Kemlu Minta Arab Saudi Tak Serang WNI dan Aset RI di Yaman

Serangan ke Yaman dipimpin negara terbesar di Timur Tengah, yakni Arab Saudi.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 31 Mar 2015, 15:58 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2015, 15:58 WIB
Kamp Pengungsi Yaman Dihujani Serangan Udara, 40 Tewas
Serangan udara di kamp pengungsi di Yaman. (Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Militer Arab Saudi dan gabungan negara Timur Tengah membombardir Yaman. Terkait serangan tersebut, Pemerintah RI turut mengambil sikap terkait perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan aset di negara yang berbatasan dengan Laut Arab itu.

Pemerintah RI meminta agar Militer Arab Saudi, tidak menyerang WNI dan aset milik Indonesia. Kemeterian Luar Negeri telah berkoordinasi dengan otoritas Arab Saudi terkait hal itu.

"Kita suplai titik koordinat di mana KBRI, pesantren, dan tempat belajar yang banyak WNI ke Pemerintah Saudi (supaya tidak diserang)," kata Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia (BHI) Kemlu Lalu Muhamad Iqbal, Jakarta, Selasa (31/3/2015).

Serangan ke Yaman dipimpin negara terbesar di Timur Tengah, yakni Arab Saudi. Operasi militer itu mendapat dukungan dari beberapa negara di kawasan Arab, seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Kuwait, Qatar, Yordania, Maroko, Sudan, dan Mesir.

Selain negara di kawasan Arab, serangan ke Yaman juga mendapat sokongan dari negara luar wilayah itu. Salah satunya Pakistan. Negara itu menyatakan siap memberi bantuan ke Arab Saudi dan sekutunya, untuk membombardir Yaman.

"Kami sudah berjanji akan menyediakan dukungan dan bergabung, dengan koalisi bersama Arab Saudi melawan pemberontak (di Yaman)," demikian pernyataan resmi Pemerintah Pakistan.

Berdasarkan keterangan Kemlu, terdapat 4.159 WNI di Yaman. Mereka mayoritas bertempat tinggal di Selatan Yaman, yang kondisinya lebih kondusif.

Di negara berpenduduk 23 juta jiwa itu, 2.626 di antaranya sebagai mahasiswa. Sedangkan pekerja profesional yang bekerja di bidang perminyakan 1.488 orang, 45 lainnya merupakan staf kedutaan Indonesia.

Konflik di Yaman memanas ketika pemberontak Houthi mulai beraksi, merebut sejumlah wilayah di negara tersebut. Kelompok Houthi diduga dibeking mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, yang sebelumnya digulingkan lantaran sikapnya yang diktator, dan hendak mengabadikan kekuasaannya. (Rmn/Mut)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya