Liputan6.com, Kolombo - Kerusuhan yang menewaskan lima orang dan melukai lebih dari 200 orang terjadi di ruas jalan ibu kota Sri Lanka, Kolombo. Setelah bentrokan berakhir, situasi di Kolombo berangsur kondusif.
Kerusuhan tersebut juga memicu Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa mundur dari jabatannya.
Saat negara Samudra Hindia itu memerangi krisis ekonomi paling parah dalam sejarah, ribuan pengunjuk rasa menentang jam malam. Mereka menyerang tokoh-tokoh pemerintah, membakar rumah, toko, dan tempat usaha milik para anggota dewan partai berkuasa dan politisi daerah.
Advertisement
"Situasinya lebih aman sekarang, meski masih ada laporan soal kerusuhan secara sporadis," kata juru bicara kepolisian, Nihal Thalduwa.
Ia menambahkan, lima orang tewas dalam sejumlah bentrokan dan sekitar 200 orang lainnya terluka saat kekerasan berkecamuk di seluruh negeri. Belum ada penangkapan dalam insiden kekerasan, katanya, menambahkan bahwa tiga orang tewas akibat luka tembak.
Serangan-serangan terhadap tokoh pemerintah itu muncul sebagai balasan atas insiden yang berlangsung beberapa jam sebelum Rajapaksa mundur.
Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan orang-orang yang bentrok setelah pendukung PM Sri Lanka Rajapaksa, kebanyakan bersenjatakan jeruji besi, menyerbu kamp orang-orang yang memprotes pemerintah, memukul mereka, dan membakar tenda-tenda.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
PM Rajapaksa Mundur
Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa telah mengundurkan diri di tengah protes massa atas penanganan pemerintah terhadap krisis ekonomi yang semakin dalam.
Dilansir dari laman BBC, Selasa (26/4/2022), langkah itu dilakukan saat pulau itu diberlakukan jam malam setelah bentrokan keras antara pendukung Rajapaksa dan pengunjuk rasa anti-pemerintah di Kolombo.
Lima orang tewas, termasuk seorang anggota parlemen partai yang berkuasa, dan lebih dari 190 orang terluka dalam kekerasan di ibu kota. Ada protes atas kenaikan harga dan pemadaman listrik sejak bulan lalu. Negara kepulauan itu menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948.
Rajapaksa (76) mengirim surat pengunduran dirinya kepada adiknya, Presiden Gotabaya Rajapaksa, dengan mengatakan dia berharap itu akan membantu menyelesaikan krisis, tetapi langkah itu sangat tidak mungkin memuaskan lawan-lawan pemerintah sementara yang terakhir tetap berkuasa.
Pada Senin malam kantor berita AFP melaporkan bahwa tembakan telah ditembakkan di dalam halaman kediaman perdana menteri ketika polisi berjuang untuk menghentikan pengunjuk rasa agar tidak masuk ke dalam lingkaran keamanan bagian dalam rumah tempat Rajapaksa bersembunyi dengan beberapa loyalis.
Sebelumnya, pasukan anti huru hara polisi dan tentara dikerahkan menyusul kekerasan di luar kantor perdana menteri dan presiden di Kolombo.
Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air ke ratusan pendukung partai yang berkuasa setelah mereka melanggar garis polisi dan menyerang pengunjuk rasa anti-pemerintah menggunakan tongkat dan galah.
Advertisement
Unjuk Rasa
Setelah merobohkan tenda-tenda pengunjuk rasa di luar kediaman Pohon Kuil PM, para pendukung Rajapaksa kemudian menyerbu kamp "Harus pulang" terdekat di kawasan pejalan kaki.
"Kami dipukul, media dipukul, perempuan dan anak-anak dipukul," kata seorang saksi.
Tepat di luar ibu kota di kota Nittambuwa, polisi mengatakan ribuan pengunjuk rasa mengepung mobil seorang anggota parlemen dari partai yang memerintah. Dia melepaskan tembakan, menewaskan satu orang.
Anggota parlemen itu sendiri kemudian ditemukan tewas, begitu juga pengawalnya, kata polisi kepada AFP.
Anggota parlemen lain di kota selatan Weeraketiya juga menembaki pengunjuk rasa di rumahnya, menewaskan dua orang dan melukai lima lainnya.Massa membakar beberapa properti politisi partai yang berkuasa dan pejabat pemerintah lokal diserang, menurut laporan.
Sejak demonstrasi meletus pada awal April, pengunjuk rasa telah berkemah dengan berisik tapi damai di luar kantor Presiden Rajapaksa di Galle Face Green, menuntut dia mundur.Orang-orang marah karena biaya hidup menjadi tidak terjangkau.
Cadangan mata uang asing Sri Lanka hampir habis, dan tidak mampu lagi membeli barang-barang penting termasuk makanan, obat-obatan dan bahan bakar.
Keadaan Darurat
Sebelumnya, Presiden Sri Lanka telah mengumumkan keadaan darurat untuk kedua kalinya dalam lima minggu, memberikan pasukan keamanan kekuatan besar ketika pemogokan nasional oleh demonstran yang marah melumpuhkan negara itu.
Seorang juru bicara Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mengatakan dia meminta undang-undang darurat pada hari Jumat untuk "memastikan ketertiban umum" setelah toko-toko ditutup dan transportasi umum dihentikan oleh aksi mogok, membuat negara berpenduduk 22 juta orang itu terhenti setelah berminggu-minggu kerusuhan.
Polisi menembakkan gas air mata dan menggunakan meriam air pada hari sebelumnya untuk membubarkan mahasiswa yang berusaha menyerbu parlemen nasional untuk menuntut Rajapaksa mengundurkan diri, demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (7/5/2022).
Keadaan darurat memberikan kekuatan kepada pasukan keamanan untuk menangkap dan memenjarakan tersangka untuk waktu yang lama tanpa pengawasan yudisial. Kekuatan darurat juga memungkinkan pengerahan pasukan untuk menjaga hukum dan ketertiban selain polisi.
Advertisement