Investasi China di Afrika Senilai Rp 859 Triliun Picu Kekhawatiran Kolonialisme Baru

Investasi besar-besaran China di Afrika memicu kekhawatiran akan munculnya kolonialisme baru. Ini alasannya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 04 Sep 2018, 17:05 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2018, 17:05 WIB
Presiden China Xi Jinping
Presiden China Xi Jinping (AP Photo/Ng Han Guan)

Liputan6.com, Beijing - Presiden China Xi Jinping pada Senin, 2 September 2018, menjanjikan dana senilai US$ 60 miliar (setara Rp 859 triliun) untuk membiayai proyek-proyek di banyak negara Afrika, dalam bentuk bantuan, investasi dan pinjaman.

Disebutkan bahwa anggaran bernilai fantastis itu bertujuan untuk menghubungkan prospek ekonomi benua Afrika dengan "inspirasi kemajuan ekonomi" China.

Berbicara di sela-sela pertemuan para pemimpin Afrika di Beijing, Presiden Xi mengatakan angka tersebut termasuk US$ 15 miliar dalam bentuk hibah, pinjaman bebas bunga dan pinjaman lunak, US$ 20 miliar dalam jalur kredit, US$ 10 miliar untuk "pembiayaan pembangunan" dan US$ 5 miliar untuk pembeliam impor dari Afrika.

Selain itu, sebagaimana dikutip dari Telegraph.co.uk pada Selasa (4/9/2018), Presiden Xi juga mengatakan bahwa China akan mendorong perusahaan-perusahaan dari negaranya, untuk berinvestasi setidaknya US$ 10 miliar (setara Rp 149 triliun) di Afrika selama tiga tahun ke depan.

Jangkauan China ke Afrika, menurut beberapa pengamat, bertujuan untuk membangun perdagangan, investasi dan hubungan politik dengan benua yang kerap diabaikan oleh AS dan negara-negara Barat lainnya.

Hal tersebut memberi peluang menguntungkan bagi kedua belah pihak. China akan diuntungkan secara pengaruh ekonomi, dan negara-negara Afrika menjadi sedikit lebih tenang dengan tuntutan yang tidak sebegitu ketat dengan yang diberikan oleh investor Barat.

Beijing diketahui tidak menuntut banyak tentang perlindungan terhadap korupsi, pemborosan dan kerusakan lingkungan.

Tidak ada rincian yang diberikan pada proyek-proyek tertentu, meskipun Presiden Xi mengatakan China sedang merencanakan inisiatif di delapan bidang, termasuk menyediakan US$ 147 juta (setara Rp 219 triliun) bantuan pangan darurat, mengirim 500 ahli pertanian ke Afrika, dan memberikan beasiswa, pelatihan kerja, serta peluang promosi perdagangan.

Selama pidato di KTT terkait, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menyampaikan bantahan keras tentang kritik terhadap bantuan pembangunan China di Afrika, yang banyak dinilai sebagai bentuk "kolonialisme baru".

Menanggapi keresahan pelaku ekonomi global, Presiden Xi menyampaikan sebelum pembukaan resmi Forum Kerjasama China-Afrika, bahwa inisiatif "Belt and Road" murni untuk memperluas pasar. Dia meyakinkan bahwa Beijing ingin membangun pengaruh strategis di bidang ekonomi dan perdagangan, menjanjikan investasi China hadir tanpa ada ikatan politik apapun.

"Unilateralisme dan proteksionisme sedang meningkat. Pertumbuhan ekonomi tidak memiliki dorongan kuat," kata Presiden Xi dalam sebuah pidato.

"Kerjasama China-Afrika adalah jalan menuju kemakmuran bersama yang membawa manfaat bagi kedua bangsa," lanjutnya yakin.

 

Simak video pilihan berikut:

Tidak Ada Campur Tangan Politik

Bendera China
Ilustrasi (iStock)

Pemimpin Afrika dan Asia lainnya menyambut inisiatif "Belt and Road" tetapi beberapa proyek telah memicu keluhan tentang utang dan masalah lainnya. Inisiatif ini melibatkan ratusan proyek, sebagian besar dibangun oleh kontraktor China, dan dibiayai oleh pinjaman dari bank-bank milik Negeri Tirai Bambu, yang menyasar lebih dari 65 negara, mulai dari Pasifik Selatan, Asia, Timur Tengah hingga Afrika.

Sebagai pukulan besar terhadap ambisi China, Malaysia baru-baru ini membatalkan proyek-proyek yang dibiayai Beijing senilai lebih dari US$ 20 miliar (setara Rp 298 triliun), mengatakan bahwa mereka tidak diperlukan dan akan menciptakan beban utang yang tidak berkelanjutan.

Pakistan yang dililit utang juga dilaporkan mempertimbangkan kembali beberapa proyek di Koridor Ekonomi China-Pakistan bernilai miliaran dolar, yang merupakan mata rantai utama dalam inisiatif "Belt and Road".

Di lain pihak, Beijing menyatukan para pemimpin dari China dan lebih dari 50 negara Afrika. Presiden Xi tidak menyebutkan masalah politik dan utang yang membayangi beberapa proyek "Belt and Road".

Namun, para pejabat China sebelumnya telah menolak tuduhan bahwa proyek-proyek tersebut menyebabkan negara tuan rumah memiliki lammpauan utang yang tinggi terhadap Negeri Tirai Bambu.

"Investasi China di Afrika datang tanpa ikatan politik," kata Presiden Xi. "China tidak ikut campur dalam urusan internal Afrika dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri di Afrika."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya