Cara Unik Jepang Lawan Virus Corona COVID-19

Jepang tidak melakukan lockdown nasional atau tes Virus Corona massal dalam menangani pandemi ini.

diperbarui 26 Mei 2020, 18:05 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2020, 18:05 WIB
Jam Sibuk Jepang
Para penumpang dengan menggunakan masker memenuhi sebuah lorong stasiun selama jam sibuk di Tokyo, Selasa (26/5/2020). Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mencabut keadaan darurat pandemi virus corona di Tokyo dan empat wilayah lainnya pada Senin (25/5). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Tokyo - Jepang pada Senin 25 Mei kemarin baru saja mencabut status daruratnya di seantero negeri. Meski negaranya berdekatan dengan China, tota kasus pasien Virus Corona (COVID-19) di Jepang adalah 16.581, lebih sedikit dari di Indonesia dan Singapura. 

Uniknya, Jepang tidak menerapkan lockdown nasional atau tes Virus Corona massal.

Keadaan darurat pandemi Virus Corona diumumkan pada 7 April di seluruh Jepang, namun tidak ada paksaan hukum bagi warga yang melanggar. PM Abe hanya meminta warga untuk tidak keluar rumah, sekolah diliburkan, dan bisnis yang tidak penting ditutup atau mengurangi jam beroperasi.

Dilaporkan ABC Australia, Selasa (26/5/2020), strategi penanganan Virus Corona di Jepang yang disebut "lockdown ringan", dikritik beberapa pakar kesehatan karena diperkirakan langkah tersebut tidak akan cukup untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Jepang memiliki jumlah penduduk lanjut usia tertua di dunia, dengan jaringan transportasi kereta yang padat dan jumlah tes virus corona yang jadi salah satu terendah di dunia. Sampai bulan Mei ini, Jepang hanya melakukan tes Virus Corona kepada dua orang per seribu penduduk.

Sebagai perbandingan, di Australia ada 40 tes per seribu orang. Namun, Jepang terhindar dari malapetaka virus dengan mencatat 840 kematian di negeri yang memiliki 126 juta penduduk tersebut.

Sebagai perbandingan, Jerman dengan 83 juta penduduk mencatat 8.000 kematian. Para pakar tidak tahu persis mengapa Jepang bisa terhindar dari penyebaran wabah besar seperti yang terjadi di Amerika Serikat, Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya.

Namun diperkirakan kombinasi beberapa faktor menjadi penyebab dapat ditekannya pandemi ini, yakni penggunaan masker, perilaku individu soal sanitasi yang bagus, sistem layanan kesehatan berkualitas tinggi, dan pendeteksian kontak invidividu.

Enam minggu setelah terus menurunnya angka penularan virus corona, pemerintah Jepang mencabut keadaan darurat di lima wilayah termasuk yang mencakup ibukota Tokyo, Senin malam 25 Mei.

PM Abe mengatakan, Jepang sudah menetapkan "kriteria paling ketat" di dunia mengenai keadaan darurat yang bisa dilonggarkan.

"Jepang tidak menetapkan kebijakan tidak keluar rumah yang wajib dengan hukuman bagi pelanggaran, setelah pernyataan keadaan darurat," kata Abe.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Mempersiapkan New Normal

Jam Sibuk Jepang
Para penumpang dengan menggunakan masker memenuhi sebuah lorong stasiun selama jam sibuk di Tokyo, Selasa (26/5/2020). Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mencabut keadaan darurat pandemi virus corona di Tokyo dan empat wilayah lainnya pada Senin (25/5). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

PM Abe memperingatkan warga Jepang bahwa mereka harus mempersiapkan diri dengan kehidupan 'new normal'.

Dia mengatakan warga harus menghindar dari tiga hal yakni ruangan tertutup, tempat kerumunan, serta kontak dekat dengan orang lain.

"Kalau kita menurunkan tingkat kewaspadaan kita, tingkat penularan akan menyebar dengan cepat." 

Masing-masing kawasan di Jepang kini diperbolehkan untuk menerapkan aturan sendiri sesuai dengan keadaan di sana. 

Di Tokyo, restoran dan bar diizinkan buka sampai jam 10 malam, sementara sekolah, perpustakaan dan museum sudah boleh buka kembali.

Bila tingkat penularan yang rendah stabil, teater, klab malam, karaoke, dan tempat-tempat pertunjukkan musik boleh dibuka kembali.

Salah satu tantangan besar yang dihadapi Jepang adalah memperbaiki perekonomian yang mengalami dampak parah karena pandemi.

Negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia ini sekarang secara teknis berada dalam keadaan resesi.

PM Abe mengatakan pemerintahannya sedang mempersiapkan paket baru bantuan ekonomi senilai USD 1,5 triliun untuk membantu bisnis bangkit kembali.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya