Memahami Arti Riya: Pengertian, Bahaya, dan Cara Menghindarinya

Pelajari arti riya, bahayanya bagi kehidupan spiritual, serta cara-cara efektif untuk menghindari sifat tercela ini dalam beribadah dan beramal.

oleh Septika Shidqiyyah Diperbarui 05 Mar 2025, 10:07 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2025, 10:07 WIB
Riya atau Suka Pamer
Ilustrasi Riya Credit: freepik.com... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Riya merupakan salah satu sifat tercela dalam ajaran Islam yang perlu dipahami dan dihindari oleh setiap Muslim. Secara bahasa, kata riya berasal dari bahasa Arab "ra'a" yang berarti melihat atau memperlihatkan. Dalam konteks agama, riya dapat diartikan sebagai perbuatan memamerkan atau mempertontonkan amal ibadah dan kebaikan dengan tujuan mendapatkan pujian, sanjungan, atau pengakuan dari orang lain.

Lebih lanjut, riya dapat dipahami sebagai suatu kondisi di mana seseorang melakukan ibadah atau amal kebaikan bukan semata-mata karena Allah SWT, melainkan ada unsur keinginan untuk dilihat dan dipuji oleh manusia. Ini bertentangan dengan prinsip keikhlasan yang sangat ditekankan dalam Islam, di mana setiap amalan hendaknya dilakukan murni karena mengharap ridha Allah SWT.

Beberapa ulama memberikan definisi yang lebih spesifik tentang riya:

  • Imam Al-Ghazali mendefinisikan riya sebagai mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
  • Ibnu Hajar Al-Asqalani menyatakan bahwa riya adalah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan tersebut.
  • Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa riya adalah melakukan ibadah dengan niat untuk dilihat manusia, bukan untuk mencari keridhaan Allah SWT.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa inti dari riya adalah adanya motif atau niat untuk mendapatkan perhatian, pujian, atau kedudukan di mata manusia melalui amal ibadah yang dilakukan, bukan semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Ini menjadikan riya sebagai salah satu bentuk syirik kecil, karena telah menyekutukan Allah dengan selain-Nya dalam niat beribadah.

Promosi 1

Jenis-Jenis dan Bentuk Riya

Riya dapat muncul dalam berbagai bentuk dan jenis, tergantung pada objek yang ingin diperlihatkan dan tujuan yang ingin dicapai. Berikut adalah beberapa jenis dan bentuk riya yang perlu diketahui:

1. Riya dalam Ibadah Fisik

Ini terjadi ketika seseorang melakukan ibadah seperti shalat, puasa, atau haji dengan tujuan agar dilihat sebagai orang yang taat beragama. Misalnya, seseorang sengaja memperlama shalatnya atau menampakkan bekas sujud di dahinya agar dipandang sebagai orang yang khusyuk dalam beribadah.

2. Riya dalam Penampilan

Bentuk riya ini melibatkan usaha untuk menampilkan diri sebagai orang yang saleh melalui cara berpakaian atau penampilan fisik. Contohnya, seseorang yang sengaja mengenakan pakaian tertentu atau memelihara jenggot hanya untuk dipandang sebagai orang yang religius, bukan karena mengikuti sunnah.

3. Riya dalam Perkataan

Riya jenis ini muncul ketika seseorang berbicara atau berdakwah dengan tujuan utama untuk menunjukkan kepintaran atau pengetahuan agamanya, bukan untuk menyampaikan kebenaran atau memberi manfaat kepada orang lain.

4. Riya dalam Pergaulan

Ini terjadi ketika seseorang berusaha bergaul atau berteman dengan orang-orang tertentu, khususnya tokoh agama atau orang-orang saleh, hanya untuk mendapatkan citra sebagai orang yang baik dan religius.

5. Riya dalam Harta

Bentuk riya ini melibatkan tindakan berinfaq, bersedekah, atau membangun fasilitas ibadah dengan tujuan utama agar dipuji sebagai orang yang dermawan, bukan karena mengharap ridha Allah SWT.

