Putra Mahkota Arab Saudi Tawarkan Abu Dis Jadi Ibu Kota Palestina

Tawaran Putra Mahkota Arab Saudi agar Abu Dis dijadikan ibu kota Palestina memicu kemarahan publik.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 08 Des 2017, 14:27 WIB
Diterbitkan 08 Des 2017, 14:27 WIB
Pangeran Mohammed bin Salman
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (Hassan Ammar/AP)

Liputan6.com, Tepi Barat - Arab Saudi dikabarkan mengajukan sebuah inisiatif perdamaian antara Israel dan Palestina dengan menawarkan Abu Dis sebagai ibu kota masa depan Palestina. Padahal selama ini, Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota mereka.

Seperti dilansir middleeastmonitor.com pada 6 Desember 2017, The New York Times hari Minggu melaporkan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman menggagas prakarsa perdamaian tersebut saat kunjungan Presiden Mahmoud Abbas ke Riyadh bulan lalu.

Berdasarkan inisiatif perdamaian tersebut, rakyat Palestina akan mendapatkan sebuah negara yang tidak bersebelahan di Tepi Barat dan Jalur Gaza di mana mereka hanya memiliki kedaulatan parsial. Sementara, mayoritas permukiman Israel di Tepi Barat akan tetap ada.

Prakarsa perdamaian tersebut tidak memberikan pengungsi Palestina dan keturunan mereka yang hidup di negara lain hak untuk kembali ke Israel.

Menurut surat kabar The New York Times, Pangeran Mohammed bin Salman memberikan tenggat dua bulan bagi Abbas untuk merespons tawarannya.

Abu Dis adalah kota Palestina di dekat Yerusalem Timur yang diduduki Israel. Menurut Kesepakatan Oslo, kota itu diklasifikasikan sebagai Area B yang dikelola oleh dua belah pihak, yakni Israel dan Otoritas Palestina.

Inisiatif perdamaian yang ditawarkan Putra Mahkota Arab Saudi tersebut dikabarkan memicu kemarahan publik. Para aktivis dilaporkan membuat tagar "Jerusalem is our Capital" sebagai bentuk protes.

Trump Resmi Akui Yerusalem

Masa depan Yerusalem merupakan isu penting dalam konflik Israel-Palestina. Melalui pidato Trump pada Rabu waktu Washington, resmi sudah, AS menjadi negara pertama yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sejak negara itu mengumumkan pendiriannya pada 1948.

Israel menduduki Yerusalem Timur sejak Perang 1967 dan pada 1980 Tel Aviv mencaploknya dan mengklaimnya sebagai domain eksklusif mereka. Di bawah hukum internasional, Yerusalem dianggap sebagai wilayah yang diduduki.

Versi Israel, Yerusalem yang merupakan kota suci tiga agama, Yahudi, Islam dan Kristen adalah ibu kota abadi dan tak dapat dibagi. Sementara, Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan.

Selama kampanye Pilpres AS tahun lalu, Trump menyatakan dukungan kuatnya bagi Israel. Pada hari pertamanya di Gedung Putih, Trump berjanji akan memerintahkan relokasi Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem -- bentuk teknis atas pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota negara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya