4-4-1968: Martin Luther King Tewas Ditembak

Martin Luther King berada di Memphis, Tennessee, untuk memberi dukungan terhadap aksi mogok yang dilakukan para pekerja sanitasi di kota itu.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 04 Apr 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2018, 06:00 WIB
Mengalahkan dengki (1)
Martin Luther King, Jr. (Sumber US Marine Corps untuk ranah publik)

Liputan6.com, Memphis - Tepat hari ini, pada 1968 sekitar pukul 18.00 waktu Tennessee, Amerika Serikat, Martin Luther King tewas tertembak.

Tokoh pejuang persamaan hak di AS tersebut berada di Memphis, Tennessee, untuk memberi dukungan terhadap aksi mogok yang dilakukan para pekerja sanitasi di kota itu.

Dikutip dari laman History, Martin Luther King sempat dilarikan ke rumah sakit sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia. Ia meninggal di usia yang cukup muda, 39 tahun.

Beberapa bulan sebelum ajal menjemput, Martin Luther King merasa prihatin dengan masalah ketimpangan ekonomi di Negeri Paman Sam.

Oleh sebabnya, ia menggalang kampanye untuk memperjuangkan kesetaraan ekonomi. Pada 28 Maret 1968, sebuah unjuk rasa yang dipimpin oleh Martin Luther King berakhir rusuh dan menimbulkan kematian seorang remaja.

Martin Luther King pun berjanji untuk kembali ke Memphis. Pada 3 April 1968, ia pun menginjakkan kaki kembali di sana. Keesokan harinya ia tampil memberikan pidato dan saat itulah ia ditembak mati oleh seorang pria yang diketahui bernama James Earl Ray.

Ray terbukti sebagai pembunuh Martin Luther King Jr, Ray dan dihukum 99 tahun penjara. Ia dijatuhi hukuman oleh Pengadilan Memphis.

Pria tersebut sebetulnya mengaku terlibat dalam pembunuhan Martin Luther King. Namun, ia menolak tuduhan kalau dirinya adalah eksekutor aksi pembunuhan tokoh penting tersebut.

Terungkapnya sosok James Earl Ray yang merupakan seorang residivis berawal dari investigasi langsung FBI.

Pria tersebut baru saja kabur dari penjara Missouri pada April 1967. Ray berhasil ditangkap di London pada Juni 1968.

Penangkapan tersebut berhasil dilakukan karena Ray tertangkap membawa senjata ilegal dan memalsukan identitas di paspor.

Saat hukuman dijatuhkan kepada Ray, pria ini sempat menunjukkan emosinya. Meski mengaku bersalah, dia yakin plot pembunuhan terhadap Martin Luther King diliputi oleh konspirasi besar.

Kendati menyampaikan pembelaannya, hakim yang menangani kasus Ray, Preston Battle menyatakan tidak terbukti kasus pembunuhan Martin Luther King merupakan sebuah konspirasi.

"Jika dia mengatakan hal itu adalah sebuah konspirasi, maka selama hidupnya ia tak akan hidup dengan damai dan aman," ucap Battle.

Pada hari dan tanggal yang sama, Senegal merayakan hari kemerdekaannya dari kolonialisme Perancis pada 1960. Leopold Sedar Senghor diproklamirkan sebagai presiden pertama Senegal.

Kemudian pada 4 April 1979, menjadi hari terakhir bagi mantan Presiden dan Perdana Menteri Pakistan Zulfikar Ali Bhutto. Diktator yang telah berkuasa sejak tahun 1973 itu dieksekusi mati atas kasus pembunuhan lawan politiknya, Ahmad Raza Khan Kasuri.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya