Influencer Anti-Taliban Ramai-Ramai Tutup Akun Medsos

Para influencer anti-Taliban khawatir mereka jadi sasaran kelompok tersebut.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 28 Sep 2021, 10:56 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2021, 10:56 WIB
Ribuan warga Afghanistan melakukan aksi protes di Kandahar usai digusur oleh Taliban dari rumah mereka.
Ribuan warga Afghanistan melakukan aksi protes di Kandahar usai digusur oleh Taliban dari rumah mereka. (AFP)

Liputan6.com, Kabul - Influencer anti-Taliban di Afghanistan menutup media sosial mereka. Pasukan Taliban dikhawatirkan akan balas dendam.

Dilaporkan BBC, Selasa (28/9/2021), tindakan menghapus rekam jejak medsos ini dilakukan karena mereka tak percaya dengan janji amnesti dari Taliban. Terlebih lagi, Taliban juga mengakui ada tindakan pembunuhan balas dendam yang dilakukan pasukan mereka.

Salah seorang influencer yang menutup akunnya adalah Fida yang berada di Kabul. Ia kerap mengkritik kebijakan dan perilaku Taliban, namun ia memilih menghapus semua akun medsos miliknya.

Fida juga berkata namanya masuk ke dalam daftar tembak Taliban. Beruntung, ia kini mendapat suaka ke luar negeri.

"Saya lebih baik mati ketimbang hidup di sini sekarang," ucapnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bukan Buzzer

FOTO: Taliban Kendalikan Penjara yang Dulu Tahan Anggotanya
Pasukan Taliban berjalan menyusuri penjara Pul-e-Charkhi di Kabul, Afghanistan, Senin (13/9/2021). Pul-e-Charkhi sebelumnya adalah penjara utama pemerintah Afghanistan untuk menahan anggota Taliban yang ditangkap. (AP Photo/Felipe Dana)

Sebelum Taliban berkuasa, pemerintah Afghanistan disebut menyewa jasa buzzer untuk mendukung pemerintah dan mengkritik Taliban.

Hal itu dibantah oleh seorang pemuda yang ikut mengkritik Afghanistan bernama Haris. Ia mengaku angkat bicara karena demi demokrasi.

"Saya mendukung demokrasi, bukan Presiden Ashraf Ghani," ujar Haris. Ia berujar turut mengkritik Ghani.

Haris berkata Taliban masih mengincar dan membunuh orang-orang. Menurutnya, semua ini masih awalnya saja.

Selain itu, Haris yakin Taliban akan menerapkan hukum Syaria dengan penafsiran yang keras.

"Saya tidak berpikir orang Afghan yang berpendidikan akan bisa tetap di sini," ucap Haris yang juga mendapat suaka di negara lain.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya