'Jabat Tangan' Israel-Palestina di Pemakaman Shimon Peres

Pemakaman Shimon Peres menghadirkan pemandangan menyejukkan yang melibatkan PM Israel dan Presiden Palestina.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 30 Sep 2016, 16:37 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2016, 16:37 WIB
Pemandangan mengharukan ketika Presiden Palestina, Mahmoud Abbas dan PM Israel, Benjamin Netanyahu berjabat tangan dalam pemakaman mantan presiden, Shimon Peres
Pemandangan mengharukan ketika Presiden Palestina, Mahmoud Abbas dan PM Israel, Benjamin Netanyahu berjabat tangan dalam pemakaman mantan presiden, Shimon Peres (Reuters)

Liputan6.com, Yerussalem - Langit biru tak berawan mengiringi petugas kehormatan membawa peti mati terbungkus bendera Israel. Di dalamnya, terbaring jasad Shimon Peres, presiden ke-9 Israel yang menjabat pada periode Juli 2007-Juli 2014.

Peti jenazah Peres akan dibawa ke pemakaman nasional Mount Herzl di mana 100 pemimpin dan tokoh dunia dari 70 negara berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada peraih Nobel Perdamaian itu, tak terkecuali Presiden Palestina, Mahmoud Abbas. Ia datang bersama sejumlah delegasi tinggi negaranya.

Setibanya Abbas di lokasi pemakaman, ia disambut oleh Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu. Keduanya tertangkap kamera berjabat tangan. Kunjungan terakhir Abbas ke Yerussalem terjadi pada 2010 lalu.

"Sudah sangat lama, sangat lama," ujar Abbas kepada Netanyahu seperti dilansir The Guardian, Jumat (30/9/2016).

Lantas, Netanyahu membalas sapaan Abbas dengan mengatakan, "Terima kasih sudah datang. Atas nama rakyat dan pemerintah Israel kami sangat menghargai kedatangan ini."

Selain Abbas, sejumlah tokoh dunia yang terlihat hadir antara lain Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, mantan presiden AS, Bill Clinton, Pangeran Charles, Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, Presiden Prancis, Francois Hollande, mantan PM Inggris, David Cameron dan Tony Blair serta masih banyak lagi.

Dengan suara yang terdengar berat, Bill Clinton memuji Peres sebagai pemimpin yang telah 'menghancurkan kemunduran' dalam politik, perdamaian, dan 'membangkitkan kemungkinan akan setiap hari baru'. Suami Hillary itu telah mengenal dekat Peres lebih dari seperempat abad.

Bersama dengan mantan PM Yitzhak Rabin dan Pemimpin Palestina, Yasser Arafat mereka menyepakati Perjanjian Oslo--kerangka perdamaian yang kini terhenti. Clinton juga menambahkan bahwa Peres memulai hidupnya sebagai pelajar terbaik di Israel, selanjutnya menjadi guru terbaik, dan mengakhiri hidupnya sebagai seorang pemimpi besar.

"Ia menumbuhkan hatinya jauh lebih besar dibanding otaknya...," kata Clinton.

Pujian terhadap Peres juga diberikan oleh PM Netanyahu. Berpidato dalam bahasa Ibrani dan Inggris, ia mengatakan Peres adalah orang besar Israel bahkan dunia.

"Kami menemukan harapan dalam warisannya sebagaimana halnya dunia juga merasakan hal yang sama," ujar Netanyahu.

"Tak ada rahasia bahwa kami rival politik, tapi selama bertahun-tahun kami adalah teman baik. Peres dan saya memiliki perbedaan, namun itu tak pernah membayangi diskusi-diskusi hangat kami. Persahabatan kami semakin hangat melalui setiap pertemuan. Dalam diskusi kami terkait isu fundamental, keamanan versus perdamaian Peres mengatakan kepada saya "perdamaian adalah keamanan yang sebenarnya. Jika di sana ada perdamaian, maka pasti juga ada keamanan"," jelas PM Israel tersebut.

Sementara itu Presiden Israel, Reuven Rivlin yang memberikan pidato pertama mengutip kalimat terkenal "Peres adalah satu presiden bagi semua". Kematian Peres disebutnya mewakili 'akhir era raksasa yang kisah hidupnya merupakah kisah gerakan Zionis dan Israel.

Dalam kesempatan tersebut ia juga melayangkan permintaan maaf pada Peres atas perselisihan yang pernah terjadi di antara keduanya. Demikian seperti dikutip dari The Washington Post.

Obama dikenal sebagai salah satu tokoh dunia yang memiliki kedekatan dengan Peres. Tak lama setelah mantan presiden Israel itu dikabarkan meninggal dunia, Obama merilis pernyataan secara pribadi.

"Ketika dia berbicara, setiap orang akan mendengarkan. Lalu, setelah meninggalkan ruangan, Anda akan ingat apa yang ia sampaikan. Ia membekas di jiwa Anda dan tinggal di dalam diri Anda. Shimon Peres benar-benar merupakan sebuah kekuatan alam," ungkap Obama.

Pemakaman Peres adalah salah satu peristiwa penguburan terbesar di Israel sejak pemakaman Yitzhak Rabin pada 1995, PM Israel yang dibunuh oleh seorang ekstremis Yahudi karena menentang upaya Rabin dan Peres untuk berdamai dengan Palestina. Dua tokoh itu akan kembali 'dekat' seiring dengan dimakamkannya Peres persis bersebelahan dengan Rabin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya