Liputan6.com, New York - Cupid. Hampir semua orang pernah mendengar nama sosok makhluk yang digambarkan sebagai bayi imut bersayap yang terkadang digambarkan montok, terkadang ramping.
Cupid adalah dewa cinta dan gairah erotis dalam mitologi klasik Romawi, serupa dengan Eros dalam mitologi Yunani Kuno.
Ia digambarkan sebagai dewa kekanakan yang, tanpa ragu, memberikan "berkat" bagi semua urusan romantis ketika ia menginginkannya.
Advertisement
Begitulah, ia digambarkan bersayap, karena sayap itu merupakan perlambang kehendak bebas pasangan asmara. Maksudnya, pasangan asmara selalu boleh mengubah pikiran mereka dan terbang menjauh satu sama lain.
Baca Juga
Kekuatan Cupid, seperti dijelaskan dalam The Vintage News pada Senin (6/2/2017), ada pada busur dan panah miliknya. Ketika ia menembak seseorang dengan panahnya, maka orang itu dipenuhi oleh gairah yang tak bisa mereka kendalikan.
Selain hal tersebut, Cupid tidak mempunyai kekuatan atau kebijaksanaan untuk mempengaruhi tindakan-tindakan selanjutnya. Jadi, menurut mitos yang ada, ia adalah sosok yang mengatur siasat.
Namun demikian, ada suatu kisah menarik bertajuk Cupid and Psyche. Di dalamnya, Cupid adalah tokoh utama dan ia, secara tidak sengaja, terluka oleh panahnya sendiri dan mengalami cinta.
Walaupun ia pada umumnya hanya memegang peran kecil, semua orang tahu tentang dia dan hal yang dilakukannya. Cupid terus ada dalam seni Romawi Kuno, seni Barat Klasik, dan terus populer selama Abad Pertengahan.
Dalam budaya pop, Cupid menjadi perlambang cinta romantis dan terkadang dipakai sebagai ikon untuk Hari Valentine.
Konsep dan mitos tentang Cupid, dan juga Eros dari Yunani Kuno, telah ditafsir ulang dalam kesenian dan sastra Romawi Kuno. Karena itu, selama masa Renaissance, pencerita mitos begitu saja menggabungkan keduanya.
Eros, dewa cinta dan gairah dalam mitologi Yunani Kuno, adalah salah satu dewa mula-mula yang ada sebelum dikotomi tentang gender. Menurut sejumlah sumber, hanya Gaia (Bumi) dan Chaos yang ada mendahuluinya.
Jadi, sebelum ada kesatuan pria dan wanita, peran Eros adalah agar menyebabkan pemisahan entitas-entitas dari diri masing-masing. Eros dilambangkan dengan anak lelaki ramping, anak dari suatu pasangan abadi.
Identitas pasangan abadi itu berbeda-beda menurut sumber kisahnya Menurut Natale Conti, seorang cendekiawan mitologi Renaissance Italia, bangsa Yunani Kuno sendiri tidak memastikan orangtuan Eros.
Ada beberapa pasangan yang mungkin, misalnya Langit dan Bumi, Strife dan Zephye, Malam dan Ether, atau bahkan Afrodit dan Ares.
Di sisi lain, dalam sastra Latin, Cupid hampir selalu disebut sebagai putra Venus. Tapi, menurut Cicero, ada 3 Venus dan 3 Cupid. Salah satu Cupid itu adalah putra Diana dan Merkurius. Cupid ke dua adalah putra Merkurius dan Venus ke dua, sedangkan Cupid ke tiga adalah putra dari Venus ke tiga dan Mars.
Salah satu Cupid itu setara dengan Erotes, kumpulan dewa-dewa yang dihubungkan dengan cinta dan seks. Sedangkan Cupid yang ke tiga itu setara dengan Anteros, dewa "bukan cinta".
Dalam tradisi klasik yang kemudian, disepakati bahwa orangtua Cupid adalah Venus dan Mars, yang merupakan perumpamaan untuk Cinta dan Perang.
Di samping semua arti dan simbolisme tentang cinta, jatuh cinta, gairah, dan "bukan cinta", hal paling menarik pada Cupid adalah sayap-sayapnya.
Secara semantik, alasan Cupid digambarkan memiliki sayap adalah karena pasangan asmara bebas untuk "pergi menjauhi satu sama lain". Mereka bebas untuk mengubah pikiran mereka.
Bukan hanya itu, Cupid digambarkan kekanakan dan tidak pernah ada tampilannya sebagai pria dewasa adalah karena cinta itu tidak masuk akal.
Ia memiliki sejumlah panah dan obor karena cinta bisa saja melukai seseorang dan membakar hati.
Tafsiran-tafsiran itu disimpulkan oleh Isidore, Uskup di Seville, pada 636 M. Kadang-kadang, Cupid digambarkan dengan mata ditutupi sehelai kain.
Cupid tidak pernah digambarkan sebagai sosok buta, tapi dimaknai sebagai sosok yang berpikiran sempit.