Era Donald Trump, Hubungan AS-Mesir Lebih 'Mesra'

Ketika puluhan ribu tahanan politik merana di Mesir, Trump justru menunjukkan dukungan penuhnya terhadap Presiden Sisi.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 04 Apr 2017, 17:30 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2017, 17:30 WIB
Donald Trump saat menyambut Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi di Gedung Putih
Donald Trump saat menyambut Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi di Gedung Putih (AP)

Liputan6.com, Washington, DC - Kunjungan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi ke Amerika Serikat (AS) disambut hangat oleh Presiden Donald Trump. Sesuai dengan prediksi sebelumnya, isu pelanggaran HAM tak masuk jadi agenda pembahasan kedua kepala negara.

Di negerinya, Sisi dikritik keras oleh kelompok pemantau HAM dan para demonstran.

Berbicara kepada wartawan usai pertemuan keduanya, Trump mengatakan ia sangat mendukung kepemimpinan Sisi dan mereka akan bekerja sama dalam melawan terorisme.

"Saya ingin memberitahukan bahwa kami sangat mendukung Presiden Sisi. Dia telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam situasi yang sangat sulit," ujar Trump seperti dilansir Al Jazeera, Selasa, (4/4/2017).

"Anda (Sisi) punya teman dan sekutu yang hebat di AS, termasuk saya," ujar presiden ke-45 AS tersebut.

Sisi merupakan presiden pertama Mesir yang mengunjungi Gedung Putih nyaris dalam satu dekade terakhir.

Presiden Sisi sendiri mengapresiasi "dukungan yang begitu kuat dari Trump untuk melawan ideologi jahat".

Saat ini Mesir tengah berjuang menghadapi konflik internal di Sinai, di mana ratusan tentara dan polisi dikabarkan tewas dalam memerangi kelompok bersenjata.

Kairo dan Washington diharapkan dapat menjalin hubungan yang lebih dekat di era pemerintahan Trump setelah melewati tahun-tahun penuh ketegangan dengan Barack Obama.

Obama diketahui menangguhkan bantuan militer ke Mesir tak lama setelah kudeta yang membawa Sisi ke kursi presiden pada 2013. Rezim Obama juga kerap mengkritik tindakan keras Sisi terhadap lawan-lawan politiknya.

"Sisi meyakini kunjungan ke Gedung Putih akan meningkatkan legitimasinya, menyusul ada banyak keraguan karena peralihan kekuasaan terjadi melalui kudeta berdarah," demikian pendapat seorang analis Timur Tengah Yehia Ghanem.

'Represi Tak Termaafkan'

Sejak kudeta Juli 2013, tindakan keras polisi terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin yang dicap pemerintah sebagai teroris telah menyebabkan ratusan orang tewas. Puluhan ribu lainnya dipenjara.

Tahun lalu, badan penyelidikan PBB menemukan bahwa Mesir dalam penganiayaan secara terus-menerus terhadap perempuan, aktivis HAM, dan jurnalis.

Kelompok pemantau HAM memperkirakan setidaknya terdapat 40.000 tahanan politik yang telah dijebloskan ke penjara oleh pemerintahan Sisi.

"Mengundang Sisi untuk melakukan kunjungan resmi ke Washington saat puluhan ribu rakyat Mesir membusuk di penjara dan penyiksaan terjadi adalah cara yang aneh untuk membangun hubungan strategis yang stabil," terang Sarah Margon, Direktur Human Rights Watch.

Menurut Gedung Putih, meski tidak dibahas dalam pertemuan Trump-Sisi, catatan HAM Mesir akan didiskusikan secara tertutup. Klaim tersebut diragukan beberapa analis.

Selain bertemu Trump, Sisi juga akan berjumpa dengan para pejabat tinggi Bank Dunia dan IMF di mana ia berkepentingan dengan bantuan menyusul kondisi perekonomian negaranya yang terpuruk.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya