Menhan AS: Kami Akan Terus Kirim Kapal ke Laut China Selatan

Laut China Selatan diperkirakan akan menjadi fokus pembicaraan utama minggu ini ketika Mattis berkunjung ke Singapura untuk menghadiri Dialog Shangri-La.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 31 Mei 2018, 08:42 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2018, 08:42 WIB
Citra satelit yang menunjukkan pangkalan militer Tiongkok di Laut China Selatan (sumber:CSIS)
Citra satelit yang menunjukkan pangkalan militer Tiongkok di Laut China Selatan (sumber:CSIS)

Liputan6.com, Washington, DC - Angkatan laut Amerika akan terus mengirim kapal-kapalnya ke dekat pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Selatan, kata Menteri Pertahanan Amerika Jim Mattis, Selasa. Ia mengatakan hal itu walaupun China terus mengeluh tentang operasi kapal-kapal perang Amerika itu.

"Itu semua adalah operasi untuk menegaskan kebebasan berlayar, dan tampaknya hanya ada satu negara yang berusaha menolaknya atau menyatakan keberatan," kata Mattis seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (31/5/2018).

Laut China Selatan diperkirakan akan menjadi fokus pembicaraan utama minggu ini ketika Mattis berkunjung ke Singapura untuk menghadiri Dialog Shangri-La, pertemuan tahunan para menteri pertahanan ASEAN dan tokoh-tokoh lainnya.

Dua kapal perang Amerika pada hari Minggu berlayar dekat pulau-pulau Paracel yang diduduki China, di lepas pantai Vietnam. China mengirim dua kapal perangnya ke kawasan itu untuk memperingatkan kapal-kapal perang Amerika itu supaya pergi, kata pernyataan pemerintah China.

Para pejabat Amerika mengatakan operasi kebebasan berlayar itu, disingkat FONOP, diadakan secara teratur dan terjadi di mana pun di seluruh dunia. Akan tetapi, FONOP yang paling baru ini terjadi pada saat-saat yang tegang dalam hubungan Amerika-China.

Departemen Pertahanan Amerika minggu lalu membatalkan undangan kepada China untuk ikut dalam latihan maritim internasional menjelang akhir tahun ini, karena tindakan China untuk memiliterisasi pulau-pulau di Laut China Selatan.

Laporan-laporan terbaru menunjukkan China telah memindahkan sistem pertahanan udaranya ke Kepulauan Spratly.

"Kalau mereka melakukan hal-hal yang tidak jelas bagi kami, kita tidak bisa bekerja sama dengan mereka," kata Mattis kepada wartawan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya