BlackRock Lihat Bitcoin Jadi Alternatif Aset yang Berkembang

Pengamat dari BlackRock menyebutkan, tidak ada satu negara atau pemerintah pun yang mengendalikan Bitcoin, itu langka dan terdesentralisasi.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Sep 2024, 07:23 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2024, 06:03 WIB
BlackRock Lihat Bitcoin Jadi Alternatif Aset yang Berkembang
BlackRock Inc menilai, keliru jika menyebut kripto sebagai aset “berisiko” adalah salah kaprah.(Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin meski akhir-akhir ini sangat berkorelasi dengan pergerakan harga saham Amerika Serikat (AS), BlackRock Inc menilai, hal itu kemungkinan besar keliru jika menyebut kripto sebagai aset “berisiko” adalah salah kaprah.

Mengutip Yahoo Finance, ditulis Kamis (26/9/2024), saham, komoditas dan obligasi berimbal hasil tinggi umumnya dianggap sebagai aset berisiko karena biasa mencatat kinerja baik selama periode optimisme pasar dan ekspansi ekonomi. Aset seperti emas sering kali popular di kalangan investor selama masa ketidakpastian.

"Emas menunjukkan banyak pola yang sama. Di mana Anda memiliki periode sementara itu, tetapi (korelasi) jangka panjang mendekati nol,” ujar Robbie Mitchnick dari BlackRock kepada Bloomberg.

Ia menuturkan, tidak ada satu negara atau pemerintah pun yang mengendalikan Bitcoin, itu langka dan terdesentralisasi.

"Ketika kita berpikir tentang Bitcoin, kita berpikir terutama sebagai alternatif moneter global yang sedang berkembang," kata Mitchnick.

"Aset langka, global, terdesentralisasi, dan tidak berdaulat. Dan itu adalah aset yang tidak memiliki risiko khusus negara, yang tidak memiliki risiko rekanan."

BlackRock mengelola dana yang diperdagangkan di bursa, berinvestasi dalam Bitcoin dan Ether. Namun, sementara banyak investor memandang Bitcoin sebagai emas digital, sesuatu yang bernilai di saat-saat sulit, narasi untuk Ether di antara banyak klien institusional “sedikit kurang jelas,” kata Mitchnick. Ether digunakan oleh berbagai aplikasi di blockchain Ethereum.

Adapun Bitcoin naik 49% sepanjang 2024, dan Ether telah terapresiasi 15%, sebagian besar berkat persetujuan ETF yang memegang kedua token tersebut awal 2024.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Terungkap, Pemerintah Bhutan Simpan Bitcoin Senilai Rp 12,5 Triliun

Bitcoin
Ilustrasi Bitcoin (Liputan6.com/Sangaji)

Sebelumnya, perusahaan intelijen kripto Arkham menyoroti kepemilikan bitcoin Kerajaan Bhutan di platform media sosial X minggu ini. Bhutan adalah kerajaan kecil yang terkurung daratan yang terletak di Himalaya timur, berbatasan dengan Tiongkok di utara dan India di selatan. Negara tersebut saat ini memiliki populasi kurang dari 800.000 orang.

Arkham telah melacak transaksi bitcoin on chain Bhutan, dengan pemerintah saat ini menyimpan lebih dari USD 828 juta atau setara Rp 12,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.161 per dolar AS) dalam bentuk BTC. 

“Kepemilikan ini berasal dari operasi penambangan bitcoin yang dijalankan oleh cabang investasi Kerajaan Bhutan, Druk Holdings,” kata Arkham, dikutip dari Bitcoin.com, Rabu (25/9/2024). 

Arkham menjelaskan Bhutan telah membangun fasilitas penambangan kripto bitcoin di berbagai lokasi, dengan yang terbesar berada di proyek Education City yang kini sudah tidak beroperasi.

Perusahaan intelijen kripto tersebut menambahkan, mereka dapat mengonfirmasi aktivitas ini dengan meninjau citra satelit dan mencocokkannya dengan kronologi operasi penambangan on chain. 

“Kami dapat menguatkan kronologi aktivitas penambangan on chain dengan citra satelit selang waktu dari pembangunan fasilitas tersebut,” Arkham menjelaskan.

