Penemuan Bintik Merah Besar di Jupiter Bikin Ilmuwan NASA Bingung

Baru-baru ini ilmuwan NASA melihat bintik merah besar di Jupiter yang semakin cepat bergerak.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Sep 2021, 19:50 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2021, 19:40 WIB
Angin di Bintik Merah Besar Jupiter semakin cepat. foto: NASA
Angin di Bintik Merah Besar Jupiter semakin cepat. foto: NASA

Liputan6.com, Washington - Bintik Merah Besar, badai di Jupiter yang diamati, terlihat melakukan aktivitas selama lebih dari 150 tahun. Membuatnya berputar lebih cepat dan membingungkan para ilmuwan.

"Ketika saya pertama kali melihat hasilnya, saya bertanya 'Apakah ini masuk akal?'. Tidak ada yang pernah melihat ini sebelumnya," kata Michael Wong dari University of California, Berkeley, yang memimpin penelitian.

Angin, yang berputar berlawanan arah jarum jam di sekitar pusaran, yang lebih besar dari Bumi dengan kecepatan lebih dari 400mph, telah meningkat hingga 8% dari 2009 hingga 2020.

Namun, peningkatan ini hanya terjadi dalam apa yang disebut cincin badai berkecepatan tinggi. Anehnya, angin di dekat pusat itu melambat, menurut pengamatan dari Teleskop Luar Angkasa, Hubble.

Perubahan yang tidak akan terlihat tanpa Hubble, berjumlah kurang dari 1,6 mil per jam per tahun Bumi, seperti dikutip dari Sky News, Rabu (29/09/2021).

"Kita berbicara tentang perubahan kecil sehingga jika kamu tidak memiliki 11 tahun data Hubble, kita tidak akan tahu itu terjadi," kata Amy Simon dari Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA.

Amy Simon menambahkan bahwa Hubble adalah satu-satunya teleskop yang memiliki cakupan temporal dan resolusi spasial yang dapat menangkap angin Jupiter secara detail.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Raksasa Gas

Planet Jupiter (Foto: NASA).
Planet Jupiter (Foto: NASA).

Dr Michael menambahkan: "Ini adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan Hubble. Umur panjang Hubble dan pengamatan berkelanjutan memungkinkan pengungkapan ini."

Bintik Merah Besar itu diyakini sebagai bahan dari bagian dalam raksasa gas dan telah diamati sejak 1870-an, meskipun mungkin telah terlihat pada awal 1665. Lalu, kesenjangan dalam pengamatan berarti tidak jelas apakah itu tempat yang sama atau tidak.

Para ilmuwan yakin bahwa badai menyusut dan menjadi lebih melingkar, dengan diameter saat ini lebih dari 10.000 mil masih cukup besar untuk menampung seluruh planet Bumi. Namun, penyebab peningkatan kecepatan anginnya sangat sulit diketahui, kata Dr Michael.

"Karena Hubble tidak dapat melihat dasar badai dengan baik, apa pun di bawah puncak awan tidak terlihat dalam data," jelasnya.

Menurutnya, itu adalah bagian data yang dapat membantu memahami mereka apa yang memicu Bintik Merah Besar terjadi, dan bagaimana dia mempertahankan energi.

"Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memahaminya sepenuhnya."

 

Reporter: Cindy Damara

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya