Liputan6.com, Phnom Penh - Sepuluh orang tewas dan lebih dari 100 ribu orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka setelah hujan lebat mengguyur sejumlah desa di Myanmar tengah dan selatan selama beberapa hari terakhir, menurut pejabat pemerintah.
Komite Manajemen Bencana Nasional Myanmar (NDMC) telah mendesak penduduk di dekat bantaran sungai dan daerah dataran rendah untuk pindah ke tanah yang lebih tinggi, setelah banjir menutup jalan dan desa-desa yang terendam, membuat masyarakat terdampar.
Hingga Selasa 31 Juli 2018, lebih dari 119.000 orang di lima provinsi telah terlantar akibat banjir tersebut. Demikian seperti dikutip dari CNN, Rabu (1/8/2018).
Advertisement
Baca Juga
Wilayah Magway di Myanmar tengah menderita kerugian paling parah, dengan lebih dari 70.000 orang terkena dampak, kata Min Thein, Direktur NDMC.
Gambar yang dirilis oleh Kementerian Informasi Myanmar menunjukkan kapal penyelamat mengevakuasi orang, sementara anak-anak dan keluarga mengungsi ke atap rumah untuk menghindari naiknya permukaan air.
Namun, upaya aparat untuk menjangkau banyak dari warga yang terperangkan banjir, terhambat oleh hujan lebat. Tiga dari sepuluh orang yang tewas dalam banjir adalah tentara yang membantu upaya penyelamatan, kata Min Thein.
Simak video pilihan berikut:
Banjir Musiman
Banjir Myanmar terjadi setiap tahun selama musim hujan. Pada 2015, banjir musiman menewaskan sekitar 100 orang dan membuat lebih dari 200.000 warga mengungsi --menjadikan bencana itu sebagai yang terburuk dalam satu dekade.
Pada hari Minggu 29 Juli, kantor Koordinator Kemanusiaan PBB di Myanmar mengatakan bahwa mereka mengikuti bencana banjir itu "dengan keprihatinan besar."
"PBB di Myanmar memobilisasi mitra, sumber daya dan kapasitas dan menawarkan untuk memberikan dukungan kepada bantuan berkelanjutan yang diberikan kepada para korban banjir oleh Pemerintah Myanmar, organisasi masyarakat sipil, relawan dan mitra lainnya," kata organisasi tersebut dalam sebuah pernyataan.
Banyak dari mereka yang mengungsi telah dipindahkan ke tempat penampungan sementara, seperti biara, menurut Komite Nasional Penanggulangan Bencana (NDMC). Tempat penampungan tambahan akan dibuka untuk perempuan hamil dan perempuan yang membawa anak kecil.
Menurut Myanmar Times, penduduk ibu kota Hpa-an mengatakan bahwa setiap tahun memang kerap terjadi banjir. Namun, kali ini keadaannya jauh lebih buruk dan jadi yang terparah.
Advertisement