Menurut Arkham, tidak seperti kebanyakan pemerintah, BTC Bhutan tidak berasal dari penyitaan aset penegakan hukum, tetapi dari operasi penambangan bitcoin, yang telah meningkat drastis sejak awal 2023.

 

Bangun Fasilitas Penambangan

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Sebelumnya, perusahaan intelijen kripto Arkham menyoroti kepemilikan bitcoin Kerajaan Bhutan di platform media sosial X minggu ini. Bhutan adalah kerajaan kecil yang terkurung daratan yang terletak di Himalaya timur, berbatasan dengan Tiongkok di utara dan India di selatan. Negara tersebut saat ini memiliki populasi kurang dari 800.000 orang.

Arkham telah melacak transaksi bitcoin on chain Bhutan, dengan pemerintah saat ini menyimpan lebih dari USD 828 juta atau setara Rp 12,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.161 per dolar AS) dalam bentuk BTC. 

“Kepemilikan ini berasal dari operasi penambangan bitcoin yang dijalankan oleh cabang investasi Kerajaan Bhutan, Druk Holdings,” kata Arkham, dikutip dari Bitcoin.com, Rabu (25/9/2024). 

Arkham menjelaskan Bhutan telah membangun fasilitas penambangan kripto bitcoin di berbagai lokasi, dengan yang terbesar berada di proyek Education City yang kini sudah tidak beroperasi.

Perusahaan intelijen kripto tersebut menambahkan, mereka dapat mengonfirmasi aktivitas ini dengan meninjau citra satelit dan mencocokkannya dengan kronologi operasi penambangan on chain. 

“Kami dapat menguatkan kronologi aktivitas penambangan on chain dengan citra satelit selang waktu dari pembangunan fasilitas tersebut,” Arkham menjelaskan.

Menurut Arkham, tidak seperti kebanyakan pemerintah, BTC Bhutan tidak berasal dari penyitaan aset penegakan hukum, tetapi dari operasi penambangan bitcoin, yang telah meningkat drastis sejak awal 2023.

 

MicroStrategy Kembali Borong Bitcoin Rp 6,9 Triliun

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Sebelumnya, MicroStrategy telah membeli lebih banyak Bitcoin, dengan perusahaan mengumumkan telah mengakuisisi tambahan 7.420 BTC.

Michael Saylor, pendiri dan ketua perusahaan, mengungkapkan perusahaan tersebut membeli Bitcoin senilai lebih dari USD 458 juta atau setara Rp 6,9 triliun (asumsi kurs Rp 15.160 per dolar AS). Dilansir dari Coinmarketcap, Senin (23/9/2024), menurut rincian yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) pada 20 September 2024, MicroStrategy mengakuisisi BTC tambahan tersebut dengan harga rata-rata USD 61.750 atau setara Rp 936,1 juta per BTC.

MicroStrategy, sebuah perusahaan analitik cloud bertenaga kecerdasan buatan yang saat ini merupakan pemegang Bitcoin publik terbesar, juga mengumumkan telah mencapai total hasil BTC sebesar 5,1 persen secara kuartal hingga saat ini dan 17,8% secara tahun hingga saat ini.

Pembelian terbaru ini membuat total kepemilikan perusahaan menjadi 252.220 BTC, naik dari 244.800 BTC. Sejak pertama kali mengakuisisi Bitcoin pada Agustus 2020, perusahaan yang dipimpin oleh Michael Saylor ini telah menghabiskan sekitar USD 9,9 miliar untuk menambahkan BTC ke neracanya. 

Ini termasuk penambahan terbaru sebesar 18.300 BTC senilai USD 1 miliar. Aset-aset ini telah diakuisisi pada harga rata-rata USD 39.266 per BTC, yang berarti laba perusahaan yang belum terealisasi mencapai lebih dari USD 5,9 miliar. Pada Agustus 2024, Saylor mengungkapkan ia memiliki USD 1 miliar dalam kepemilikan BTC pribadi.

Pada 20 September, MicroStrategy mengumumkan telah menyelesaikan penawaran obligasi senior konvertibel senilai USD 1 miliar. Perusahaan berencana menggunakan hasil tersebut untuk membeli lebih banyak Bitcoin (BTC).

 

Lipsus Bitcoin
Infografis bitcoin (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya