Liputan6.com, Jakarta - Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan lockdown tidak baik untuk ekonomi. Orang miskin akan tambah miskin bila lockdown dijadikan cara utama untuk mengendalikan pandemi Virus Corona (COVID-19).
Pejabat tinggi WHO lantas meminta berbagai negara agar tidak memakai lockdown sebagai langkah primer untuk mengendalikan COVID-19.
Advertisement
Baca Juga
Pada 17 September lalu, PBB baru merilis laporan terkait nasib anak-anak di tengah pandemi COVID-19. Jumlah anak-anak yang hidup miskin meningkat hingga mendekati 150 juta.
"Secara global, jumlah anak-anak yang hidup dalam kemiskinan melonjak hingga nyaris 1,2 milar, sebuah penambahan 15 persen sejak pandemi menyerang awal tahun ini," tulis PBB dalam situs resminya, seperti dikutip Senin (12/10/2020).
Para anak-anak itu berasal dari hampir 80 negara. Peneliti UNICEF berkata 45 persen anak-anak tersebut setidaknya tak mendapat akses salah satu hal berikut: pendidikan, kesehatan, rumah, nutrisi, sanitasi, dan air.
Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore membenarkan bahwa lockdown turut memberi dampak kemiskinan. Keluarga-keluarga yang berhasil lolos dari kemiskinan kembali jatuh miskin, sementara yang sudah miskin nasibnya semakin terperosok.
"COVID-19 dan tindakan lockdown yang diterapkan untuk mencegah penyebarannya telah mendorong jutaan anak-anak semakin dalam menuju kemiskinan," ujar Fore.
UNICEF mengingatkan bahwa situasi ini dapat memburuk dalam beberapa bulan kemudian kecuali pemerintah nasional dan global turun tangan untuk meringankan pukulan yang terjadi.
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Solusi Multi-Dimensional
UNICEF mengapresiasi inisiatif dari pemerintah yang memudahkan akses pendidikan, seperti lewat tayangan radio atau televisi. Namun, oleh karena kemiskinan yang menyerang bersifat multi-dimensi, maka solusinya juga perlu multi-dimensi.
Rekomendasi kritis yang diberikan UNICEF adalah perlindungan sosial, kebijakan fiskal inklusif, investasi di pelayanan sosial, dan intervensi ketenagakerjaan untuk mendukung keluarga agar mebawa keluar anak-anak dari kemiskinan dan mencegah situasi makin terpuruk.
Kebijakan lain yang disarankan adalah layanan kesehatan yang baik, menyediakan bantuan untuk pendidikan jarak jauh, dan berinvestasi di kebijakan yang ramah keluarga, seperti cuti berbayar dan child care.
"Anak-anak yang kehilangan pendidikan lebih mungkin untuk dipaksa ke dalam kerja anak atau pernikahan dini dan terjebak dalam lingkaran kemiskinan dalam tahun-tahun yang akan datang. Kita tidak bisa membiarkan seluruh generasi anak-anak menjadi korban dari pandemi ini," ujar Inger Ashing, CEO Save the Children yang bermitra dengan UNICEF.
Advertisement