Ukraina: Laporan Amnesty International Picu Kemarahan

Kepala Amnesty International cabang Ukraina, Oksana Pokalchuk, telah mengundurkan diri.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Agu 2022, 09:02 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2022, 09:02 WIB
FOTO: Tanda Perdamaian Raksasa dari Belgia untuk Perang di Ukraina
Bendera Ukraina berkibar ditiup angin saat tanda perdamaian raksasa dipasang para demonstran jelang KTT Uni Eropa dan NATO di Brussels, Belgia, 22 Maret 2022. Pengunjuk rasa meminta para pemimpin Uni Eropa memberlakukan larangan penuh terhadap bahan bakar Rusia. (AP Photo/Geert Vanden Wijngaert)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Amnesty International cabang Ukraina, Oksana Pokalchuk, telah mengundurkan diri.

Pokalchuk mengatakan organisasi HAM itu menghentikan langkahnya karena menentang penerbitan sebuah laporan yang mengklaim pasukan Ukraina telah membuat warga sipil terpapar serangan Rusia dengan memposisikan pasukan di wilayah yang padat penduduknya.

Dalam pernyataan yang dirilis Jumat (5/8) malam, Pokalchuk menuduh organisasi itu mengabaikan keprihatinan para anggota staf lokal yang telah mendesak agar laporan itu digarap ulang.

Laporan yang dirilis Kamis (4/8) itu memicu kecaman keras dari para pejabat tinggi Ukraina, yang menuduh para penulisnya menyamakan aksi defensif militer Ukraina dengan taktik invasi Rusia.

Rusia membenarkan serangan terhadap wilayah sipil dengan menuduh bahwa para pejuang Ukraina telah menempatkan posisi tembak di lokasi-lokasi itu.

Sekjen NATO Ungkap Bahaya Jika Rusia Menang di Ukraina

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengungkap bahaya jika invasi Rusia berhasil di Ukraina. Kemenangan Rusia bisa meningkatkan selera Rusia untuk terus melakukan kekerasan terhadap negara-negara lain.

Dilansir VOA Indonesia, Jumat (5/8/2022), Jens Stoltenberg mengatakan NATO memiliki tanggung jawab moral untuk mendukung Ukraina dan rakyat Ukraina yang telah menjadi sasaran perang agresi.

“Kita melihat tindakan perang, serangan terhadap warga sipil dan penghancuran yang tidak terlihat sejak Perang Dunia II,” kata Stoltenberg, menurut pernyataannya yang dilansir NATO. “Kita tidak dapat acuh tak acuh terhadap hal ini.”

Stoltenberg mengatakan dunia akan menjadi tempat yang lebih berbahaya jika Presiden Rusia Vladimir Putin mendapatkan apa yang ia inginkan melalui penggunaan kekuatan militer. “Jika Rusia menang perang ini, ia akan mendapatkan pengukuhan bahwa kekerasan membuahkan hasil. Kemudian negara-negara tetangga lainnya mungkin menjadi sasaran berikutnya,” ujarnya.

Militer Ukraina, Kamis (4/8) mengatakan pasukan Rusia telah menggempur banyak daerah di Ukraina, termasuk di sekitar Kharkiv, Slovyansk dan Chernihiv.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pasukan Ukraina menggunakan rudal dan serangan artileri terhadap “kubu-kubu militer Rusia, klaster personel, pangkalan pendukung logistik dan gudang amunisi.” Menurut pernyataan kementerian itu, serangan-serangan semacam itu kemungkinan besar berdampak tinggi terhadap upaya Rusia untuk menambah pasokan dan mendukung pasukannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pernyataan G7

Bendera dukungan terhadap Ukraina di tengah perang dengan Rusia.
Bendera dukungan terhadap Ukraina di tengah perang dengan Rusia. (AFP/Fabrice Coffrini)

Menteri-menteri luar negeri dari negara-negara anggota kelompok G7 mengeluarkan pernyataan hari Rabu malam (3/8) yang mengatakan mereka sedang mencari cara untuk “mencegah Rusia mengambil keuntungan dari perang agresinya dan untuk membatasi kemampuan Rusia melancarkan perang.”

