Liputan6.com, Jakarta - Setiap saat Anda selalu membuka ponsel, memeriksanya ratusan kali sehari meskipun kadang tak jelas apa yang dilihat.
Apakah ini kecanduan smartphone? Dan apakah ada cara yang terbukti untuk mengobatinya?
Advertisement
Baca Juga
Faktanya bahwa pekerjaan, kehidupan sosial, dan hiburan kita menjadi terikat erat dengan perangkat yang kita miliki, dan pandemi telah memperburuk keadaan, demikian dikutip dari laman CNA, Rabu (16/2/2022).
Salah satu survei Pew Research Center yang dilakukan pada April 2021, misalnya menemukan bahwa di antara 81 persen orang dewasa di Amerika Serikat yang menggunakan panggilan video untuk terhubung dengan orang lain sejak awal pandemi, 40 persen mengatakan mereka merasa "lelah" dari panggilan tersebut.
Sementara 33 persen mengatakan, mereka telah mencoba mengurangi jumlah waktu yang mereka habiskan di internet atau di ponsel pintar mereka.
Tidak semua penggunaan smartphone itu buruk. Terkadang, smartphone "membuat kita lebih bahagia, memperkaya, dan menghubungkan kita dengan orang lain," kata Adam Alter, profesor pemasaran dan psikologi di Stern School of Business di New York University.
Tetapi banyak orang ingin mengurangi, dan para ahli mengatakan ada cara yang efektif untuk melakukannya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
3 Penyebab Kecanduan
Penggunaan smartphone yang berlebihan dapat bermanifestasi dalam banyak cara.
Mungkin Anda sering begadang untuk scrolling Instagram atau TikTok. Atau daya pikat smartphone, sehingga membuatnya sulit untuk dijauhkan.
Penggunaan ponsel yang berlebihan tidak secara resmi diakui sebagai kecanduan (atau gangguan penggunaan zat, sebagaimana para ahli menyebutnya) dalam manual resmi gangguan mental American Psychiatric Association.
Tapi "ada semakin banyak spesialis kesehatan mental yang mengakui bahwa orang bisa kecanduan smartphone mereka," kata Dr Anna Lembke, seorang ahli kecanduan dan profesor ilmu psikiatri dan perilaku di Universitas Stanford.
Dr. Lembke mencatat bahwa kecanduan sebagian ditentukan oleh tiga C:
1. Control - Kontrol: Menggunakan zat atau melakukan perilaku (seperti perjudian) dengan cara yang akan dianggap di luar kendali, atau lebih dari yang dimaksudkan.
2. Compulsion - Kompulsi: Menjadi sangat sibuk secara mental dan menggunakannya secara otomatis, tanpa secara aktif memutuskan untuk melakukannya.
3. Consequences - Konsekuensi: Terus digunakan meskipun ada konsekuensi sosial, fisik, dan mental yang negatif.
Â
Advertisement
Cara Menyembuhkannya
Banyak dari kita dapat mengenali beberapa perilaku ini dalam penggunaan telepon kita sendiri.
Dr Alter, di sisi lain, tidak menganggap penggunaan smartphone berlebihan sebagai kecanduan sejati, dan baik dia maupun Dr. Lembke mencatat bahwa ada ketidaksepakatan dalam komunitas kesehatan tentang hal ini. "Saya tidak berpikir itu naik ke tingkat kecanduan medis," kata Dr. Alter.
"Bagi saya ini lebih merupakan penyakit budaya."
Terlepas dari bagaimana Anda mendefinisikannya, kedua ahli mengatakan ada cara untuk mengurangi penggunaan telepon Anda.
Salah satu pendekatan yang ditemukan Dr. Lembke sangat efektif dalam praktik klinisnya adalah dengan sepenuhnya menghindari penggunaan semua benda yang memiliki layar, bukan hanya ponsel, selama satu hari hingga satu bulan. Strategi ini belum dipelajari secara formal pada pasien yang terlalu sering menggunakan benda yang memiliki layar,tetapi bukti penggunaannya dengan jenis kecanduan lain, seperti alkoholisme, menunjukkan bahwa itu bisa efektif.
Berapa lama Anda memutuskan untuk berpuasa akan tergantung pada tingkat penggunaan Anda, kata Dr. Lembke.
Rata-rata orang mungkin memulai dengan puasa 24 jam, misalnya, sementara seseorang dengan kasus penggunaan ponsel yang lebih parah mungkin ingin menghindarinya lebih lama.
Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan COVID-19 Varian Omicron
Advertisement