6. Riya dalam Ilmu

Riya jenis ini muncul ketika seseorang menuntut ilmu agama atau mengajarkannya dengan tujuan utama untuk dipandang sebagai orang yang berilmu, bukan untuk mengamalkan dan menyebarkan kebaikan.

Penting untuk diingat bahwa riya bisa sangat halus dan sulit dideteksi, bahkan oleh pelakunya sendiri. Oleh karena itu, setiap Muslim perlu terus-menerus mengevaluasi niat dan tujuan dalam setiap amal ibadahnya, serta berusaha untuk selalu memurnikan niatnya hanya karena Allah SWT.

Bahaya Riya dalam Kehidupan Spiritual

Riya bukanlah sekadar perilaku yang tidak disukai dalam ajaran Islam, tetapi memiliki dampak yang sangat serius terhadap kehidupan spiritual seorang Muslim. Beberapa bahaya riya yang perlu diwaspadai antara lain:

1. Menghapus Pahala Amal Ibadah

Bahaya terbesar dari riya adalah kemampuannya untuk menghapuskan pahala dari amal ibadah yang dilakukan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 264:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian."

Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa riya dapat menghilangkan pahala dari sedekah yang dilakukan. Prinsip ini berlaku untuk semua bentuk ibadah dan amal kebaikan.

2. Termasuk dalam Kategori Syirik Kecil

Riya dianggap sebagai salah satu bentuk syirik kecil dalam Islam. Ini karena pelaku riya telah menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya dalam hal niat beribadah. Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Riya." (HR. Ahmad)

3. Merusak Keikhlasan

Riya secara langsung bertentangan dengan prinsip keikhlasan yang menjadi inti dari ibadah dalam Islam. Ketika seseorang melakukan ibadah dengan niat riya, maka keikhlasannya telah ternoda, yang pada gilirannya mengurangi atau bahkan menghilangkan nilai ibadah tersebut di sisi Allah SWT.

4. Menghalangi Diterimanya Doa

Riya dapat menjadi penghalang bagi diterimanya doa seseorang. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah SWT berfirman:

"Aku adalah Yang Maha Cukup tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa mengerjakan suatu amalan dengan menyekutukan Aku dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya itu." (HR. Muslim)

5. Menimbulkan Ketidaktenangan Hati

Orang yang terbiasa dengan riya akan selalu merasa tidak tenang dan gelisah. Mereka terus-menerus mencari pengakuan dan pujian dari orang lain, yang menyebabkan ketidakstabilan emosi dan spiritual.

6. Melemahkan Iman

Praktik riya yang berkelanjutan dapat melemahkan iman seseorang. Ini karena fokus ibadah telah beralih dari Allah SWT kepada makhluk-Nya, yang secara perlahan tapi pasti akan mengikis keyakinan dan ketaatan kepada Allah.

7. Menjauhkan dari Rahmat Allah

Riya dapat menjadi penghalang bagi seseorang untuk mendapatkan rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa pada hari kiamat, orang-orang yang beramal dengan riya akan diminta untuk mencari pahala dari mereka yang mereka tujukan amalnya di dunia.

Mengingat bahaya-bahaya tersebut, menjadi sangat penting bagi setiap Muslim untuk selalu menjaga niat dan keikhlasan dalam beribadah, serta terus-menerus berusaha membersihkan hati dari kecenderungan riya.

Cara Menghindari Riya dalam Beribadah

Menghindari riya bukanlah tugas yang mudah, mengingat sifat ini seringkali muncul secara halus dan tidak disadari. Namun, dengan kesadaran dan upaya yang konsisten, seorang Muslim dapat berusaha untuk menjaga keikhlasan dalam beribadah. Berikut adalah beberapa cara yang dapat diterapkan untuk menghindari riya:

1. Memperbaiki Niat

Langkah pertama dan paling penting dalam menghindari riya adalah dengan selalu memperbaiki dan memurnikan niat. Sebelum melakukan ibadah atau amal kebaikan, luangkan waktu sejenak untuk merenungkan dan memastikan bahwa niat kita murni karena Allah SWT, bukan untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari manusia.

2. Meningkatkan Pengetahuan Agama

Memperdalam pemahaman tentang agama, khususnya tentang keikhlasan dan bahaya riya, dapat membantu seseorang lebih waspada terhadap godaan riya. Dengan pengetahuan yang baik, seseorang akan lebih mudah mengenali tanda-tanda riya dalam dirinya dan berusaha untuk menghindarinya.

3. Melakukan Ibadah Secara Sembunyi-sembunyi

Untuk ibadah-ibadah sunnah atau amal kebaikan yang tidak wajib dilakukan secara terbuka, usahakan untuk melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Ini akan membantu mengurangi godaan untuk pamer dan lebih fokus pada keikhlasan kepada Allah SWT.

4. Menghindari Pembicaraan tentang Amal Ibadah

Berusahalah untuk tidak membicarakan atau menceritakan amal ibadah yang telah dilakukan kepada orang lain, kecuali jika ada keperluan yang mendesak atau untuk tujuan dakwah yang benar-benar diperlukan.

5. Berdoa Memohon Perlindungan dari Riya

Selalu berdoa kepada Allah SWT untuk dilindungi dari sifat riya dan dimudahkan dalam menjaga keikhlasan. Rasulullah SAW mengajarkan doa:

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahuinya, dan aku memohon ampunan kepada-Mu dari apa yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad)

6. Merenungkan Kehidupan Akhirat

Sering-seringlah merenungkan tentang kehidupan akhirat dan perhitungan amal di hadapan Allah SWT. Ini akan membantu menjaga fokus pada tujuan utama beribadah, yaitu untuk mendapatkan ridha Allah dan keselamatan di akhirat.

7. Bermuhasabah (Introspeksi Diri)

Lakukan evaluasi diri secara rutin untuk menilai niat dan tujuan dalam beribadah. Jika menemukan tanda-tanda riya, segera perbaiki dan tingkatkan keikhlasan.

8. Menghindari Lingkungan yang Mendorong Riya

Jika memungkinkan, hindari lingkungan atau situasi yang cenderung mendorong perilaku riya. Ini bisa termasuk mengurangi penggunaan media sosial untuk memamerkan ibadah atau amal kebaikan.

9. Fokus pada Kualitas, Bukan Kuantitas

Dalam beribadah, fokuskan diri pada kualitas dan keikhlasan, bukan pada kuantitas atau penampilan luar. Ingatlah bahwa Allah SWT melihat hati dan niat, bukan penampilan atau jumlah amal.

10. Belajar dari Teladan Orang-orang Saleh

Pelajari dan teladani kehidupan orang-orang saleh, baik dari generasi terdahulu maupun kontemporer, yang terkenal dengan keikhlasan mereka dalam beribadah.

Dengan menerapkan cara-cara di atas secara konsisten, seorang Muslim dapat berusaha untuk terus menjaga keikhlasan dan menghindari riya dalam beribadah. Namun, penting untuk diingat bahwa perjuangan melawan riya adalah proses yang berkelanjutan dan membutuhkan kesabaran serta konsistensi.

Perbedaan Antara Riya dan Ikhlas

Memahami perbedaan antara riya dan ikhlas sangat penting dalam upaya menjaga kemurnian ibadah. Berikut adalah beberapa poin perbedaan utama antara kedua konsep ini:

1. Definisi

Riya: Melakukan ibadah atau amal kebaikan dengan tujuan untuk dilihat dan dipuji oleh manusia.

Ikhlas: Melakukan ibadah atau amal kebaikan semata-mata karena Allah SWT, tanpa mengharapkan pujian atau imbalan dari manusia.

2. Motivasi

Riya: Motivasi utamanya adalah mendapatkan pengakuan, pujian, atau kedudukan di mata manusia.

Ikhlas: Motivasi utamanya adalah mencari ridha Allah SWT dan menjalankan perintah-Nya.

3. Fokus Perhatian

Riya: Fokus pada bagaimana amal ibadah terlihat oleh orang lain dan apa yang akan mereka katakan.

