Liputan6.com, Sinai - Pesawat asal Rusia milik maskapai Kogalymavia dengan nomor penerbangan 7K9268 yang jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir pada Sabtu kemarin diduga telah terlebih dulu patah saat masih berada di udara.
Hal itu disebutkan Viktor Sorochenko, seorang pejabat Komite Penerbangan Antar Pemerintah Rusia setelah dirinya memeriksa lokasi kecelakaan di Semenanjung Sinai.
Baca Juga
Namun begitu, seperti dikutip Business Insider, Minggu (1/11/2015), dia menambahkan bahwa terlalu dini untuk berbicara tentang kesimpulan dari kecelakaan itu.
Advertisement
Sementara itu, penyelidikan tentang penyebab jatuhnya pesawat Rusia di Sinai, Mesir yang menewaskan 224 orang terus berlangsung. Sedangkan di Sinai, lokasi aktifnya kelompok jihad, yang terkait dengan ISIS, mengklaim di media sosial bahwa mereka yang menembak jatuh pesawat KGL9268.
Namun, Perdana Menteri Mesir Sharif Ismail membantah klaim yang menyatakan kelompok militan ISIS bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat milik maskapai Kogalymavia itu. Dia menyatakan kendala teknis menjadi kemungkinan terbesar penyebab kecelakaan tersebut.
"Para pakar sudah menyatakan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi karena ketinggian pesawat saat terbang," ujar dia seperti dikutip BBC, Minggu (1/11/2015).
Sedangkan Menteri Transportasi Rusia Maksim Sokolov juga mengatakan pada kantor berita Interfax bahwa laporan seperti itu tak bisa dianggap serius. "Belum ada bukti yang mengindikasikan bahwa pesawat jadi sasaran," kata dia.
Meski begitu, maskapai Jerman Lufthansa akan menghindari terbang di atas semenanjung Sinai. "Sepanjang penyebab kecelakaan hari ini belum diketahui," jelas maskapai itu.
Pada Sabtu malam, Air France-KLM dan Emirates pun mengatakan mereka akan mengikuti langkah tersebut.
Kementerian Penerbangan Sipil Mesir menyatakan pesawat berada dalam ketinggian 9.450 meter saat hilang. Menurut pengamat keamanan, pesawat dalam ketinggian tersebut sudah berada di luar jangkauan roket Manpad yang dimiliki kebanyakan militan di Sinai. (Ado/Ans)