Liputan6.com, Kuala Lumpur - Dua militan ahli perakitan bom telah ditangkap di Kuala Muda, Kedah, Malaysia. Keduanya diringkus setelah berhasil melakukan tes bahan ledak di dekat rumah mereka. Saat ini, pihak berwenang tengah berusaha mencari bahan peledak yang masih tersisa.
Bom yang berhasil dibuat oleh Muhammad Syazani Mahzan and Muhamad Nuurul Amin Azizan adalah jenis Triacetone triperoxide (TATP).
Advertisement
Baca Juga
"Otoritas menduga kuat bahwa keduanya telah berhasil mengetes senjata. Tapi beruntung bahwa militan-militan itu telah ditangkap sebelum mereka menggunakan bahan peledak kepada para target," kata sebuah sumber anonim sebagaimana dikutip dari situs berita daring Malaysia The Star pada Jumat (24/5/2019).
Pihak berwenang Malaysia juga percaya bahwa keduanya menyembunyikan bahan-bahan untuk peledak, termasuk TATP buatan mereka.
Belajar Merakit Bom di Yogyakarta?
Inspektur Jenderal Polisi Datuk Seri Abdul Hamid Bador mengatakan bahwa kedua militan yang ditangkap telah mengikuti pelatihan pembuatan bom di Yogyakarta pada 2018 lalu. Saat itu, kegiatan disinyalir diadakan oleh kelompok teror Jemaah Ansharut Daulah (JAD) Indonesia, menurut laporan The Star.
"Kedua tersangka juga menyurvei beberapa gereja di Yogyakarta untuk target potensial," kata Abdul Hamid.
"Muhammad Syazani juga berencana menargetkan rumah ibadah non-Muslim di Malaysia melalui serangan bom bunuh diri," lanjutnya.
Kedua militan itu termasuk di antara tiga orang yang ditahan dalam operasi pemberantasan teror di Kedah dan Selangor pada 14 Mei oleh Divisi Anti Terorisme (E8). Orang ketiga yang ditangkap adalah warga negara Indonesia bernama Nuruddin Alele.
"Tersangka Indonesia berencana untuk meninggalkan negara itu begitu rencana terornya berhasil. Dia berencana untuk pergi ke Indonesia melalui dermaga ilegal di sekitar Banting," kata seorang sumber yang dirahasiakan identitasnya.
Advertisement
TATP Sangat Berbahaya
TATP sendiri sangat berbahaya dan susah untuk dideteksi. Bahan itu dibuat dengan campuran aseton dan hidrogen peroksida.
"Itu (TATP) dapat menghancurkan dan membunuh apa pun atau siapa pun dalam radius 25 hingga 50 meter. TATP biasanya dipasang ke dalam bom pipa, yang dapat diledakkan dari jarak jauh melalui sekering pengaman," kata seorang sumber, menambahkan bahwa bahan itu biasa ditemukan dalam aksi terorisme di Thailand dan Indonesia.
Salah satu insiden pengeboman yang menggunakan TATP adalah bom bunuh diri terkoordinasi oleh satu keluarga di tiga gereja di Surabaya pada Mei lalu.
Dalam kasus itu, satu keluarga yang terdiri dari enam orang, termasuk seorang gadis berusia sembilan tahun, menyerang gereja dengan sedikitnya 13 orang tewas secara keseluruhan. Sebuah kantor polisi juga menjadi sasaran selama pengeboman saat itu.