Liputan6.com, London - Diperlukan waktu setidaknya sekitar 500 tahun untuk mengungkap misteri dalam berbagai catatan tersembunyi di dalam Alkitab resmi Inggris cetakan pertama.
Catatan itu mengungkapkan kutipan dari 'Alkitab Agung' versi Thomas Cromwell dan juga tulisan tentang seseorang bernama 'Mr. Pickpocket' -- diterjemahkan sebagai 'Bung Copet'.
Baca Juga
Coretan-coretan menarik yang ditemukan di bawah lembaran-lembaran kertas tebal ini tentunya tidak pantas berada dalam kitab suci. Catatan ini hanya ada di salah satu dari tujuh salinan Alkitab yang dicetak pada 1535 oleh percetakan pribadi Raja Henry VIII.Â
Advertisement
Baca Juga
Menurut seorang pakar, artefak penting ini memberikan pemahaman tentang kecepatan merebaknya Reformasi, dan juga menjelaskan betapa cepatnya tulisan Kerajaan beredar di masyarakat umum dan pencuri.
Dikutip dari laman The Vintage News, Sabtu (21 Mei 2016), Dr. Eyal Poleg, seorang ahli sejarah dari Queen Mary University of London (QMUL), adalah orang yang menemukan Alkitab yang tadinya berada di perpustakaan Lambeth Palace di Kota London.
"Bisa dikatakan, kita tidak mengetahui apapun tentang Alkitab unik yang kata pengantarnya pun ditulis sendiri oleh Henry VIII, selain dari salinan-salinan yang masih ada," ujar Poleg.
Salinan yang ada di perpustakaan itu tadinya terlihat biasa saja. Tidak lama, Dr. Poleg mengamati adanya kertas tebal yang ditempelkan di suatu bagian kosong dalam Alkitab.
Menurutnya, tantangan baginya adalah mencari cara membongkar catatan tanpa merusak barang antik tersebut. Para peneliti kemudian meminta bantuan Dr. Graham Davis, seorang spesialis pencitraan 3D menggunakan sinar X di Fakultas Kedokteran Gigi QMUL.
Spesialis itu mengetahui caranya menggunakan lembaran tembus cahaya (light sheet) yang disisipkan di belakang halaman-halaman buku tersebut guna memaparkan tulisan-tulisan yang tersembunyi.
Para pakar kemudian mengambil dua gambar dengan paparan panjang (long exposure). Satu pengambilan gambar dilakukan dengan penyisipan lembar tembus cahaya, sedangkan pengambilan ke dua dilakukan tanpa penyisipan.
Tidak mengherankan, gambar pertama menunjukkan semua catatan yang tumpang tindih dengan kalimat-kalimat yang tercetak dalam Alkitab. Gambar ke dua hanya menunjukkan teks yang tercetak.
Dr. Davis kemudian menggunakan perangkat lunak komputer untuk menghilangkan gambar ke dua dari gambar pertama sehingga hanya menyisakan catatan-catatan tersembunyi itu.
Semua catatan itu disalin dari "Alkitab Agung" oleh Thomas Cromwell, yang muncul saat puncak Reformasi Inggris.
Reformasi di sana berlangsung dalam rentetan peristiwa di Inggris pada abad 16. Pada masa itulah Gereja Inggris menjauh dari Gereja Katholik Roma maupun kewenangan Sri Paus.
Salah satu contoh catatan berbunyi, "On the iij Sonday [of Lent] | [E]phe. v. a. be ye therefore follo. | Lk. xi. b. and he was casting out".
Kepada MailOnline, Dr. Poleg menjelaskan, "Ini berarti bahwa ayat yang dibacakan pada Misa Minggu ke Empat pada masa Lenten adalah Efesus 5:1 (dimulai dengan kata 'Sebab itu…') dan Lukas 11:14 (dimulai dengan kata '…mengusir dari…')."
Catatan ini ditulis antara 1539 dn 1549, tapi sengaja ditutupi dan disamarkan sebagai kertas tebal pada 1600 hingga akhirnya terungkap tahun ini.
Bukti Suatu Proses Bertahap
Dr. Polet memandang temuan ini sebagai pendukung pendapatnya bahwa proses Reformasi terjadi secara bertahap dan bukan kejadian transformatif tunggal yang terjadi secara asal.
Orang tidak serta-merta berhenti menjadi Katholik hanya untuk menerima Protestanisme atau menolak keberadaan orang suci dan mengganti bahasa Latin dengan bahasa Inggris.
Reformasi merupakan proses yang lambat, kompleks dan bertahap. Alkitab menjadi bukti adanya masa ketika bahasa Latin yang konservatif dan bahasa Inggris yang reformis dipakai berbarengan.
Salah satu aspek lain yang menarik terkait dengan catatan-catatan itu adalah waktu kejadiannya. Catatan tersembunyi itu ditulis pada tahun-tahun paling bergejolak dan kontroversial semasa kekuasaan Henry VIII.
Saat itu sedang terjadi skisma (pemisahan) dengan Gereja Katholik Roma, adanya Akta Kewenangan, penekanan terhadap biara-biara, dan pembunuhan sejumlah tokoh semisal Anne Boleyn, Thomas More, dan John Fisher, sekaligus saat terjadinya pemberontakan Ziarah Anugerah yang melawan keputusan Henry VIII untuk memisahkan diri.
Temuan ini juga memberikan pemahaman keberadaan buku itu setelah meninggalkan lingkungan kerajaan. Secara dramatis, Alkitab bahasa Latin semakin ditinggalkan. Namun, Dr. Poleg menemukan adanya tulisan tangan di halaman belakang Alkitab yang sedang ditelitinya.
Ada dua nama pria tertera di sana, yaitu William Cheffyn dari kota Calais dan James Elys Cutpurse dari London. Pada Abad Pertengahan, kata "cutpurse" adalah istilah yang berarti copet.Â
Tulisan itu mengatakan bahwa Cutpurse berjanji membayar 20 shilling kepada Cheffyn. Kalau tidak, ia akan diseret ke Marshalsea, suatu penjara ganas di kawasan Southwark.
Sebagai catatan, dalam mata uang Inggris lama, nilai 20 shilling setara dengan 1 poundsterling.
Setelah penelitian sejumlah arsip, sang peneliti mendapati bahwa Cutpurse dihukum gantung pada 1552. Jadi, kita bisa mengetahui pekerjaan Cutpurse dan cara serta saat kematiannya.Â
Bukan hanya itu, ada kemungkinan untuk memberi tanggal dan melacak buku ini secara teliti. Jelaslah bahwa transaksi itu tidak mungkin dilakukan sebelum Cutpurse meninggal dunia.
Alkitab ini memberikan pemahaman unik tentang Reformasi yang dijalankan Raja Henry VIII. Alkitab ini dicetak pada 1535 oleh juru cetak bawahan Raja. Tak lama setelah Alkitab ini dicetak, situasi Inggris sedikit berubah.
Alkitab bahasa Latin diutak-atik untuk menampung bahasa reformis Inggris. Buku ini menjadi contoh kesenjangan antara bahasa Latin dan bahasa Inggris pada masa pergolakan antara 1539 dan 1549.
Hanya dalam waktu 3 tahun sesudahnya, banyak terjadi perubahan.
"Perpustakaan biara dibubarkan dan tata ibadah bahasa Latin menjadi tidak relevan. Alkitab ini dengan cepat sampai ke tangan rakyat jelata, dari ayat-ayat di kalangan Kerajaan menjadi catatan kisah pencurian," ujar Dr Poleg.