Inggris Mulai Suntik Vaksin Corona COVID-19, Siapa yang Pertama?

Inggris mulai suntik vaksin COVID-19 buatan Pfizer. Dua orang yang mendapat pertama adalah seorang laki-laki dan perempuan. Siapa mereka?

oleh Tommy K. Rony diperbarui 09 Des 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 08 Des 2020, 15:51 WIB
Inggris Laporkan Peningkatan Kasus Harian Tertinggi COVID-19
Seorang pria yang mengenakan masker terlihat di sebuah jalan di London, Inggris (12/11/2020). Inggris melaporkan 33.470 kasus baru COVID-19, yang merupakan peningkatan harian tertinggi sejak pandemi merebak, menurut data resmi yang dirilis pada Kamis (12/11). (Xinhua/Han Yan)

Liputan6.com, London - Pemerintah Inggris mulai menyuntik vaksin COVID-19 ke masyarakat. Vaksin yang digunakan adalah buatan Pfizer yang baru tiba beberapa hari lalu.

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock ingin sudah ada vaksinasi sebelum Natal 2020. Rencana itu sudah berhasil diwujudkan.

Pada Selasa (12/8/2020), BBC melaporkan bahwa seorang wanita bernama Margaret Keenan jadi orang pertama di Inggris yang mendapat vaksin COVID-19. Ia berusia 90 tahun.

Menkes Hancock mengaku senang saat menyaksikan vaksinasi Keenan yang akan berulang tahun ke-91 pada pekan depan.

Uniknya, orang nomor dua yang mendapat vaksin adalah pria bernama William Shakespeare, mirip seperti nama sastrawan masyhur di Inggris.

Shakespeare yang menerima vaksin berasal dari Warwickshire. Lokasi itu merupakan tempat lahirnya Shakespeare sang sastrawan.

Inggris akan terus menyuntik vaksin COVID-19 untuk tenaga kesehatan garis depan, lansia berusia di atas 80 tahun, dan petugas rumah rawat.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Indonesia Masih Tunggu BPOM

Vaksin Corona Covid-19 Sinovac
Vaksin Corona Covid-19 Sinovac. Foto: Muchlis Jr - Sekretariat Presiden

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tengah melakukan observasi pengamatan uji klinis fase 3 terhadap vaksin Covid-19. Adapun uji klinis ini untuk memastikan keamanan dan keefektifan dari vaksin corona Sinovac, China.

"Sekarang kita sedang berproses untuk observasi pengamatan untuk melihat aspek keamanan, terutama khasiat dan efektifitasnya," ujar Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito dalam siaran persnya, Selasa (8/12/2020). 

Jika dinyatakan aman dan efektif, barulah BPOM mengeluarkan Emergency Use Authorization (EUA) atau izin darurat penggunaan vaksin. Namun, EUA baru dapat diberikan apabila tingkat kemanjuran vaksin sudah mencapai 50 persen.

"Untuk mendapatkannya, efikasi hanya cukup 50 persen, kalau vaksin itu umumnya, biasanya adalah 70 persen," jelas Penny.

Dalam menerbitkan perizinan vaksin, BPOM tetap berdasarkan standar dan referensi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan merujuk BPOM Amerika Serikat, serta regulator di negara lain. BPOM bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI), PT Bio Farma dan Kementerian Kesehatan sendiri telah berkunjung ke China beberapa waktu lalu.

Kunjungan tersebut untuk memastikan kehalalan vaksin asal China yang akan disuntikkan ke masyarakat. Penny menyebut sejauh ini vaksin tidak ada efek samping yang serius.

"Alhamdulillah, kalau di aspek mutu itu sudah memenuhi aspek cara produksi obat yang baik, ya. Tidak ada efek samping yang kritikal. Dari aspek keamanan sudah baik, sekarang aspek efektifitas, dan khasiat yang kita tunggu," kata dia.

Penny menegaskan bahwa pemerintah hanya akan memberikan vaksin yang bermutu, berkhasiat dan aman. Untuk itu, dibutuhkan waktu untuk mengeluarkan Emergency Use Authorization.

"Dan kami juga tentunya akan menganalisa dengan para _expert_ (ahli) dan dokter-dokter ahlinya," tegas Penny.

Setelah Sinovac, Menlu Retno Harap Vaksin COVID-19 dari COVAX Tiba 2021

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi saat menghadiri KTT ke-8 ASEAN-Amerika Serikat secara virtual. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyambut baik kedatangan vaksin Sinovac dari China untuk melawan pandemi COVID-19 di Indonesia. Ia menyebut hal itu merupakan hasil diplomasi antara kedua negara. 

Indonesia tidak hanya menunggu vaksin Sinovac. Menlu Retno menjelaskan sudah berkomunikasi dengan AstraZeneca dari Inggris, serta bergabung dengan COVAX untuk mendapatkan vaksin multilateral dari WHO.  

COVAX merupakan program WHO untuk memastikan distribusi vaksin merata di seluruh dunia.

"Saat ini, bersama dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Keuangan, Kementerian Luar Negeri sedang terus melakukan komunikasi dengan Jenewa untuk pengadaan vaksin multilateral," ujar Menlu Retno dalam konferensi pers perdana usai kedatangan vaksin Sinovac, Senin 7 Desember 2020.

"Sebagaimana diketahui, Indonesia termasuk 1 dari 92 negara COVAX AMC yang akan memperoleh vaksin sebesar 3 sampai 20 persen dari penduduk yang berasal dari GAVI-COVAX Facility," ujar Menlu Retno. 

Untuk mendapatkan vaksin Virus Corona COVID-19 tersebut, Kemlu telah mengirim formulir permintaan vaksin kepada COVAX yang dikirimkan hari ini. Kemenkes turut dilibatkan.

"Diharapkan vaksin multiateral juga bisa masuk secara bertahap ke Indonesia pada 2021," ujar Menlu Retno.

Infografis COVID-19:

Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19
Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya