Liputan6.com, Gaza - Kelompok gerilyawan di Jalur Gaza dan Israel dikabarkan telah menyepakati gencatan senjata usai melaksanakan saling balas serangan roket dan artileri udara sepanjang akhir pekan lalu, menewaskan 23 orang Palestina dan 4 Israel.
Laporan yang belum terkonfirmasi dari stasiun televisi di Gaza yang dikendalikan Hamas mengatakan bahwa gencatan senjata telah disepakati antara kedua belah pihak, tetapi sejauh ini belum ada kabar dari Israel, demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (6/5/2019).
Kabar gencatan senjata itu datang setelah komunitas internsional, termasuk PBB menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri.
Advertisement
Baca Juga
Laporan yang beredar pada Minggu 5 Mei 2019 malam juga mengindikasikan bahwa Qatar dan Mesir berusaha untuk menengahi gencatan senjata.
Dan pada Senin 6 Mei 2019 dini hari, para pejabat Palestina mengatakan bahwa sebuah kesepakatan telah dicapai, yang akan dimulai pukul 04.30 waktu setempat (01.30 GMT).
Sementara itu, sumber dari Hamas dan seorang pejabat Mesir juga mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa gencatan senjata telah disepakati.
Israel memang belum berkomentar soal kabar gencatan senjata itu, namun pada Minggu kemarin, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israeli Defence Forces (IDF) bergerak maju ke perbatasan kedua wilayah demi mengantisipasi serangan lanjutan.
Di sisi lain, kelompok gerilyawan di Gaza menyatakan siap melakukan aksi balasan jika tentara Israel membuka serangan lebih dulu.
Tanggapan Internasional
Nickolay Miadenov, Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah telah mengutuk kekerasan baru-baru ini dan mengatakan PBB bekerja sama dengan kedua belah pihak untuk menenangkan kekerasan.
Sementara dalam sebuah pernyataan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk "dalam istilah terkuat" terhadap serangan roket yang diluncurkan ke Israel.
"Dia mendesak semua pihak untuk menahan diri secara maksimal, segera mengurangi dan kembali ke pemahaman beberapa bulan terakhir," tambah pernyataan dari kantor sekretaris jenderal.
Berbicara di Fox News pada Minggu 5 Mei 2019, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, Israel memiliki "hak untuk membela diri" dari serangan roket.
"Saya harap kita dapat kembali ke gencatan senjata yang telah berlangsung selama berminggu-minggu dan telah berperan secara signifikan sebelum ini," tambahnya.
Uni Eropa pada Minggu 5 Mei 2019 menyerukan tembakan roket untuk "segera berhenti".
Di sisi lain, menteri luar negeri Iran, mengecam apa yang ia sebut sebagai serangan "biadab" Israel terhadap Gaza, dan juga mengkritik "dukungan Amerika yang tak terbatas" terhadap Israel.
Save the Children mengatakan mereka harus menangguhkan semua kecuali program-program penting di Jalur Gaza.
Jeremy Stoner, Direktur Regional Timur Tengah mereka, mengatakan kelompok itu "sangat khawatir" dengan meningkatnya korban di kedua belah pihak, dan menyerukan de-eskalasi antara Gaza dan Israel.
Advertisement
Donald Trump: AS 100 Persen Bersama Israel
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump angkat bicara seputar gelombang kekerasan terbaru antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza, yang pecah sepanjang akhir pekan lalu.
Trump menempatkan tanggung jawab pada Palestina untuk "menghentikan kekerasan dan bekerja menuju perdamaian" ujarnya dalam sebuah tweet pada Minggu, 5 Mei 2019 malam waktu lokal.
"Sekali lagi, Israel menghadapi rentetan serangan roket mematikan oleh kelompok-kelompok teroris Hamas dan Islamic Jihad. Kami mendukung Israel 100 persen dalam pembelaan terhadap warganya," lanjutnya seperti dilansir The Hill, Senin 6 Mei.
"Kepada orang-orang Gaza, aksi-aksi teroris terhadap Israel ini tidak akan memberikan keuntungan apapun kepada Anda selain penderitaan yang lebih banyak. Akhiri kekerasan dan bekerjalah menuju perdamaian --itu bisa terjadi.