Liputan6.com, Roma - Hari ini 34 tahun lalu, serangan teroris di Bandara Roma dan Wina merupakan dua serangan teroris terbesar yang terjadi pada 27 Desember 1985. Teroris yang melemparkan granat dan menembakkan senapan serbu buatan Soviet mengubah bandara yang sudah didekorasi dengan nuansa Natal di Wina dan Roma, berubah menjadi tempat pembunuhan massal yang menyebabkan 16 orang tewas dan 117 lainnya cedera.
Dilaporkan LA Times, yang dikutip Kamis (26/12/2019), wisatawan yang mengantre di Bandara Leonardo da Vinci di Roma untuk check-in penerbangan El Al dan di counter TWA  serta Pan Amerika, di dekatnya terdapat empat atau lima teroris bergegas masuk pada pukul 09.10 pagi dan melemparkan granat tangan. Para teroris kemudian melepaskan rentetan tembakan senapan mesin ringan.
Baca Juga
Sekitar 13 orang terbunuh dan setidaknya 70 terluka dalam serangan Roma yang berlangsung dua hingga tiga menit. Tiga dari yang tewas merupakan teroris yang tewas dalam pertempuran senjata dengan petugas keamanan. Tiga orang tewas dalam serangan Wina, yang dimulai lima menit setelah para teroris menyerbu bandara Roma. Di antara yang tewas di Wina adalah satu teroris. Setidaknya 47 orang terluka di Bandara Wina.
Advertisement
Dua dari teroris Wina ditangkap setelah pengejaran mobil dan tembak-menembak dengan polisi yang berakhir enam mil dari bandara. Tujuh teroris Arab menyerang dua bandara di Roma, Italia, dan Wina, Austria dengan senapan serbu dan granat tangan.
Sembilan belas warga sipil terbunuh dan lebih dari seratus lainnya terluka sebelum empat teroris dibunuh oleh personel El Al Security dan polisi setempat, lalu tiga yang tersisa ditangkap.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Teroris Sangat Brutal
Secara keseluruhan, terdapat tujuh atau delapan teroris yang diyakini terlibat dalam teror tersebut. Empat atau lima di Roma, dan tiga di Bandara Schwechat Wina.
Polisi bandara mengatakan orang-orang bersenjata itu berusia antara 20 hingga 25 tahun, meledakkan tiga granat tangan dalam serangan itu. Polisi menemukan empat senapan mesin ringan Kalashnikov buatan Soviet dan 11 granat tangan tipe fragmentasi.
Polisi mengatakan, korban tewas di Roma termasuk dua wanita dan seorang bayi, yang meninggal tak lama setelah tiba di Rumah Sakit San Agostino di Ostia, dekat bandara.
Dua penumpang yang merupakan seorang pria Wina berusia 50 tahun dan seorang yang tidak dikenal, tewas dalam serangan itu. Polisi mengatakan ketiga penyerang melarikan diri dengan mobil yang mereka komando dari seorang pegawai bandara tetapi menuju jalan yang salah di luar bandara.
"Para teroris itu sangat brutal," kata direktur polisi bandara Franz Kaefer. "Mereka bahkan menyemprotkan peluru ke toko penata rambut di dekatnya."
Â
Advertisement
Memakan Banyak Korban di Roma dan Wina
Polisi yang mengejar dan menembakkan mobil pelarian itu dengan dahsyat sehingga para teroris harus meninggalkan mobilnya 9 km kemudian di sebuah desa. Orang-orang bersenjata itu tidak berhasil menghentikan para pengendara mobil untuk mengambil alih mobil pelarian lain sampai polisi tiba dan mulai menembaki mereka.
Seorang teroris terbunuh sebelum akhirnya dia menyerah. Salah satu tersangka memegangi granat tangan ketika polisi menangkap mereka, kata pihak berwenang. Kemudian pihak polisi segera menjinakkan granat itu.
Di antara warga sipil yang terbunuh di Bandara Leonardo da Vinci adalah seorang gadis Amerika, Natasha Simpson, berusia 11 tahun, putri Victor Simpson editor berita Associated Press di Roma. Orang Amerika kedua yang tewas, menurut Kementerian Dalam Negeri, diidentifikasi sebagai John Buonocore, dari militer AS, tidak ada kota kelahirannya.
Seorang korban lainnya ditemukan di sebelah koper yang memegang paspor AS atas nama Gage Madison. Jenderal Donato Miranda, atase militer Meksiko di Roma, dan sekretarisnya, Genoveva Jaime juga dikabarkan tewas.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Achille Togna, mengatakan seorang pria yang awalnya diidentifikasi sebagai teroris kelima mungkin adalah pengamat yang tidak bersalah dan terluka dalam serangan itu.Â
Â
Reporter: Jihan Fairuzzia