Berlayar di Selat Taiwan, Kapal Perang AS Dituduh Memicu Amarah China

Sebuah kapal perang ASI dikabarkan berlayar di Selat Taiwan yang berisiko memicu kemarahan China.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 25 Jul 2019, 11:23 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2019, 11:23 WIB
Kapal Perang AS
Petugas mengecek Lambung kiri kapal perang USS John S. McCain usai tabrakan dengan kapal tanker Alnic MC berbendera Liberia di Selat Malaka, sebelah timur Singapura, (21/8). (AFP Photo/Roslan Rahman)

Liputan6.com, Taipei - Militer Amerika Serikat (AS) mengatakan pada hari Rabu, bahwa pihaknya mengirim kapal perang Angkatan Laut melalui Selat Taiwan, yang memisahkan Taiwan dan China.

Kebijakan itu disebut sebagai suatu langkah yang kemungkinan akan membuat marah China, di tengah memanasnya periode hubungan yang tegang antara Washington dan Beijing, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (25/7/2019).

Taiwan adalah salah satu dari sejumlah titik merah dalam hubungan AS-China, yang mencakup perang dagang, sanksi AS, dan postur militer Tiongkok yang semakin berpengaruh di Laut China Selatan, di mana Negeri Paman Sam juga melakukan patroli kebebasan navigasi.

Kapal perang AS yang melintasi Selat Taiwan sepanjang 180 kilometer itu diidentifikasi sebagai Antietam.

"Transit (kapal) melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata Komandan Clay Doss, juru bicara Armada Ketujuh Angkatan Laut AS, dalam sebuah pernyataan resmi.

"Angkatan Laut AS akan terus terbang, berlayar, dan beroperasi di mana saja yang diizinkan oleh hukum internasional," tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


China Siap Berperang Melawan Kemerdekaan Taiwan

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Di hari yang sama, China memperingatkan bahwa pihaknya siap berperang jika ada langkah apapun menuju kemerdekaan Taiwan.

China juga menuduh AS merusak stabilitas global dan mengecam penjualan senjata ke Taiwan, yang dianggap sebagai provinsi pulau pembangkang.

Bahkan, Tiongkok telah meningkatkan tekanan untuk menegaskan kedaulatannya atas Taiwan, dari provinsi pembangkan konsep "satu China" menjadi wilayah suci China.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan China, Wu Qian, mengatakan kepada sebuah konferensi pers, akan melakukan upaya terbesarnya untuk penyatuan kembali secara damai dengan Taiwan.

"Jika ada orang yang berani mencoba memisahkan Taiwan dari negara ini, militer China akan siap berperang untuk menjaga kedaulatan nasional, persatuan dan integritas teritorial," katanya.

China telah berulang kali mengirim pesawat dan kapal militer untuk mengelilingi Taiwan, dan berusaha untuk mengisolasinya secara internasional, mengurangi beberapa sekutu diplomatik yang tersisa.


Masalah Semakin Kompleks

Ilustarsi bendera Taiwan (AFP/Mandy Cheng)
Ilustarsi bendera Taiwan (AFP/Mandy Cheng)

Menurut para pengamat, pelayaran berisiko terkini meningkatkan ketegangan AS dengan China.

Tetapi, hal itu kemungkinan akan dilihat oleh Taiwan sebagai tanda dukungan dari pemerintahan Donald Trump, di tengah meningkatnya pertikaian antara Taipei dan Beijing.

AS tidak memiliki hubungan formal dengan Taiwan, tetapi terikat aturan hukum untuk membantu menyediakan negara pulau itu sarana untuk mempertahankan diri, yang kemudian melegalisasi penjualan senjata ke sana.

Awal bulan ini, AS mengumumkan kemungkinan penjualan senjata ke Taiwan senilai US$ 2,2 miliar (setara Rp 30,7 triliun), yang ditanggapi secara keras oleh China.

Beijing menuntut Washington untuk membatalkan kesepakatan itu.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya