PM Malaysia: Mata Uang Bersama Asia Timur Harus Berpatokan Emas

PM Malaysia Mahathir Mohamad mengusulkan adanya mata uang bersama yang dipatok dengan emas.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Mei 2019, 19:57 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2019, 19:57 WIB
Mahathir Mohamad
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. (AFP)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad membahas ide mata uang bersama untuk Asia Timur yang menggunakan patokan emas. Menurutnya, perdagangan mata uang yang ada di kawasan tersebut manipulatif.

"Di Asia Timur, bila Anda ingin bersatu, kita harus mulai dengan mata uang perdagangan bersama. Bukan untuk digunakan di dalam negeri, tapi untuk tujuan penyelesaian perdagangan," kata Mahathir pada konferensi Nikkei Future of Asia di Tokyo, seperti dilansir dari VOA Indonesia pada Kamis (30/5/2019).

"Mata uang yang kami usulkan (untuk Asia Timur ) harus berpatokan pada emas karena emas lebih stabil," lanjut pemimpin Negeri Jiran tersebut.

Kata Mahathir, dengan menggunakan sistem valuta asing saat ini, mata uang lokal dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan dimanipulasi. Ia tidak menjelaskan lebih jauh bagaimana mata uang lokal dimanipulasi.

Mahathir terkenal sebagai pengkritik keras perdagangan valuta, dan pernah menuduh miliarder George Soros bertaruh dengan mata uang-mata uang Asia.

Saat krisis finansial di Asia, Mahathir mematok nilai tukar mata uang ringgit sebesar MYR 3,8 terhadap dolar, dan menerapkan kontrol arus modal. Namun, patokan itu dicabut pada 2005. 

Sejak 2018, 3 Negara ASEAN Sepakat Kurangi Pemakaian Dolar AS

Bendera ASEAN
Ilustrasi ASEAN. (Gunawan Kartapranata/Creative Commons)

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menyatakan penerapan local currency settlement framework (LCS) yang telah berlaku sejak 2 Januari 2018. BI menggandeng Bank Negara Malaysia (BNM) dan Bank of Thailand (BOT) untuk menerapkan LCS tersebut sebagai upaya kurangi penggunaan dolar Amerika Serikat (AS).

"Sudah berlaku sejak Januari 2018 (penerapan LCS dengan tiga bank sentral di ASEAN-red)," ujar Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI, Yoga Affandi.

Ia menuturkan, penerapan local currency settlement (LCS) antar tiga bank sentral tersebut bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat.

Penerapan kebijakan ini bertujuan untuk mendorong penyelesaian perdagangan bilateral dan investasi langsung dalam mata uang lokal.

Hal itu mendorong penggunaan mata uang rupiah, ringgit, dan baht lebih luas dalam transaksi perdagangan dan investasi antara ketiga negara. Pembentukan framework LCS itu merupakan langkah penting penguatan kerja sama keuangan antara BI, Bank of Thailand dan Bank Negara Malaysia.

"Hingga Minggu 2 Desember 2018, total transaksi LCS menggunakan THB (thai baht-red) mencapai THB 1,5 miliar, MYR (ringgit-red) mencapai 495 juta," kata Yoga.

 

Tunjuk Bank Sesuai Kriteria untuk Transaksi Bilateral

Ilustrasi Bank Indonesia (2)
Ilustrasi Bank Indonesia

Mengutip laman Bank Indonesia, untuk memfasilitasi operasionalisasi framework LCS itu, BI, Bank Negara Malaysia dan Bank of Thailand telah menunjuk beberapa bank yang penuhi kriteria kualifikasi utama untuk fasilitas transaksi bilateral.

Bank-bank yang ditunjuk itu antara lain penuhi kriteria sebagai bank yang berdaya tahan dan sehat di setiap negara, memiliki pengalaman dalam memfasilitasi perdagangan antar kedua negara, memiliki hubungan bisnis dengan bank di kedua negara, dan memiliki basis konsumen dan kantor cabang yang luas di negara asal.

Untuk operasionalisasi framework LCS rupiah-ringgit, Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia menunjuk bank-bank antara lain dari Indonesia yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, dan PT Bank Maybank Indonesia Tbk.

Selain itu dari Malaysia yaitu, CIMB Bank Berhad, Hong Leong Bank Berhad, Malayan Banking Berhad, Public Bank Berhad, dan RHB Bank Berhad.

Untuk operasionalisasi framework LCS rupiah-bath, Bank Indonesia dan Bank of Thailand menunjuk lima bank di Indonesia dan Thailand antara lain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, dan Bangkok Bank PCL.

Dari Thailand Bangkok Bank PCL, Bank of Ayudhya PCL, Kasikombank PCL, Krungthai Bank PCL, Siam Commercial Bank PCL.

Selain itu, bank sentral juga memasukkan fasilitas investasi langsung sebagai tambahan dari fasilitas transaksi perdagangan.

Untuk perluasan framework baht-ringgit, Bank Negara Malaysia dan Bank of Thailand menunjuk bank-bank antara lain dari Malaysia yaitu CIMB Bank Berhad, Malayan Banking Berhad, Public Bank Berhad, RHB Bank Berhad, Bangkok Bank Berhad, Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Malaysia Berhad, United Overseas Bank Berhad.

Sedangkan dari Thailand Bangkok Bank PCL, Bank of Ayudhya PCL, CIMB Thai PCL, Kasikornbank PCL, Krungthai Bank PCL,  Siam Commercial Bank PCL, dan United Overseas Bank (Thai) PCL.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya