Mengapa Arab Saudi Gempur Yaman? Ini Penjelasan Dubes Mustafa

Arab Saudi dan negara teluk melancarkan operasi 'Decisive Storm' untuk menggempur kelompok Houthi di Yaman.

oleh Oscar Ferri diperbarui 11 Apr 2015, 13:24 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2015, 13:24 WIB
Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia
Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Mustafa‎ Ibrahim Al-Mubarak (Liputan6.com/Andrian Martinus Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa hari terakhir, negara-negara Teluk yang dipimpin Arab Saudi melakukan invansi militer ke Yaman karena konflik berkepanjangan di negara tersebut. Akibatnya, banyak warga menjadi korban di perang Yaman. Tak terkecuali warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di sana.

Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Mustafa‎ Ibrahim Al-Mubarak mengatakan, invansi yang disebutnya dengan 'Decisive Storm' itu bukan tanpa alasan. Salah satunya adalah adanya permintaan langsung dari Presiden Yaman Abdu Rabuh Mansour Hadi melalui surat resmi.

"Negara-negara teluk telah merespons permintaan Presiden Yaman yang disampaikan pada 7 Maret 2015 untuk menyelenggarakan konferensi di Riyadh (Arab Saudi), yang ingin mempertahankan stabilitas dan keamanan Yaman," ujar Mustafa di kediamannya, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (11/4/2015). "Kami telah menerima surat dari Presiden Yaman."

Surat itu secara garis besar menjelaskan permintaan bantuan atas konflik yang mengancam kedaulatan Yaman. Dalam surat itu, ancaman disebutkan datang dari kelompok Houthi. Karenanya, atas permintaan pemimpin Yaman, negara-negara ‎Teluk yang dipimpin Arab Saudi menggelar operasi militer di Yaman untuk memerangi kelompok itu.
‎
"Negara kami telah memutuskan merespons permintaan Presiden Yaman untuk melindungi Yaman dan rakyatnya dari permusuhan yang dilakukan milisi Houthi," ucap Mustafa.

Dia juga mengklaim, kelompok milisi Houthi sudah menjadi alat kekuatan asing. Di mana mereka tidak berhenti mengganggu stabilitas dan mengancam keamanan Yaman.

Yaman terus bergejolak setelah kelompok milisi Houthi, yang berjuang untuk mendapatkan peningkatan otonomi di Provinsi Saada, melancarkan pemberontakan secara berkala sejak 2004. Aksi mereka yang paling signifikan terjadi sejak Juli 2014.

Puncaknya, pada September 2014, ketika mereka menguasai Ibukota Sanaa, menyandera staf kepresidenan, dan menembaki kediaman Presiden Abdu Rabuh Mansour Hadi. Kondisi ini kemudian membuat Arab Saudi dan sekutunya di Teluk turun tangan. ‎(Riz/Sun)
‎

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya