Liputan6.com, Jakarta Uni Eropa (UE) telah memberi jangka waktu 11 hari bagi pemerintah Inggris untuk mengajukan proposal Brexit yang baru, guna menghindari kekacauan ketika Negeri Ratu Elizabeth akan meninggalkan Benua Biru pada 12 April, pukul 23.00 waktu setempat.
Segera setelah penolakan keras terhadap kesepakatan Brexit yang diajukan oleh Perdan Menteri Theresa May, Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk, mengadakan pertemuan darurat bagi para pemimpin UE, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Sabtu (30/3/2019).
Advertisement
Baca Juga
Jika Inggris meminta perpanjangan kesepakatan baru, para pemimpin Uni Eropa akan mempertimbangkan opsi terkait dalam pertemuan luar biasa pada 10 April 2019 mendatang.
Brussels menegaskan bahwa London harus memberi tahu kepastian opsi perpanjangan, selambat-lambatnya dua hari sebelum pertemuan luar biasa, agar para pejabat UE punya cukup waktu untuk bersiap.
Kepala negara dan pemerintah Uni Eropa menyatakan kekhawatiran mereka pada kebuntuan yang berlanjut di Westminster --parlemen Inggris-- menyusul kekalahan ketiga dari kesepakatan Brexit yang diajukan PM May.
Beberapa pengamat menilai, jika PM May berhasil membuat kesepakatan Brexit dengan Parlemen Inggris untuk keempat kalinya pada pekan depan, Uni Eropa mungkin akan mengizinkan penyesuaian mendalam hingga 22 Mei mendatang.
Tetapi berbicara di Polandia, kepala negosiator Uni Eropa, Michel Barnier, mengatakan semakin besar kemungkinan Inggris gagal pada 12 April nanti, yang menajdi tenggat waktu Brexit saat ini.
Pejabat paling senior komisi Eropa, Martin Selmayr, mengetwit: "12 April sekarang adalah 29 Maret yang baru", mengacu pada tanggal asli bagi Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Kemungkinan Skenario No-Deal
Dalam sebuah pernyataan, komisi Eropa mengatakan tentang kemungkinan skenario no-deal, yakni Inggris keluar tanpa kesepakatan tambahan dengan UE.
Seorang juru bicara Komisi Eropa mengatakan: "Kami menyesalkan suara negatif di Parlemen Inggris saat ini, dan London harus bekerja keras menunjukkan jalan baru (tentang kesepakatan Brexit) sebelum 12 April, untuk kemudian dipertimbangkan oleh dewan Eropa."
"Skenario no-deal pada 12 April masih manjadi opsi yang mungkin terjadi, meski sejatinya UE telah mempersiapkan risiko kesepakatan no-deal sejak 2017," lanjutrnya.
"Manfaat dari kesepakatan Brexit, termasuk masa transisi, dalam keadaan apa pun tidak akan direplikasi dalam skenario no-deal. Kesepakatan mini sektoral bukanlah suatu pilihan," tegasnya.
Dalam beberapa pekan terakhir, UE telah menetapkan langkah-langkah darurat yang akan berlangsung antara enam dan sembilan bulan, termasuk undang-undang untuk menjaga zona terbang dan rute pelayaran tetap terbuka bagi Uni Eropa.
Advertisement