Pasar Kripto Tunjukan Pemulihan, Investor Cermati Sentimen The Fed

Salah satu faktor penting yang mendorong kenaikan ini adalah rilis Indeks Harga Pengeluaran Pendapatan Pribadi (PCE) pada 26 Januari 2024.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 29 Jan 2024, 15:17 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2024, 15:17 WIB
Pasar Kripto Tunjukan Pemulihan, Investor Cermati Sentimen The Fed
Setelah mengalami penurunan yang melanda pasar kripto selama sepekan terakhir, akhirnya bitcoin menunjukkan pemulihan.(Foto: Unsplash/Andre Francois M.)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah mengalami penurunan yang melanda pasar kripto selama sepekan terakhir, akhirnya bitcoin menunjukkan pemulihan. Nilai Bitcoin sempat kembali di atas angka USD 42.000 atau setara Rp 664,8 juta (asumsi kurs Rp 15.829 per dolar AS).

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan, lonjakan ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk indikator ekonomi penting dan dinamika pasar yang memainkan peran kunci dalam pemulihan baru kripto utama ini.

Salah satu faktor penting yang mendorong kenaikan ini adalah rilis Indeks Harga Pengeluaran Pendapatan Pribadi (PCE) pada 26 Januari. Berdasarkan data tersebut, tampak tingkat inflasi lebih rendah dari yang diperkirakan. 

“Indikator ini membuat para ahli yakin bahwa The Fed kemungkinan bakal lebih lunak pada kebijakan moneternya,” kata Fyqieh dalam siaran pers, Senin (29/1/2024).

Fyqieh menuturkan, sebelumnya pasar kripto sempat diterjang pengaruh negatif, lantaran sikap The Fed yang cenderung hawkish. Namun, karena kini sikap agresif The Fed tersebut agak berkurang, maka hal ini dapat menjadi sinyal aset kripto akan menjulang lebih tinggi lagi.

Faktor kedua datang dari Departemen Keuangan Amerika Serikat yang menunjukkan utang nasional mencapai rekor tertinggi USD 34,1 triliun atau setara Rp 539.787 triliun. Jumlah utang nasional ini menimbulkan kekhawatiran tentang kestabilan dolar Amerika Serikat. 

“Jika dilihat dari sisi pasar digital, maka rekor tertinggi utang nasional AS tersebut bakal membuat Bitcoin dan mata uang kripto lainnya menjadi pilihan bagi investor,” tutur Fyqieh.

Adapun melambatnya aliran keluar dari perusahaan Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) juga mendorong pemulihan Bitcoin. 

Pada 26 Januari, GBTC hanya mengalami aliran keluar sebesar USD 255,1 juta atau setara Rp 4 triliun, menandai hari keempat berturut-turut dengan penurunan aliran keluar. Analis Bloomberg, James Seyffart menekankan ini merupakan hari terendah aliran keluar sejak GBTC beralih menjadi Spot Bitcoin ETF.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sentimen Sepekan

Ilustrasi Kripto (Foto: Traxer/unsplash)
Ilustrasi Kripto (Foto: Traxer/unsplash)

Proyeksi pekan ini, pasar kripto dan Bitcoin kemungkinan besar akan kembali volatil melihat akan menjadi minggu yang sibuk. Fokus utama pelaku pasar adalah pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu, 31 Januari 2024 untuk menentukan status tingkat suku bunga AS. 

Pelaku pasar bersiap menghadapi kemungkinan kebijakan The Fed yang akan mempengaruhi tekanan inflasi dan pasar tenaga kerja. Menjelang pertemuan FOMC para investor memberikan peluang yang hampir sama The Fed mulai menurunkan suku bunga pada Maret 2024. 

“Jika keputusan The Fed yang cenderung lebih lunak bisa memberikan dorongan positif bagi pasar kripto dan harga Bitcoin dalam jangka pendek,” pungkas Fyqieh.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Melihat Prediksi Ripple terhadap Industri Kripto di AS pada 2024

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Sebelumnya diberitakan, perusahaan kripto Ripple Labs membagikan beberapa prediksi kripto untuk 2024 di platform media sosial X dahulu bernama Twitter. Kepala bagian hukum perusahaan, Stuart Alderoty, membuat tiga prediksi mengenai kebijakan kripto dan regulasi kripto Amerika Serikat (AS).

