Top 3: Lokasi Minggat Para Penentang Donald Trump

Sejumlah warga Amerika Serikat yang tidak sudi dipimpin oleh Donald Trump mengaku akan mengungsi ke luar AS. Ke mana saja?

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 11 Nov 2016, 19:15 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2016, 19:15 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Donald Trump. Setelah menang dalam Pemilu Amerika Serikat pada Selasa lalu (waktu setempat), banyak kisah tentangnya menjadi pusat perhatian dunia, demikian juga dengan para pembaca Liputan6.com. Tiga laporan tentang Donald Trump berkibar sebagai berita paling menarik pada Jumat (11/11/2016) sore.

Cukup banyak warga yang tidak suka dengan kemenangan Donald Trump berpikir-pikir untuk keluar dari Amerika Serikat. Sejumlah negara diduga menjadi tempat tujuan para 'pengungsi' tersebut. Apakah Indonesia termasuk negara tujuan?

Kemudian, ISIS dan Al Qaeda dilaporkan merayakan kemenangan Donald Trump. Dua kelompok tersebut menganggap kemenangan "si bodoh" dan "keledai" itu semakin memperkuat kelompok mereka.

Terakhir, para pembaca tertarik melihat raibnya ungkapan larangan masuknya kaum muslim ke Amerika Serikat yang sebelumnya terpampang di laman resmi kampanye Donald Trump. Apakah Donald Trump mengubah pandangannya tentang hal ini?

Berikut adalah Top 3 Global selengkapnya:

 

1. 5 Negara Tujuan Kabur Penolak Donald Trump, Indonesia?

Untuk pertama kali wisatawan akan merasakan keindahan matahari terbit Hobbiton Selandia Baru di pesta ulang tahun Frodo dan Bilbo.

Donald Trump terpilih menjadi Presiden ke-45 Amerika Serikat setelah ia berhasil meraih electoral vote lebih banyak dari rivalnya, Hillary Clinton.

Banyak pihak menyebut bahwa kemenangan Trump merupakan sesuatu yang mengejutkan. Pasalnya, taipan bisnis asal New York itu kerap melontarkan pernyataan kontroversial, termasuk sikap sinisnya terhadap para imigran dan kaum minoritas Amerika.

Bagi mereka yang tak mendukung maupun memilih Trump, perannya sebagai presiden dianggap sebagai ancaman besar, tak hanya bagi dirinya namun juga untuk Amerika.

Bertepatan dengan berlangsungnya Pilpres AS kemarin, situs Imigrasi Kanada tiba-tiba tidak dapat diakses. Hal itu diduga disebabkan banyaknya orang yang mengakses situs tersebut karena ingin meninggalkan Amerika, jika Trump benar-benar terpilih menjadi Presiden AS.

Selanjutnya...


2. ISIS dan Al Qaeda Rayakan Kemenangan Donald Trump

Telepropter Trump menulis kata ISIS saat berkampanye di Selma (Reuters)

Kemenangan Donald Trump jadi orang nomor satu di AS secara telak atas Hillary Clinton membuat dunia terkejut. Meski demikian, para pemimpin dunia mengucapkan selamat atas kemenangannya itu.

Petinggi negara yang pertama mengucap selamat adalah Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Tak lama setelah Trump mengumumkan kemenangannya di depan publik, sejumlah organisasi garis keras di Timur Tengah membanjiri media sosial dengan ucapan selamat.

Dalam ucapannya, ISIS dan Al-Qaeda menyebut Trump sebagai "si bodoh" dan "keledai". Mereka memperingatkan Trump bahwa kelompok itu makin kuat jika miliarder nyentrik itu mengancam akan menghancurkan mereka.

Selanjutnya...


3. Jadi Presiden Terpilih, Trump Cabut Larangan Muslim Masuk ke AS?

Calon Presiden AS dari Partai Republik Donald Trump mengacungkan jempol seusai memberikan suara pada pemilu presiden di TPS 59, yang berlokasi di sebuah sekolah di Manhattan, New York, Selasa (8/11). (REUTERS/Carlo Allegri)

Salah satu kebijakan kontroversial Donald Trump yang berulang kali disampaikannya ketika berkampanye adalah melarang warga muslim masuk ke Amerika Serikat (AS). Pernyataan tersebut juga tertera dalam situs resmi kampanye Trump.

Namun seperti dikutip dari Express.co.uk, Kamis, 10 November 2016 belakangan pernyataan yang dipublikasikan di situs tersebut dengan judul, "Donald J Trump is calling for a total and complete of Muslims entering the United States until our country's representatives can figure out what is going on" dihapus.

Seruan Trump untuk memboikot muslim masuk ke AS muncul setelah serangkaian serangan teroris di Paris pada November 2015 dan peristiwa penembakan massal di San Bernadino, California, pada Desember 2015. Para pelaku teror tersebut diketahui merupakan simpatisan ISIS.

Selanjutnya...

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya