Liputan6.com, Jakarta - Patrick Quinn, sosok di balik penggerak kampanye penggalangan dana lewat Ice Bucket Challenge, meninggal dunia pada Minggu, 22 November 2020.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (23/11/2020) pencetus Ice Bucket Challenge dikabarkan menghembuskan napas terakhir di usia 37, setelah berjuang melawan penyakitnya selama tujuh tahun terakhir.
Quinn, yang lahir dan besar di Yonkers, New York, adalah salah satu pendiri kampanye yang mengumpulkan lebih dari US$ 220 juta untuk penelitian medis dalam sklerosis lateral amiotrofik, lebih dikenal sebagai Penyakit Lou Gehrig -- masalah sistem saraf yang melemahkan otot-otot dan memengaruhi fungsi fisik.
Dia didiagnosis mengalami ALS pada 8 Maret 2013, menurut halaman Facebook-nya.
"Dengan sangat sedih kami harus berbagi kabar meninggal Patrick pagi ini," kata para pendukungnya di Facebook.
"Kami akan selalu mengingatnya atas inspirasi dan keberaniannya dalam perjuangan tak kenal lelahnya melawan ALS."
Belasungkawa kepada keluarga Quinn mengalir di media sosial. Banyak yang mengungkapkan rasa terima kasih atas atas upayanya dalam berjuang hidup lewat Ice Bucket Challenge.
Saksikan Video Berikut Ini:
Ice Bucket Challenge Viral
Ice Bucket Challenge menjadi viral di media sosial pada musim panas 2014, ketika orang-orang di seluruh dunia memposting video dan foto diri mereka sendiri dengan menyiramkan ember berisi air es di kepala mereka dan menantang orang lain untuk melakukan hal yang sama sambil meminta sumbangan untuk penelitian ALS.
Sekitar 12.000 hingga 15.000 orang Amerika menderita ALS, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.
Diperkirakan 5 persen hingga 10 persen kasus ALS diyakini turun-temurun, tetapi penyebabnya tidak diketahui dan belum ada obatnya.
Di antara banyak penghargaan yang diterima oleh Quinn yaitu nominasi dengan sesama aktivis ALS Peter Frates sebagai "Person of the Year" oleh majalah Time, lantaran upayanya meningkatkan kesadaran tentang ALS dan mempromosikan penelitian penyakit itu.
Frates meninggal tahun lalu pada usia 34, tujuh tahun setelah didiagnosis kasus serupa.
Advertisement