Ikhlas: Fokus pada bagaimana amal ibadah diterima oleh Allah SWT dan apakah sesuai dengan syariat.

4. Konsistensi

Riya: Cenderung tidak konsisten; semangat beribadah meningkat ketika ada orang yang melihat dan menurun ketika sendirian.

Ikhlas: Konsisten dalam beribadah, baik ketika dilihat orang maupun ketika sendirian.

5. Dampak Spiritual

Riya: Menghapuskan atau mengurangi pahala amal ibadah, bahkan bisa menjadi dosa.

Ikhlas: Meningkatkan nilai dan pahala amal ibadah, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.

6. Perasaan Setelah Beramal

Riya: Merasa puas jika mendapat pujian dari orang lain dan kecewa jika tidak diperhatikan.

Ikhlas: Merasa tenang dan puas karena telah melaksanakan kewajiban kepada Allah, terlepas dari respon orang lain.

7. Sikap Terhadap Kritik

Riya: Cenderung sensitif terhadap kritik dan mudah tersinggung jika amal ibadahnya tidak dihargai.

Ikhlas: Lebih terbuka terhadap kritik dan melihatnya sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri.

8. Pengaruh Terhadap Kehidupan

Riya: Cenderung membuat seseorang selalu merasa tidak puas dan terus mencari pengakuan.

Ikhlas: Membawa ketenangan hati dan kepuasan batin karena fokus pada hubungan dengan Allah SWT.

9. Pandangan Terhadap Amal Tersembunyi

Riya: Kurang tertarik pada amal ibadah yang tidak bisa dilihat atau diketahui orang lain.

Ikhlas: Menghargai amal tersembunyi dan sering melakukannya karena yakin Allah SWT Maha Melihat.

10. Hubungan dengan Syirik

Riya: Termasuk dalam kategori syirik kecil karena menyekutukan Allah dengan makhluk dalam hal tujuan ibadah.

Ikhlas: Merupakan bentuk tauhid yang murni karena hanya mengarahkan ibadah kepada Allah SWT.

Memahami perbedaan-perbedaan ini dapat membantu seorang Muslim untuk lebih waspada terhadap godaan riya dan terus berusaha menjaga keikhlasan dalam beribadah. Penting untuk selalu mengevaluasi niat dan motivasi dalam setiap amal ibadah yang dilakukan.

Kesimpulan

Memahami arti riya dan dampaknya terhadap kehidupan spiritual seorang Muslim adalah langkah penting dalam upaya menjaga kemurnian ibadah. Riya, yang pada intinya adalah melakukan amal ibadah dengan tujuan untuk dilihat dan dipuji oleh manusia, bukan hanya mengurangi nilai ibadah tetapi juga dapat menghapuskan pahalanya sama sekali.

Sebagai umat Islam, kita diingatkan untuk selalu menjaga keikhlasan dalam beribadah, fokus pada ridha Allah SWT, dan menghindari godaan untuk mencari pujian atau pengakuan dari manusia. Beberapa langkah praktis yang dapat diambil termasuk memperbaiki niat sebelum beramal, melakukan ibadah sunnah secara sembunyi-sembunyi, menghindari pembicaraan tentang amal pribadi, dan terus-menerus melakukan introspeksi diri.

Penting untuk diingat bahwa perjuangan melawan riya dan menjaga keikhlasan adalah proses yang berkelanjutan. Ini membutuhkan kesadaran, upaya konsisten, dan doa yang terus-menerus kepada Allah SWT untuk perlindungan dan bimbingan-Nya. Dengan pemahaman yang benar tentang riya dan tekad untuk menjauhinya, seorang Muslim dapat berharap untuk meningkatkan kualitas ibadahnya dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan lebih baik.

Akhirnya, mari kita selalu ingat bahwa tujuan utama dari setiap ibadah dan amal kebaikan adalah untuk mencari ridha Allah SWT semata. Dengan menjaga prinsip ini dalam hati, insya Allah kita akan lebih mampu menghindari jebakan riya dan meraih keberkahan serta pahala yang sejati dari setiap amal yang kita lakukan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya