Filipina Dukung Pakta AUKUS Untuk Lawan China

Filipina mendukung pakta AUKUS guna melawan China.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 22 Sep 2021, 08:01 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2021, 08:01 WIB
Ilustrasi Bendera Filipina (Wikipedia.org)
Ilustrasi Bendera Filipina (Wikipedia.org)

Liputan6.com, Manila - Filipina mendukung kemitraan pertahanan baru antara Amerika Serikat, Inggris dan Australia (AUKUS), berharap dapat menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik. Hal ini merupakan pandangan yang sangat kontras dengan beberapa negara tetangganya.

Dikenal sebagai AUKUS, aliansi tersebut akan melihat Australia mendapatkan teknologi untuk menyebarkan kapal selam bertenaga nuklir sebagai bagian dari perjanjian yang dimaksudkan untuk menanggapi pertumbuhan kekuatan China. Demikian seperti dilansir laman Channel News Asia, Selasa (21/9/2021).

"Peningkatan kemampuan sekutu dekat luar negeri untuk memproyeksikan kekuatan harus memulihkan dan menjaga keseimbangan daripada mengacaukannya," kata menteri luar negeri Filipina, Teodoro Locsin, dalam sebuah pernyataan pada Selasa (21/9).

Pernyataan Locsin, tertanggal 19 September, berbeda dengan sikap Indonesia dan Malaysia, yang membunyikan alarm tentang kapal selam tenaga nuklir di tengah persaingan negara adidaya yang berkembang di Asia Tenggara.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Dukung Pakta Lawan China

Ilustrasi bendera Filipina (AFP/Noel Cells)
Ilustrasi bendera Filipina (AFP/Noel Cells)

Locsin mengatakan bahwa tanpa kehadiran senjata nuklir yang sebenarnya, langkah AUKUS tidak akan melanggar perjanjian 1995 untuk menjauhkan senjata nuklir dari Asia Tenggara.

Laut China Selatan terus menjadi sumber ketegangan, dengan Amerika Serikat - mitra perjanjian pertahanan Filipina - dan sekutu Barat secara teratur melakukan operasi "kebebasan navigasi" yang ditanggapi dengan marah oleh China.

China melihat mereka sebagai campur tangan luar di perairan yang diklaimnya sebagai miliknya, dalam konflik dengan negara-negara pantai lainnya, seperti Filipina dan Vietnam, yang menuduh China melecehkan para nelayan dan kegiatan energi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya