Liputan6.com, Moskow - Invasi Rusia ke Ukraina berdampak ke banyak sektor selain sanksi dari Barat. Salah satunya hengkangnya banyak perusahaan negara asing dari Negeri Beruang Merah tersebut.
Belum lama ini, restoran waralaba cepat saji McDonald's Corp menjual restorannya di Rusia.
Baca Juga
Mengutip VOA Indonesia, Senin (23/5/2022), McDonald's Corp menjual restorannya kepada salah satu pemegang lisensi lokal yang akan membuka kembali usaha tersebut dengan nama baru. Langkah tersebut merupakan rebranding paling terkenal sejauh ini dari sejumlah perusahaan yang hengkang dari Rusia.
Advertisement
Sejumlah merek Barat mengatakan mereka berniat untuk keluar dari pasar Rusia untuk menghindari agresi Rusia di negara tetangga Ukraina.
Selain McDonald's yang akan muncul dengan nama baru di Rusia, berikut beberapa nama baru yang kabarnya telah muncul:
Akuntansi dan Konsultan
Perusahaan akuntansi dan konsultan "Empat Besar" dunia telah memutuskan hubungan dengan Rusia. Namun dalam tiga kasus, cabang Rusia perusahaan-perusahaan tersebut telah berganti nama.
PricewaterhouseCoopers (PwC) mengatakan perusahaan penerus kantor cabangnya di Rusia akan disebut sebagai Technologies of Trust.
"Meskipun butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan mengembangkan reputasi yang sempurna, hal itu dapat dirusak dalam semalam," kata Technologies of Trust.
Sementara eks bisnis Deloitte di Rusia menjadi "Business Solutions and Technologies, menurut pengajuan peraturan pada 18 Mei yang dilakukan oleh salah satu klien utama dari Rusia, operator seluler MTS.
Sementara EY, eks bisnis unit Rusianya telah diluncurkan kembali dengan nama Audit Technologies and Solutions Centre - Audit Services, menurut situs webnya.
KPMG mengatakan pada Maret, sebanyak 4.500 mitra dan stafnya di Rusia dan Belarus akan meninggalkan jaringan KPMG.
"Semua aspek formal interaksi akan dikerjakan dengan setiap klien secara individual," katanya pada 7 Maret, tanpa mengatakan apakah bisnis akan diluncurkan kembali di bawah kepemilikan Rusia.
PwC tidak memiliki komentar lebih lanjut. Deloitte, EY dan KPMG tidak segera menanggapi pertanyaan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perusahaan Hukum Hingga Pakaian
Perusahaaan Hukum, Asuransi
Asuransi Zurich mengatakan pada 20 Mei bahwa pihaknya telah setuju untuk menjual bisnis cabang Rusianya kepada anggota tim lokal, yang akan mengoperasikan bisnis dengan merek yang berbeda. Namun nama barunya belum diungkapkan.
Unit Rusia dari firma hukum Bryan Cave Leighton Paisner diluncurkan kembali di bawah manajemen Rusia pada 6 April sebagai ALUMNI Partners.
Perumahan
Raksasa real estate komersial CBRE meninggalkan Rusia, mengakhiri kemitraannya dengan dua perusahaan afiliasi di sana. Mantan unit Rusia CBRE mengatakan manajer yang ada akan mengambil alih bisnis, yang akan beroperasi sebagai CORE:XP.
Otomotif
Produsen mobil Prancis Renault akan menjual saham mayoritasnya di perusahaan pembuat mobil Avtovaz ke lembaga sains Rusia, dengan angka transaksi yang dilaporkan hanya satu rubel. Namun terdapat opsi untuk membelinya kembali enam tahun, membiarkan pintu terbuka bagi Renault untuk kembali memasuki Rusia.
Pabrik Renault Russia di Moskow akan berhenti membuat Renault dan berganti nama menjadi Moscow Automobile Factory Moskvich, menghidupkan kembali merek Moskvich, yang terakhir muncul pada mobil baru Rusia pada dua dekade lalu.
Pakaian
Perusahaan ritel Polandia LPP mengatakan pada 19 Mei telah memutuskan untuk menjual perusahaan Rusia, RE Trading, ke konsorsium China, dengan "tidak ada hak apa pun untuk menggunakan nama dagang dan merek dagang dari merek pakaian yang dimiliki oleh LPP.”
Kantor berita TASS melaporkan bahwa papan nama sebelumnya secara bertahap akan diganti dengan logo baru. Gambar di media sosial pada 20 Mei menunjukkan salah satu toko LPP Sinsay sudah menampilkan merek baru - Sin.
Advertisement
PBB: Lebih dari 100 Juta Orang Terpaksa Mengungsi Akibat Perang Rusia-Ukraina
Sementara itu, perang Rusia di Ukraina telah mendorong jumlah pengungsi paksa di seluruh dunia di atas 100 juta untuk pertama kalinya, kata PBB, Senin (23 Mei).
"Jumlah orang yang terpaksa melarikan diri dari konflik, kekerasan, pelanggaran hak asasi manusia, dan penganiayaan kini telah melampaui angka 100 juta untuk pertama kalinya dalam catatan, didorong oleh perang di Ukraina dan konflik mematikan lainnya," kata UNHCR, Badan Pengungsi PBB.
Angka yang "mengkhawatirkan" itu harus mengguncang dunia untuk mengakhiri konflik yang memaksa sejumlah besar orang meninggalkan rumah mereka sendiri, kata UNHCR dalam sebuah pernyataan. Demikian seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Senin (23/5/2022).
UNHCR mengatakan jumlah orang yang dipindahkan secara paksa meningkat menjadi 90 juta pada akhir tahun 2021, didorong oleh kekerasan di Ethiopia, Burkina Faso, Myanmar, Nigeria, Afghanistan, dan Republik Demokratik Kongo.
Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari dan sejak itu, lebih dari delapan juta orang telah mengungsi di dalam negeri, sementara lebih dari enam juta pengungsi telah melarikan diri melintasi perbatasan.
"Seratus juta adalah angka yang mencolok - serius dan mengkhawatirkan dalam ukuran yang sama. Ini rekor yang seharusnya tidak pernah dibuat," kata kepala UNHCR Filippo Grandi.
"Ini harus menjadi peringatan untuk menyelesaikan dan mencegah konflik yang merusak, mengakhiri penganiayaan, dan mengatasi penyebab mendasar yang memaksa orang yang tidak bersalah meninggalkan rumah mereka."
Krisis Kemanusiaan
Angka 100 juta berjumlah lebih dari satu persen dari populasi global, sementara hanya 13 negara yang memiliki populasi lebih besar daripada jumlah orang yang dipindahkan secara paksa di dunia.
Angka tersebut menggabungkan pengungsi, pencari suaka, serta lebih dari 50 juta orang yang mengungsi di dalam negara mereka sendiri.
"Tanggapan internasional terhadap orang-orang yang melarikan diri dari perang di Ukraina sangat positif," kata Grandi.
"Belas kasih itu hidup dan kami membutuhkan mobilisasi serupa untuk semua krisis di seluruh dunia. Tetapi pada akhirnya, bantuan kemanusiaan adalah paliatif, bukan obat.
"Untuk membalikkan tren ini, satu-satunya jawaban adalah perdamaian dan stabilitas sehingga orang yang tidak bersalah tidak dipaksa untuk bertaruh antara bahaya akut di rumah atau pelarian berbahaya dan pengasingan."
UNHCR akan menguraikan data lengkap tentang pemindahan paksa pada tahun 2021 dalam Laporan Tren Global tahunannya, yang akan dirilis pada 16 Juni.
Advertisement