Liputan6.com, Canberra - Australia dan Selandia Baru mengirim pesawat pengintai militer ke Tonga, pulau terpencil di Pasifik, pada Senin (17/1) untuk menilai kerusakan yang disebabkan oleh letusan kuat gunung berapi bawah laut pada Sabtu (15/1).
Letusan itu menyemburkan awan abu raksasa di atas Tonga dan memicu tsunami yang menyapu pesisir negara itu, demikian dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (17/1/2022).
Advertisement
Baca Juga
Para pejabat di Australia dan Selandia Baru menyatakan mereka telah menerima laporan mengenai kerusakan signifikan di toko-toko dan rumah-rumah di kawasan pesisir dari warga Tonga yang menggunakan layanan telepon satelit.
Letusan gunung berapi Hunga-Tonga-Hunga-Ha’apai pada Sabtu (15/1) menimbulkan kerusakan berat pada kabel serat optik tunggal bawah laut yang memberikan layanan telepon dan internet ke pulau Tonga. Perbaikan kabel itu dapat memakan waktu satu hingga tiga pekan.
Pihak berwenang Tonga mengatakan abu vulkanik telah membuat air menjadi beracun dan mencemari pasokan air minum di pulau tersebut, serta mendesak warga agar mengenakan masker dan minum air kemasan.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Satu Korban Meninggal
Pihak berwenang juga mengemukakan keprihatinan mengenai para petugas bantuan yang membawa COVID-19 ke pulau itu, yang sejauh ini terhindar dari penyakit tersebut.
Satu-satunya korban yang dikukuhkan di Tonga dari letusan pada Sabtu (15/1) adalah seorang perempuan Inggris yang tersapu ke laut oleh tsunami.
Letusan itu memicu peringatan tsunami di sebagian besar pesisir barat AS. Dua orang di Peru tenggelam karena gelombang tinggi yang dipicu oleh tsunami.
Advertisement