Seraya menyebut upaya-upaya untuk secara bertahap mengakhiri penggunaan energi Rusia, para menteri mengatakan mereka akan mencari langkah-langkah untuk mengurangi jumlah uang yang diperoleh Rusia dari ekspor energinya, sambil berupaya menstabilkan pasar energi global dan mencegah dampak ekonomi merugikan terhadap negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

“Kami tetap berkomitmen untuk mempertimbangkan serangkaian pendekatan, termasuk opsi-opsi untuk melarang secara komprehensif semua layanan yang memungkinkan pengangkutan minyak mentah dan produk-produk minyak Rusia melalui laut secara global, kecuali minyak itu dibeli pada harga atau di bawah harga yang akan disepakati dalam konsultasi dengan mitra-mitra internasional,” kata pernyataan itu.

Di New York, Sekjen PBB Antonio Guterres, Rabu (3/8) mengatakan kepada wartawan bahwa organisasi itu kini sedang mencari cara-cara untuk meredakan krisis energi global yang disebabkan oleh perang.

PBB: Ada Perkembangan di Isu Gandum

Aksi Solidaritas untuk Rakyat Ukraina di Depan Kedubes Rusia
Masyarakat dari "Solidaritas untuk Rakyat Ukraina" membawa bendera Rusia dan Ukrainan di depan Kedubes Rusia, Jakarta, Jumat (4/3/2022). Mereka menyerukan kepada Dubes Rusia di Indonesia untuk bersuara menghentikan serangan yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Guterres mengatakan sewaktu perundingan untuk memulai kembali pengiriman biji-bijian dari Ukraina menunjukkan sedikit hasil, harga gandum dan pupuk mulai turun dan kini berada pada kisaran sebelum invasi. “Tetapi ini tidak berarti harga roti di toko sama dengan harga sebelum perang,” katanya memperingatkan seraya menyebut tentang tingkat inflasi global.

Guterres berharap dapat menenangkan pasar energi dalam mengantisipasi bahwa suatu kesepakatan dapat dicapai di mana pasokan akan melampaui permintaan. “Untuk itu, ada dua hal yang sangat mendasar,” katanya. “Satu, mengurangi konsumsi sebanyak mungkin. Dan kedua, berharap besar pada investasi yang kuat dalam energi terbarukan,” imbuhnya.

Pemimpin PBB itu mengkritik apa yang ia sebut sebagai “keserakahan aneh” perusahaan-perusahaan minyak dan gas yang keuntungannya sangat besar dengan adanya krisis energi.

“Tidaklah bermoral bagi perusahaan minyak dan gas untuk menarik keuntungan yang mencapai rekor dari krisis energi ini dengan mengorbankan orang dan masyarakat termiskin, dan dengan kerugian sangat besar terhadap iklim,” katanya. Ia mendesak pemerintah negara-negara agar memungut pajak atas keuntungan itu dan menggunakan hasilnya untuk jaring pengaman sosial.

Gandum Ukraina Tiba di Perairan Turki, Bakal Diperiksa Lalu ke Lebanon

Bendera Ukraina dan Rusia. (Xinhua/Kantor Berita Belta)
Bendera Ukraina dan Rusia. (Xinhua/Kantor Berita Belta)

Sebelumnya dilaporkan, kapal gandum pertama yang meninggalkan Ukraina sejak invasi Rusia telah tiba di selat Bosphorus Turki.

Razoni, yang membawa 26.000 ton jagung, akan diperiksa pada Rabu (3/8) pagi sebelum melanjutkan perjalanannya ke Lebanon. 

Rusia telah memblokade pelabuhan Ukraina sejak menginvasi pada Februari, mengintensifkan kekurangan pangan global.

Berdasarkan ketentuan kesepakatan yang ditengahi oleh Turki dan PBB bulan Juli lalu, kedua belah pihak telah sepakat pengiriman dapat dilanjutkan.

Ukraina mengatakan kapal angkatan lautnya akan memandu kapal kargo melalui perairan tersebut.

Dalam pidato malamnya yang biasa pada hari Selasa, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan dia ingin melihat ekspor biji-bijian menjadi teratur lagi.

"Tujuan kami sekarang adalah memiliki keteraturan: sehingga ketika satu kapal meninggalkan pelabuhan, ada kapal lain - baik yang memuat maupun yang mendekati pelabuhan," katanya.

Selain mengurangi kekurangan pangan di tempat lain, ia berharap ekspor akan mendorong petani Ukraina untuk menabur benih untuk musim depan.

"Ini adalah masalah ketahanan pangan untuk negara kita juga - kita sekarang memastikan tahun depan."

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya