Filipina Pantau Warganya di Iran yang Tengah Konflik dengan AS

Pemerintah Filipina masih terus melakukan evakuasi di Irak. Sementara mereka yang berada di Iran dan Lebanon diperbolehkan tetap tinggal di tengah konflik Iran versus AS.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 09 Jan 2020, 20:10 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2020, 20:10 WIB
Rodrigo Duterte
Presiden Filipina Rodrigo Duterte memberi tahu puluhan polisi yang berada di hadapannya bahwa mereka akan diawasi. (Ted Aljibe/AFP)

Liputan6.com, Manila - Pemerintah Filipina kini sudah membolehkan warganya untuk menetap di Iran karena situasi konflik yang mereda. Sebelumnya, Filipina mengarahkan warganya untuk keluar dari Iran, Lebanon, dan Irak.

Warga Filipina boleh tetap tinggal di Iran dan Lebanon, tetapi evakuasi masih terus dilanjutkan bagi mereka yang berada di Irak.

Melansir Channel News Asia, Kamis (9/1/2020), Menteri Lingkungan Filipina Roy Cimatu ditunjuk Presiden Rodrigo untuk mengawasi proses evakuasi. Cimatu yang merupakan mantan jenderal berada di Qatar untuk tugas tersebut.

"Situasinya masih sulit diprediksi, terkadang ada contoh serangan rudal yang sangat mengejutkan," ujar Cimatu. 

Kementerian Luar Negeri Filipina berkata ada 1.600 warga Filipina yang bekerja di Irak. Setengah di antaranya bekerja di daerah Kurdistan.

Sisanya bekerja di fasilitas-fasilitas asing seperti milik AS di Baghdad. Ada juga yang bekerja di perusahaan di Erbil. Pangkalan AS Erbil adalah salah satu yang diserang Iran pada Rabu kemarin.

Totalnya ada dua juta warga Filipina yang tinggal dan hidup di Timur Tengah. 30 ribu di antaranya berada di Lebanon dan 1.000 orang lainnya di Iran.

Devisa yang mereka hasilkan mencapai miliaran dolar. Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah antara Iran dan AS pun menjadi ancaman dari devisa tersebut.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Kemlu Filipina Memantau

Iran Tembakan Puluhan Roket ke Pangkalan Milter AS
Gambar foto dari rekaman video televisi Iran memperlihatkan roket yang diluncurkan dari Iran ke arah pangkalan militer AS di Ein-al Asad di Irak, (8/1/2020). Iran menembakkan "lebih dari selusin" rudal balistik ke arah markas militer Amerika di Irak. (HO / IRIB / AFP)

Presiden AS Donald Trump berkata siap berdamai dengan Iran. Pihak Iran juga menyebut tak akan melakukan retaliasi apabila AS tidak menyerang lagi.

Meski ketegangan mereda, Kemlu Filipina terus memantau situasi sebagai bentuk antisipasi potensi eskalasi. Jika ada sinyal kekerasan, pemerintah Filipina akan membawa pulang warga yang terpengaruh.

"Level siaga senantiasa ditinjau dan disesuaikan sesuai kebutuhan," ujar jubir Kemenlu Filipina Eduardo Menez.

Sebelumnya, Presiden Rodrigo Duterte mengingatkan Iran bahwa negaranya akan memihak AS apabila ada rakyat Filipina yang terluka akibat konflik. Duterte pun sudah menyampaikan pesan itu ke pemerintah Iran dan Irak.  

"Jika mereka menyakiti warga Filipina, maka presiden tidak akan tinggal diam," ujar jubir presiden Salvador Panelo seperti dikutip dari Manila Buletin.

Donald Trump ke Rakyat Iran: Amerika Serikat Siap Berdamai

Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)
Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)

 Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan keterangan pers terkait serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS di Irak. Serangan Iran ternyata tidak menewaskan prajurit AS atau Irak.

"Tidak ada nyawa warga Amerika atau Irak yang tewas berkat langkah-langkah waspada yang diambil," ujar Donald Trump di Gedung Putih pada Rabu siang kemarin waktu setempat.

Trump berkata sistem deteksi dini bekerja dengan baik. Ia pun menegaskan tewasnya Jenderal Qasem Soleimani adalah atas komandonya karena jenderal Iran itu diketahui terlibat aksi terorisme.

"Atas arahan saya, militer AS berhasil mengeliminasi teroris top dunia Qasem Soleimani. Sebagai pemimpin pasukan Quds, Soleimani secara pribadi bertanggung jawab atas beberapa kejahatan terburuk seperti melatih pasukan teroris, termasuk Hizbullah," ujar Donald Trump.

Soleimani juga disebut bertanggung jawab atas serangan ke Kedubes AS dan taktik bom tepi jalan yang menewaskan prajurit AS. Pasukan Quds juga tercatat terafiliasi dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan pasukan Houthi di Yaman.

"Dia (Soleimani) seharusnya diberantas sejak lama," ucap Trump.

AS pun siap memberikan sanksi ekonomi ke Iran yang dituding menjalan aksi teror di Timur Tengah. Trump pun mengecam perkembangan nuklir Iran, serta meminta NATO lebih aktif di Timur Tengah.

Namun, pada konferensi pers yang singkat itu Presiden Trump berkata siap berdamai dengan Iran. Dia berkata ingin ada kesepakatan yang membuat Iran tumbuh dan sejahtera.

"Kepada rakyat dan pemimpin Iran, kami ingin kalian punya masa depan, masa depan luar biasa yang kalian pantas dapatkan. Sejahtera di dalam negeri dan harmonis dengan negara-negara di dunia. AS siap merangkul perdamaian bersama mereka yang menginginkannya," tutup Donald Trump.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya