas sama beragamnya dengan orang-orang yang terkena dampaknya," mereka juga mencatat bahwa keturunan bukanlah hal paling baku dalam hal berat badan dan kesehatan.

Secara khusus, para ahli ini mengatakan bahwa pengaruh pola hidup seperti pola makan yang buruk, terlalu sedikit aktivitas fisik dan tidur dapat berperan dalam kemungkinan untuk mengalami obesitas.

Makan pada waktu ini dapat Meningkatkan Risiko Obesitas

diet keto
ilustrasi diet makan sayur/Photo by Louis Hansel on Unsplash

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Cell Metabolism edisi 4 Oktober, mengatakan jam makan dapat meningkatkan risiko obesitas.

Studi ini menganalisis data yang dikumpulkan dari enam belas subjek dengan BMI yang dianggap kelebihan berat badan atau obesitas saat mereka mengikuti sepasang rencana makan yang dijadwalkan secara ketat.

Meskipun diet dalam dua rencana makan ini identik dalam kandungan nutrisinya, para peserta pertama kali diinstruksikan untuk makan pada waktu makan yang lebih awal, dan kemudian diinstruksikan untuk makan empat jam setelah waktu makan awal tersebut.

Para peserta melaporkan sendiri perubahan nafsu makan mereka, kemudian para peneliti mengumpulkan sampel darah, mengukur pengeluaran energi mereka.

Peneliti mengukur suhu tubuh mereka, dan mengumpulkan sampel jaringan lemak untuk membandingkan setiap perubahan dalam respon tubuh dari satu rencana makan ke rencana makan berikutnya.

Tim menemukan bahwa makan empat jam kemudian secara signifikan berdampak pada dua hormon pengatur nafsu makan khususnya leptin, yang mendorong rasa kenyang, dan ghrelin, yang mendorong rasa lapar.

Ketika subjek makan di kemudian hari, mereka juga membakar kalori lebih lambat dan menunjukkan ekspresi tubuh yang lebih rentan terhadap pertumbuhan lemak.

.

Hidup Sehat dengan Mindful Eating

Ilustrasi bersepeda, olahraga, berkeringat
Ilustrasi bersepeda, olahraga, berkeringat. (Photo by Jonny Kennaugh on Unsplash)
Ilustrasi makan makanan sehat
Ilustrasi makan makanan sehat. (Photo by Pablo Merchán Montes on Unsplash)

Di dunia yang serba modern ini, terkadang asupan makanan dikesampingkan demi perut menjadi kenyang. Banyak perusahaan makanan yang menjejali masyarakat untuk mengkonsumsi apa yang diproduksi.

Seringkali, sebagian masyarakat termakan oleh apa yang ditawarkan oleh perusahaan makanan. Tak peduli sehat atau tidak, yang terpenting adalah rasanya yang enak. Itu menjadikan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak diperhatikan secara seksama.

Dengan kondisi seperti itu, kesehatan menjadi nomor dua. Padahal, kesehatan harus menjadi nomor satu dalam kehidupan. Karena dengan sehat, kegiatan apapun bisa kita lakukan dengan lancar.

Salah satu cara menjaga kesehatan tubuh adalah menjaga asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh. Kita harus melakukan tindakan disiplin dalam memberikan asupan makanan untuk tubuh. Demi menjaga kesehatan!

Dan yang bisa diterapkan adalah dengan metode mindful eating. Langkah ini merupakan sebuah teknik yang dapat membantu kita mengontrol kebiasaan makan dengan baik. Mindful eating juga bisa digunakan untuk mengobati eating disorder, depresi, dan kecemasan.

Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan
Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan. Source: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya