Kesepakatan Damai AS-Taliban Diteken, Afghanistan Masih Jadi Target Serangan

Warga lokal masih mengalami serangan yang dilakukan oleh kelompok militan Taliban, walaupun perjanjian damai telah disepakati.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 03 Mar 2020, 06:30 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2020, 06:30 WIB
Militan Taliban dan warga desa digambarkan sedang merayakan perjanjian damai pada hari Senin.
Militan Taliban dan warga desa digambarkan sedang merayakan perjanjian damai pada hari Senin. (AFP)

Liputan6.com, Kabul - Taliban dilaporkan melanjutkan serangan terhadap pasukan pemerintah, hanya beberapa hari setelah menandatangani perjanjian dengan AS yang bertujuan membawa perdamaian ke Afghanistan.

Kelompok militan garis keras itu telah mengamati adanya "pengurangan kekerasan" dalam beberapa pekan menjelang teken perjanjian.

Dilansir dari BBC, Selasa (3/3/2020), kesepakatan itu termasuk komitmen untuk mengadakan pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan.

Namun juru bicara kelompok itu mengatakan pada hari Senin, perundingan tidak akan berjalan jika 5.000 tahanan Taliban yang ditahan oleh pemerintah tidak dibebaskan.

Persyaratan bebas tersebut merupakan bagian dari perjanjian yang ditandatangani pada hari Sabtu di Qatar dengan AS.

Tetapi pada hari Minggu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintahnya telah sepakat untuk tidak melakukan pembebasan seperti itu.

"Tidak ada komitmen untuk membebaskan 5.000 tahanan," kata Ghani. "Ini adalah hak dan keinginan pribadi rakyat Afghanistan. Ini bisa dimasukkan dalam agenda pembicaraan intra-Afghanistan, tetapi tidak bisa menjadi prasyarat untuk pembicaraan."

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Menolak Negosiasi dengan Afghanistan

Pasukan Taliban
Pasukan Taliban (AP)

Taliban sebelumnya telah menolak untuk bernegosiasi dengan pemerintah Afghanistan, sehingga kesepakatan hari Sabtu hanya dengan AS, yang menginvasi Afghanistan beberapa minggu setelah serangan September 2001 di New York oleh Al Qaeda, yang saat itu berbasis di Afghanistan.

Taliban digulingkan dari kekuasaan tetapi menjadi kekuatan pemberontak yang pada tahun 2018 aktif di lebih dari dua pertiga negara.

Taliban mengatakan mereka akan kembali memerangi pasukan Afghanistan, tetapi tidak akan menargetkan pasukan internasional.

Ini bertentangan dengan komentar Ghani pada hari Minggu. Dia mengatakan gencatan senjata sebagian ditetapkan untuk melanjutkan "dengan tujuan untuk mencapai gencatan senjata penuh".

Sementara itu, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka tidak akan mengambil bagian dalam perundingan dengan pemerintah kecuali pembebasan dilanjutkan.

"Kami sepenuhnya siap untuk pembicaraan intra-Afghanistan, tetapi kami sedang menunggu pembebasan 5.000 tahanan kami," katanya. "Jika 5.000 tahanan kami - 100 atau 200 lebih atau kurang tidak masalah - tidak dibebaskan, tidak akan ada pembicaraan intra-Afghanistan."

Diperkirakan 10.000 anggota Taliban telah ditangkap dan ditahan di Afghanistan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya