Liputan6.com, Kabul - Sedikitnya 10 orang tewas dan 19 luka-luka setelah sebuah markas firma keamanan swasta Inggris G4S diserang Taliban pada Kamis 29 November 2018, kata pihak berwenang.
Sejumlah pria bersenjata menyerbu kompleks itu setelah sebuah bom mobil diledakkan di luar, menurut seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, seperti dikutip dari BBC, Kamis (29/11/2018).
Sempat dilaporkan aksi tembak-menembak yang intens di lokasi kejadian.
Advertisement
Taliban kemudian mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
Satu sumber keamanan mengatakan kepada BBC bahwa warga negara asing termasuk di antara korban.
Baca Juga
Kementerian Dalam Negeri Afghanistan memperingatkan jumlah korban tewas mungkin bisa bertambah, karena beberapa korban luka berada dalam kondisi kritis.
"Kami dapat mengonfirmasi bahwa ada insiden di salah satu fasilitas kami di Kabul," kata juru bicara G4S kepada kantor berita AFP.
Situs web perusahaan mengatakan memiliki markas yang dibangun khusus di Anjuman Secure Business Park di Kabul. Kompleks aman (safe-compound) seluas 26.000 meter persegi menyediakan "dukungan operasional" untuk klien dan juga dapat menyediakan safe-house (istilah dunia militer-intelijen untuk kompleks berlindung).
Salah satu firma keamanan terbesar di dunia, G4S diketahui ikut membantu penjagaan daerah di sekitar Kedutaan Besar Inggris di Kabul, demikian seperti dikutip dari The Telegraph.
"Situasi sedang berlangsung dan kami berkoordinasi dengan pihak berwenang Afghanistan," tambah juru bicara G4S.
Hafizullah, ayah tiga anak yang terluka di sebuah rumah di dekat kompleks itu, mengatakan kepada bahwa ledakan bom pertama "menghancurkan" semua pintu rumahnya.
"Ada ledakan dan tepat setelah itu, semua jendela dan langit-langit ambruk di atas anak-anak," katanya.
Serangan itu menandai kekerasan terbaru dari Taliban yang melanda ibu kota Afghanistan, Kabul.
Â
Simak video pilihan berikut:
Di Tengah Upaya Pembicaraan Damai
Baik Taliban dan kelompok ISIS di Afghanistan telah meningkatkan serangan mereka di Kabul, yang merupakan salah satu tempat paling mematikan di negara itu bagi warga sipil.
Insiden terbaru terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengumumkan rencana untuk membentuk sebuah tim negosiator beranggotakan 12 orang untuk mencari kesepakatan damai dengan Taliban.
Pembicaraan tatap muka akan diadakan dengan kelompok militan, tetapi kesepakatan apa pun akan membutuhkan persetujuan dari rakyat Afghanistan.
Hanya sehari sebelumnya, tiga anggota militer AS tewas dan tiga lainnya terluka dalam ledakan di dekat Ghazni.
Orang-orang yang tewas diketahui bernama Kapten Angkatan Darat Andrew Patrick Ross, Sersan Angkatan Darat Eric Michael Emond dan Staf Angkatan Udara Sersan Dylan Elchin.
Advertisement