Liputan6.com, Paris - Horor itu datang tanpa peringatan dan tiba dalam hitungan jam. Dan saat ia datang 642 orang tewas sementara desa itu terbakar.
Itu adalah sekelumit sisa-sisa Perang Dunia II. Saat tentara dari SS Panzer Division datang menuju desa yang letaknya hanya 4 kilometer dari Paris pada 10 Juni 1944.
Baca Juga
Hari-hari sebelumnya pasukan koalisi telah mendarat di Pantai Normandi. Mereka kelak melakukan serangan masif terparah dalam sejarah perang.
Advertisement
Namun, kedatangan pasukan ke desa itu tak pernah jelas maksud dan tujuannya. Mengapa mereka membumi hanguskan kampung yang begitu indah dan damai.
Baca Juga
Hingga 70 tahun kemudian, jawaban tak pernah ada. Mengapa pasukan itu harus mengelilingi kota kecil itu, mengumpulkan anak-anak dan perempuan lalu memaksa mereka masuk ke gereja. Sementara para pria dipaksa masuk ke garasi dan lumbung padi, untuk ditembaki hingga tewas.
Mereka juga lantas membakar gereja itu. Wanita dan anak-anak tewas tercekik udara panas dan terpanggang.
Total, 642 orang tewas, termasuk 247 anak-anak. Hanya 6 orang yang selamat yang akhirnya menceritakan kebengisan Nazi membunuhi rakyat biasa.
Hari ini, lebih dari 70 tahun setelah pembantaian berdarah, Desa Oradour-sur-Glane masih tetap menjadi 'kota hantu' alias tak berpenghuni. Sejarah 'membekukan' sisa-sisa bukti kejahatan.
Rumah yang terbakar dibiarkan berdiri, sisa mobil hangus, rangka mesin jahit tetap berada di tempatnya.
Â
"Ini adalah tempat paling mengerikan sekaligus unik," kata Richard Jezierski, direktur desa Centre de la Memoire seperti dilansir dari News.com.au, Senin (7/12/2015).
Centre de la Memoire adalah pameran tiap tahun yang memperlihatkan sisa perang di kota kecil itu itu, untuk membuat pengunjung makin menghormati korban.
Lumut-lumut dibiarkan tumbuh. Di sudut desa, ada kafe dengan meja tingginya yang seakan menunggu para arwah datang. Semua bangunan terbengkalai dibiarkan apa adanya. Mereka membeku... sebagai saksi sejarah.Â
Berada di lokasi 16 hektar, sisa-sisa bangunan runtuh pun dibiarkan. Oradour-sur-Glane adalah salah satu sisa sejarah yang masih dilestarikan demi mengenang kejahatan Nazi.
Hingga saat ini, tiap tahunnya kota berhantu itu dikunjungi 300 ribu turis... juga mereka yang selamat, salah satunya Robert Hebras.
Hebras masih ingat saat itu suara gemuruh truk Jerman memaasuki gerbang kota kecil itu. Ia masih ingat bagaimana jejeran kendaraan besar itu mengeliling kotanya, dan tak lama kemudian, para prajurit tak berseragam membawa senjata memaksa orang-orang berkumpul. Memisahkan pria dan wanita serta anak-anak.
Suara-suara dan pemandangan itu masih lekat di ingatannya.
"Mereka lakukan semua itu dengan tenang dan teratur," kata Hebras mengenai pembunuhan itu. Ia ingat harus bermain peran, berpura-pura mati di antara tumpukan jenasah kerabat dan tetangganya.
Sehabis memuntahkan peluru ke para jasad pria, prajurit Nazi menyiramkan bensin lalu membakar mereka. Hebras yang saat itu berusia 19 tahun, berhasil merangkak tanpa ketahuan, menyelinap ke hutan belakang dan menunggu semua aksi keji itu usai.
Butuh berjam-jam bagi Hebras untuk menunggu semua aman. Ia pun akhirnya mencari jalan menuju rumah kerabat di kota lain, yang akhirnya mengetahui bahwa ia adalah salah satu korban selamat.
Ibunya dan dua saudara perempuannya tewas bersimbah darah. Sementara ayahnya, yang saat itu sedang bekerja di ladang di luar kota kecil itu, dan satu saudara perempuannya yang tinggal di desa lain selamat.
Korban selamat lainnya berhasil kabur saat melihat iring-iringan tentara Jerman datang. Lalu, seorang perempuan 47 tahun selamat karena bersembunyi di balik altar lalu kabur dari jendela yang terbuka, saat mereka membakar gereja. Ia sempat ditembak namun berhasil melesat kabur bersembunyi di kebun dan berhasil diselamatkan pada hari berikutnya.
Misteri di Balik Serangan
Nasib sungguh ironis. Kebanyakan dari tentara SS yang mengepung dan membunuh warga tak bersalah Oradour-sur-Glane tewas dalam penyerbuan tentara koalisi beberapa bulan kemudian.
Hanya 20 yang selamat dan dinyatakan bersalah. Namun mereka dipenjara cuma 5 tahun.
Selain pengakuan mereka yang terdokumentasi atas penyerangan ke Oradour-sur-Glane, alasan utama mengapa Nazi membumihanguskan kota itu tetap menjadi misteri.
Salah satu alasan sejarah adalah sebagai balas dendam Jerman, karena tentara Prancis berhasil membunuh prajuritnya.
Teori lainnya  yang mengemuka, karena seorang penculik tentara Nazi bersembunyi di situ. Juga kisah Prancis yang menyembunyikan emas di kota kecil itu hingga teori salah serang kota kecil.
Namun, apapun itu, tetap saja, alasan mengapa para tentara menyerbu kota kecil yang damai tersebut urung terjawab.