Jika Dunia Atasi Iklim Sama Seperti COVID-19, Sekjen PBB: Hal Buruk Akan Terjadi

Guterres mengatakan, Virus Corona COVID-19 tidak terkendali ketika jumlah kematian global mendekati 1 juta, sementara lebih dari 30 juta telah terinfeksi.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 26 Sep 2020, 11:50 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2020, 11:02 WIB
Mantan Perdana Menteri Portugal, Antonio Gutteres yang disebut-sebut sebagai calon tunggal pengganti Sekjen PBB Ban Ki-Moon. (Portugal-India.com)
Mantan Perdana Menteri Portugal, Antonio Gutteres yang disebut-sebut sebagai calon tunggal pengganti Sekjen PBB Ban Ki-Moon. (Portugal-India.com)

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat, China, dan Rusia dianggap dalam lingkaran 'perang dingin' selama pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang pandemi Virus Corona COVID-19 COVID-19.

Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan jika krisis iklim diatasi dengan cara yang sama dengan mengatasi masalah COVID-19 maka "Saya takut yang terburuk akan terjadi."

Guterres mengatakan, Virus Corona COVID-19 tidak terkendali ketika jumlah kematian global mendekati 1 juta, sementara lebih dari 30 juta telah terinfeksi.

Dia menyalahkan "kurangnya kesiapan global, kerja sama, persatuan dan solidaritas," demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Sabtu (26/9/2020).

"Pandemi adalah ujian nyata kerja sama internasional dan itu gagal diatasi," katanya.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan diplomat tinggi pemerintah China, Wang Yi, keduanya menyindir Amerika Serikat selama pertemuan dewan virtual tentang pemerintahan global pasca-COVID-19, yang ditanggapi oleh Duta Besar AS Kelly Craft: "Malu pada masing-masing pihak yang menyalahkan."

"Saya heran dan saya muak dengan isi diskusi hari ini. Anggota dewan yang mengambil kesempatan ini untuk fokus pada dendam politik daripada masalah kritis yang ada," katanya.

Meskipun tidak menyebutkan negara mana pun, Lavrov mencatat bahwa pandemi telah memperdalam perbedaan antar negara bagian.

"Kami melihat upaya dari masing-masing negara untuk menggunakan situasi saat ini untuk memajukan kepentingan sempit mereka saat ini, untuk menyelesaikan masalah dengan pemerintah yang tidak diinginkan atau pesaing geopolitik," katanya.

Ketegangan yang sudah lama membara antara Amerika Serikat dan China mencapai titik didih terkait pandemi, menyoroti upaya Beijing untuk mendapatkan pengaruh multilateral yang lebih besar sebagai tantangan bagi kepemimpinan Washington.

Wang menyerukan koordinasi dan kerja sama yang lebih baik di antara kekuatan utama dunia.

"Negara-negara besar bahkan lebih berkewajiban untuk mengutamakan masa depan umat manusia, membuang mentalitas Perang Dingin dan bias ideologis, dan bersatu dalam semangat atau kemitraan untuk mengatasi kesulitan," katanya.

Simak video pilihan berikut:

Pilpres AS 2020

Presiden AS Donald Trump pidato di Sidang Umum PBB. Ia menyerang China dalam pidatonya.
Presiden AS Donald Trump pidato di Sidang Umum PBB. Ia menyerang China dalam pidatonya. Dok: Gedung Putih

Presiden AS Donald Trump akan menghadapi pilpres pada 3 November ketika Amerika Serikat berurusan dengan jumlah kematian dan infeksi resmi tertinggi di dunia dari virus corona.

Washington menuduh Beijing kurang transparansi yang dikatakan telah memperburuk wabah. Sementara itu, China membantah pernyataan AS.

Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun menolak tuduhannya dan berkata: "Cukup sudah cukup. Anda telah menciptakan cukup banyak masalah bagi dunia. AS harus memahami bahwa menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalahnya sendiri."

Amerika Serikat telah mengumumkan rencana untuk meninggalkan Organisasi Kesehatan Dunia yang berbasis di Jenewa setelah Trump menuduhnya menjadi boneka bagi China selama pandemi virus korona. WHO telah menolak pernyataan Trump.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya