Liputan6.com, London - Dua figur penting pemerintahan Inggris, Sekretaris Luar Negeri Boris Johnson dan Sekretaris Pertahanan Michael Fallon mendesak agar Rusia hentikan koalisi dan aktivitas militernya dengan Suriah.
Desakan ini turut dipertegas dengan pembatalan kunjungan Boris Johnson secara mendadak ke Moskow, Rusia.
Baca Juga
Menurut Johnson, pembatalan kunjungan ke Rusia dilakukan atas respon situasi terbaru di Suriah.
Advertisement
Sekretaris Luar Negeri Britania Raya itu juga intens menjalin komunikasi dengan Tillerson terkait situasi di Suriah. Keduanya sepakat untuk 'mengkoordinasikan dukungan internasional untuk pelucutan senjata'.
"Kami akan lakukan segala yang mungkin untuk menjamin stabilitas politik di Suriah. Kami juga menyayangkan sikap Rusia yang terus membela rezim (Presiden Suriah) al-Assad," ujar Boris seperti yang dikutip BBC, Sabtu, (8/4/2017).
Pada kesempatan yang berbeda, Sekretaris Pertahanan Inggris, Michael Fallon secara terbuka menyalahkan Rusia atas serangan senjata kimia di Idlib, Suriah, yang tewaskan sekitar 100 orang korban. Menurut Fallon, kebijakan Rusia terhadap Suriah merupakan penyebab utama serangan senjata kimia di Idlib.
"Kejahatan perang terbaru ini terjadi dalam pengawasan mereka (Rusia). Selama beberapa tahun, mereka memiliki kesempatan untuk menghentikan perang sipil ini," ujar Fallon dalam tulisannya yang dipublikasikan Sunday Times seperti yang dikutip oleh BBC, Minggu, 9 April 2017.
Sekretaris Pertahanan Inggris itu juga menilai bahwa langkah yang diambil Donald Trump untuk menyerang Suriah dapat dibenarkan dan dianggap sebagai sinyal kuat ketidaksukaan AS terhadap serangan senjata kimia di Idlib yang diyakini dilakukan oleh Suriah.
"Dengan mengirim misil Tomahawk, AS telah mengirim pesan kuat agar Suriah tidak menggunakan senjata kimia beracun untuk kemudian hari," tambah Fallon.
Mantan Deputi Partai Konservatif periode 2010-2012 itu juga menjelaskan bahwa Suriah membutuhkan pemerintahan yang stabil, namun bukan seperti ala kepemimpinan al-Assad.
Sementara itu, di lain pihak, koalisi Suriah, Rusia, dan Iran menilai langkah AS untuk menyerang bandar udara Syahrat justru menguntungkan kelompok oposisi, yang disebut oleh Kremlin sebagai 'kelompok teroris anti pemerintah'.
Presiden Iran Hassan Rouhani juga menilai bahwa serangan AS adalah langkah yang justru dirayakan para teroris di Suriah. Akan tetapi, ia mendukung adanya proses investigasi independen untuk mengetahui dalang yang sebenarnya dalam serangan di Idlib beberapa waktu lalu.