Liputan6.com, Kadovar - Sekitar 1.500 orang dievakuasi dari sejumlah pulau di Papua Nugini, demikian menurut laporan Palang Merah setempat. Hal tersebut dilakukan setelah sebuah gunung api yang telah lama tidur mulai erupsi.
Dikutip dari BBC, Senin (15/1/2018), gunung api yang berada di Pulau Kadovar itu mulai mengeluarkan asap dan abu pada pekan lalu. Hal itu membuat pemerintah mengevakuasi lebih dari 500 orang dan memindahkannya ke Pulau Blup Blup.
Namun akibat erupsi makin berbahaya, penduduk di Kadovar dan pulau-pulau sekitarnya akan dibawa ke pulau utama Papua Nugini.
Advertisement
Baca Juga
Sejumlah saksi mata di Blup Blup, pulau yang berada di utara Kadovar, melaporkan bahwa terdapat ledakan besar pada Jumat, 12 Januari 2018. Cahaya merah menyala pun terlihat di puncaknya.
Para ilmuwan kemudian mendeteksi adanya sulfur dioksida dalam jumlah besar yang berasal dari gunung berapi di Papua Nugini itu.
Palang Merah Telah Siap Mengevakuasi
Sekretaris Jenderal Palang Merah Papua Nugini mengatakan bahwa dana telah tersedia untuk membantu para pengungsi pindah ke daratan.
"Orang-orang di sana, saat gunung berapi meletus, segera bergegas melarikan diri. Jadi mereka membutuhkan makanan, air, tempat penampungan, dan juga pakaian," ujarnya.
Menurut sejumlah ilmuwan di Rabaul Volcanological Observatory, sebuah kubah lava dapat terlihat di Kadovar. Mereka menambahkan bahwa awan panas membumbung hingga ketinggian 600 meter.
Ahli vulkanologi mengatakan tidak ada catatan yang dikonfirmasi mengenai adanya letusan berskala besar sebelumnya di Kadovar.
Advertisement
Terakhir Kali Meletus pada Tahun 1700-an
Ini adalah pertama kalinya gunung yang telah dinyatakan tak aktif itu erupsi. Para ahli memprediksi, gunung itu pernah meletus pada awal 1700-an.
Semenjak saat itu, gunung berapi tersebut tertidur hingga tahun 1976, di mana terjadi aktivitas termal tinggi dalam tubuh gunung itu. Lalu, pada 2015, tercatat beberapa kali mengalami getaran seismik.