Liputan6.com, Washington, DC - Gedung Putih menyamut baik keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengundang Presiden Ukraina Volodymr Zelensky ke G20. Amerika Serikat adalah pendukung Ukraina dalam melawan invasi Rusia.
"Kami telah melihat laporan-laporan bahwa Presiden Zelensky telah diundang ke G20 dan kami tentunya menyambut hal tersebut. Seperti yang kamu ketahui Presiden Biden menyebut pada bulan lalu bahwa Ukraina seharusnya dapat berpartisipasi," ujar jubir Gedung Putih.
Advertisement
Baca Juga
Jen Psaki juga menyebut laporan-laporan media terkait undangan Ukraina merupakan hal yang positif.
Lebih lanjut, Psaki mengatakan bahwa Presiden Joe Biden telah menyuarakan agar Rusia tidak diundang ke G20 akibat menyerang Ukraina, namun menjelaskan bahwa keputusan berada di tangan G20.
Gedung Putih juga berjanji akan terus berkomunikasi dengan Indonesia sebagai tuan rumah. Terkait kehadiran Presiden Biden, pihak Gedung Putih masih belum memberi kepastian sebab agenda pertemuan puncak baru G20 terjadi setengah tahun lalu.
"Masih enam bulan lagi, biasanya presiden hadir, tapi saya tidak bisa mengkonfirmasi tentang perjalanan yang masih enam bulan lagi pada saat ini," ucap Jen Psaki.
Undangan Jokowi
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku telah diundang oleh Presiden Jokowi ke acara G20. Hal tersebut diungkap oleh Presiden Zelensky melalui Twitternya. Ia menulis dengan dua bahasa.
"Baru berbicara dengan Presiden Indonesia @jokowi. Berterima kasih kepada dukungan atas integritas kedaulatan dan wilayah, terutama dalam posisi yang jelas di PBB. Keamanan pangan didiskusikan. Menghargai undangan kepada saya ke G20," tulis Presiden Volodymyr Zelensky, dikutip Rabu (27/4).
Isu kedatangan Presiden Zelensky ke Indonesia sebetulnya sudah dibahas sejak beberapa waktu terakhir. Kehadiran Presiden Zelensky tentunya dinantikan oleh negara-negara Barat yang menolak invasi Rusia ke Ukraina.
Sementara, Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan punya niat untuk hadir. Akan tetapi, Kedutaan Besar Rusia belum bisa memberikan konfirmasi pasti.
AS Sempat Walk Out
Sebelumnya, delegasi-delegasi dari Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada memutuskan walk out dari acara G20 di Washington DC saat delegasi dari Rusia angkat bicara. Menteri Keuangan AS Janet Yellen juga ikut dalam aksi ini.
Deputi Perdana Menteri Kanada, Chrystia Freeland, membagikan foto di akun Twitternya ketika para delegasi melakukan walk out. Mantan pemimpin IMF Christine Lagarde juga ikut melakukan hal tersebut.
"Demokrasi-demokrasi di dunia tidak akan diam saja di hadapan agresi Rusia yang berlanjut dan kejahatan-kejahatan perangnya. Hari ini Kanada dan sejumlah mitra-mitra demokrasi kami walk out dari pleno G20 ketika Rusia mencoba untuk intervensi," tulis Freeland, dikutip Kamis (21/4/2022).
Kanselir Inggris Rishi Sunak turut bicara di Twitter bahwa tujuan dari walk out adalah mengecam Rusia yang menyerang Ukraina.
"Kita bersatu dalam pengecaman kita pada perang Rusia melawan Ukraina dan akan mendorong koordinasi internasional yang lebih kuat untuk menghukum Rusia," ujarnya.
Pemimpin IMF Kristalina Georgieva berkata perlu kerja sama untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia, termasuk perang di Ukraina. Namun, ia merasa resah karena kembali menyaksikan peperangan di Eropa.
"Saya bisa bicara secara jujur bahwa saya tidak berpikir saya akan hidup saat peperangan lain di Eropa pada skala yang terjadi saat ini," ujarnya.
Sebelumnya, negara-negara Barat memang sudah memberi ancaman untuk walk out. Janet Yellen malah sempat ingin memboikot forum menteri keuangan dan gubernur bank sentral di G20 tersebut, namun berubah pikiran.
Advertisement
Reaksi Sri Mulyani
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menanggapi santai sikap negara adidaya seperti Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Kanada yang melakukan walk out dari forum pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20.
Pertemuan itu berlangsung di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu 20 April 2022 waktu setempat.
Sri Mulyani mengaku tak terkejut atas aksi negara-negara tersebut. Sebab, mereka telah mengultimatum bakal hengkang dari forum jika Rusia ikut terlibat dalam pertemuan.
"Kami sudah tahu negara G7+ akan melakukan itu saat Rusia berbicara. Jadi itu bukan kejutan bagi kami," kata Sri Mulyani dalam sesi teleconference, Kamis (21/4).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menilai, aksi walk out Inggris dan Amerika Serikat tidak mengganggu kekhidmatan forum G20.
Adapun pertemuan G20 ini memang sengaja membahas soal perang antara Rusia dan Ukraina secara lebih insentif. Pasalnya, banyak negara anggota G20 mendesak Rusia menghentikan serangannya ke Ukraina.
"Para negara anggota mengungkapkan keprihatinan mendalam tentang krisis kemanusiaan, dampak ekonomi dari perang, dan menyerukan agar perang bisa berakhir sesegera mungkin," tutur Sri Mulyani.
Menurut dia, perang kedua negara tetangga tersebut bakal semakin menghambat proses pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Selain itu juga mengancam ketahanan pangan global dan mengakibatkan krisis energi.
"Negara-negara berpenghasilan rendah akan sangat terpengaruh (perang Rusia-Ukraina), karena mereka sudah menghadapi banyak tantangan seperti ruang fiskal yang terbatas dan kerentanan utang yang tinggi," tutur Sri Mulyani.
Dubes China Dukung Indonesia Agar Tak Boikot Rusia di G20
Advertisement