“Kami telah meminta para pemimpin di Ripple untuk mempertimbangkan apa yang menurut mereka akan terjadi pada tahun 2024,” ujar perusahaan tersebut, dikutip dari Bitcoin.com, ditulis Rabu (20/12/2023).

Pertama, dia meramalkan ada 2024, bagian terakhir dari tuntutan hukum SEC yang salah terhadap Ripple akhirnya akan berakhir. Namun, dia memperingatkan kampanye regulasi melalui penegakan SEC akan terus berlanjut melawan para pemimpin industri lainnya.

Kedua, ia memperkirakan hakim akan terus menjadi garis pertahanan terakhir terhadap tindakan SEC yang berlebihan, dan SEC akan terus kalah dalam permasalahan besar di pengadilan menyiapkan kemungkinan terjadinya pertarungan di Mahkamah Agung.

Prediksi ketiga Alderoty berkaitan dengan peraturan kripto AS yaitu kongres AS pada prinsipnya akan menyetujui peraturan kripto namun tidak akan menyetujui tindakan terbaik.

“Sehingga perusahaan kripto AS terjebak sementara negara-negara lain membuat kemajuan positif yang signifikan,” ujar Alderoty. 

Ia juga memperkirakan pada 2024 Ripple memperkirakan tingkat adopsi akan terus meningkat. Selain itu Bank sedang bereksperimen dengan aset yang diberi token, dan harus mampu melakukannya dengan percaya diri, dalam kerangka kepatuhan yang ketat dan protokol keamanan, serta integrasi yang lancar.

 

 


Anak Perusahaan JPMorgan, Chase Larang Pembayaran Kripto

Kripto. Dok: Traxer/Unsplash
Kripto. Dok: Traxer/Unsplash

Sebelumnya diberitakan, anak perusahaan bank digital yang berbasis di Inggris di bawah JPMorgan Chase, mengatakan kepada pelanggan melalui email mereka akan melarang klien Inggris melakukan pembayaran terkait kripto atau transfer bank keluar mulai 16 Oktober karena penipuan kripto.

Chase, yang meluncurkan layanan berbasis aplikasinya di Inggris pada 2021, mengumpulkan lebih dari 1,6 juta klien. JP Morgan Chase, perusahaan induknya, adalah bank terbesar di AS, dengan total aset senilai lebih dari USD 3 triliun atau setara Rp 46.640 triliun (asumsi kurs Rp 15.546 per dolar AS).

“Kami telah melihat peningkatan jumlah penipuan kripto yang menargetkan konsumen Inggris, jadi kami telah mengambil keputusan untuk mencegah pembelian aset kripto dengan kartu debit Chase atau dengan mentransfer uang ke situs kripto dari akun Chase,” kata juru bicara Chase, dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (28/9/2023).

Sebelumnya pada Maret, NatWest Bank yang berbasis di Inggris membatasi pembayaran pelanggannya ke bursa kripto hingga USD 1.214 atau setara Rp 18,8 juta per hari sebagai perlindungan terhadap pencurian kripto. 

NatWest mencatat dalam siaran persnya pada Maret konsumennya di Inggris kehilangan USD 400 juta atau setara Rp 6,2 triliun karena penipuan kripto tahun lalu.

Inggris telah melakukan upaya untuk mengembangkan sektor blockchain dan kripto, dengan Perdana Menteri Rishi Sunak yang merupakan pendukung vokal industri ini.

Perkembangan Regulasi Kripto di Inggris

Pada Juni, Inggris mengesahkan Undang-Undang Layanan Keuangan dan Pasar 2023, sebuah undang-undang reformasi yang memungkinkan otoritas keuangannya memperlakukan kripto sebagai instrumen keuangan yang diatur. 

Meskipun memberikan lebih banyak kejelasan, peraturan kripto yang baru menimbulkan kekhawatiran di antara beberapa pendukung kripto di Inggris karena batasan yang diterapkan pada kampanye pemasaran.

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya