Afghanistan Kritis: Kelompok HAM Bantu Cari Sumbangan

Usai Taliban berkuasa, kondisi ekonomi Afghanistan jatuh dalam pusaran krisis.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 14 Nov 2021, 18:49 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2021, 10:00 WIB
FOTO: Taliban Duduki Istana Kepresidenan Afghanistan
Pejuang Taliban menguasai Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul, Afghanistan, Minggu (15/8/2021). Taliban menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan dengan puluhan anggota bersenjatanya. (AP Photo/Zabi Karimi)

Liputan6.com, Kabul - Kelompok Taliban berhasil merebut pemerintahan Afghanistan dengan mulus pada akhir Agustus 2021. Sayangnya, roda pemerintahan malah krisis. Kabar orang tua jual anak pun mulai terdengar.

Kelompok HAM pun ikut membantu agar dunia segera memberikan bantuan finansial kepada Afghanistan. Human Rights Watch (HRW) menilai ekonomi Afghanistan telah kolaps.

"Negara-negara donor, PBB, dan institusi-institusi finansial harus segera merespons ekonomi Afghanistan yang kolaps, dan rusaknya sistem perbankan untuk mencegah kelaparan yang meluas," tulis HRW dalam situs mereka, Kamis (11/11). 

HRW merupakan kelompok HAM yang selalu membela hak perempuan hingga hak LGBT. Kedua hak itu kini tergerus di Afghanistan. Anak-anak perempuan di Afghanistan tak bisa sekolah sejak Taliban berkuasa. 

Terkait Afghanistan, HRW khawatir pada malnutrisi di Afghanistan. Komunitas internasional diminta menyesuaikan sanksi mereka. 

"Melihat krisis ini, para pemerintah, PBB, dan institusi finansial dunia perlu dengan urgen menyesuaikan restriksi-restriksi dan sanksi-sanksi eksisting yang berdampak ke ekonomi dan sektor perbankan negara ini," ujar John Sifton, direktur advokasi Asia di HRW.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Harga Meroket, Anak Dijual

Demo Perempuan Afghanistan Protes Hak Bersekolah
Aksi sekelompok wanita saat berunjuk rasa di Herat, Afghanistan, Kamis (2/9/2021). Para pengunjuk rasa mendesak Taliban menghormati hak-hak kaum perempuan, termasuk menempuh pendidikan. (AFP Photo)

HRW turut mencatat bahwa sejak Taliban berkuasa harga-harga meroket. Rakyat Afghanistan juga kehilangan pendapatan. Masalah finansial yang terjadi menyulitkan akses warga ke air, makanan, tempat tinggal, dan layanan kesehatan.

Guru bahkan tak dapat gaji selama tiga bulan terakhir. Kesulitan pangan yang terjadi membuat masyarakat putus asa.

Kondisi makin menyulitkan karena musim dingin hampir tiba. Warga kebingungan bagaimana cara menghangatkan rumah mereka.

HRW turut prihatin pada nasib perempuan di Afghanistan. Pasalnya, kesulitan ekonomi membuat para keluarga menjual anak-anaknya, terutama anak gadis, agar bisa dinikahkan demi mendapat makanan dan membayar utang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya