Liputan6.com, Johor- Seorang awak kapal nelayan ditemukan selamat, berpegangan pada drum minyak plastik biru, sekitar 14 jam setelah dilaporkan hilang di perairan Malaysia.
Direktur Kawasan Maritim Mersing, Komandan Maritim Khairul Nizam Misran mengatakan, korban yang merupakan warga Indonesia bernama Catur ditemukan oleh kapal nelayan PL 87 yang ikut dalam “Op Carilamat”. Sekitar 10 mil laut selatan Pulau Sibu, Malaysia, Senin 3 Oktober 2022 sekitar pukul 10.30.
Baca Juga
Dia mengatakan Catur, 40, yang terakhir terlihat di kapal hanya mengenakan celana hijau, diyakini telah jatuh dan hanyut 9,3 mil laut dari lokasi di mana dia dilaporkan hilang sekitar pukul 8 malam kemarin.
Advertisement
"Korban kemudian dibawa ke Dermaga Kawasan Maritim Tanjung Sedili di Kota Tinggi untuk menjalani perawatan dan tindakan," katanya dalam keterangan seperti dikutip dari Bernama, Rabu (5/10/2022).
Sebelumnya, Zona Maritim Mersing menerima laporan dari pemilik kapal nelayan, Kuek Ho Hwa, 66, tentang kejadian sebelum “Op Carilamat” kelar Minggu 2 Oktober sekitar pukul 23.50.
Operasi pencarian dan penyelamatan tersebut melibatkan kapal Kilat 14 dari KKP Mersing, kapal RH 32 polisi Laut, dan kapal PTL 21 dan PL 87 dari Dinas Perikanan yang melibatkan 30 anggota, dengan luas pencarian 86 mil laut persegi meliputi perairan tenggara Pulau Sibu.
Masyarakat diingatkan untuk menyalurkan informasi apapun tentang insiden dan keadaan darurat di laut melalui jalur darurat MERS 999 pusat operasi Maritim Johor di 07-2199401.
Kisah Remaja Sulawesi Terombang-ambing 49 Hari di Laut hingga ke Jepang
Sebelumnya, seorang remaja asal Indonesia terombang-ambing di laut selama 49 hari. Ia selamat, berkat bertahan hidup dengan meminum air laut dan memasak ikan di atas kayu yang diambil dari kapalnya.
Kisah luar biasa remaja Indonesia bertahan hidup di laut itu bermula pada 14 Juli 2018 lalu.
Dikutip dari BBC, Senin (24/9/2018), remaja itu diketahui bernama Aldi Novel Adilang. Ia tengah berada di dalam rakit, 125 km (77 mil) di lepas pantai Indonesia ketika angin kencang menyebabkan tambatannya patah, lalu membuat pemuda 19 tahun itu terkatung-katung di lautan.
"Saudara Aldi Novel Adilang hanyut ke perairan Guam sejak tanggal 14 Juli 2018 karena rakitnya lepas akibat derasnya arus saat itu. Yang bersangkutan bekerja sebagai penjaga lampu di Rompong (penangkaran ikan di laut) yang terletak sekitar 125 km dari pesisir utara Manado," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal dalam keterangan singkatnya, Senin (24/9/2018).
Adilang berhasil mengirim sinyal radio darurat setelah melihat kapal Panama, MV Arpeggio di dekatnya. Dia pun dijemput oleh armada tersebut di perairan Guam.
Menurut pernyataan dari Konsulat Jenderal Indonesia di Osaka, yang diunggah di halaman Facebook mereka, kapten kapal menghubungi penjaga pantai Guam yang menginstruksikan kru untuk membawanya ke Jepang, tujuan kapal.
Adilang akhirnya tiba di Jepang pada 6 September.
"Pada tanggal 31 Agustus 2018, pukul 09.45 waktu setempat, yang bersangkutan diselamatkan oleh kapal Kargo Panama MV Arpeggio dan dibawa merapat ke Pelabuhan Tokuyama, Yamaguchi pada tanggal 6 September 2018," imbuh Iqbal.
Ia kemudian dipulangkan ke Indonesia dua hari kemudian.
"Pasca ketibaan di Pelabuhan Tokuyama, telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh Japan Coast Guard, yang bersangkutan dinyatakan sehat serta dapat dipulangkan ke negara asal."
"Selanjutnya pada tanggal 8 September 2018, KJRI Osaka telah memfasilitasi kepulangan yang bersangkutan ke Tanah Air menggunakan GA 0889 dan tiba di Manado (daerah asal) pada tanggal 9 September 2018 pukul 10.20 WITA," papar Iqbal.
Kini Adilang telah bersatu kembali dengan keluarganya.
Advertisement
66 Hari Terombang-ambing di Laut, Pria Ini Selamat dari Maut
Bicara soal terombang-ambing, nasib pria asal Amerika Serikat ini juga boleh dikatakan beruntung. Setelah 66 hari terombang-ambing di Samudera Atlantik, lelaki bernama Louis Jordan ditemukan selamat, meski mengalami cedera.
"Aku kira dia sudah tiada," ujar sang ayah berkomentar soal Louis Jordan, seperti dikutip dari CNN, Sabtu (4/4/2015).
Awalnya, Louis memancing di laut kawasan South Carolina, Amerika Serikat pada akhir Januari 2015 lalu. Namun badai menerjang dan menghantam perahu layarnya.
Pria 37 tahun itu mencoba menjaga agar perahunya tidak terbalik, tapi derasnya gelombang telah membuat kendaraannya itu rusak. Namun demikian, Louis tetap bertahan.
"Saat itu, semua barang bawaanku rusak, ponsel, alat elektronik dan GPS juga rusak," ujar Jordan yang mengalami patah tulang pada bagian bahu karena menahan perahu terbalik.
Berbekal air hujan yang ditampung di botol minum dan ikan-ikan sebagai penganan harian, lelaki itu bisa tetap hidup menghadapi terpaan ombak selama sekitar dua bulan di lautan.
"Aku coba menampung air hujan di atas perahu rusak. Tapi lagi-lagi ombak itu masuk ke perahu, air hujan bercampur air laut lagi. Sulit sekali minum air tawar," ujar Louis. "Tapi aku tak kehabisan akal. Aku kumpulkan air hujan ke dalam galon."
Rintangan tak hanya sampai di situ. Louis juga sempat kesulitan mendapatkan makanan. Memang banyak ikan di sekitarnya, tapi hewan itu sulit ditangkap. Louis kemudian dapat ide ketika membilas bajunya yang kotor di lautan.
"Saat aku membilas pakaian, ikan-ikan itu malah masuk ke bajuku. Sejak itu, aku mulai makan ikan dengan cara itu," kata pria beruntung tersebut.
Louis pada akhirnya ditemukan oleh kapal berbendera Jerman di North Carolina baru-baru ini. Ia kemudian dibawa pulang dengan menggunakan kapal Negeri Paman Sam. Setibanya, Louis langsung dirawat di Rumah Sakit Sentara Norfolk.
"Dia memang orang yang tangguh, baik secara fisik maupun spiritual. Saat baru ditemukan, dia mengaku terus berdoa agar selamat," ujar Frank Jordan, sang ayah.
Terombang-ambing di Perairan Malaysia 5 Hari, 51 WNI Diselamatkan
Sebelumnya, sebuah kapal reyot yang membawa puluhan penumpang terombang-ambing di perairan Malaysia. Para penumpangnya adalah warga negara Indonesia (WNI).
"Sebanyak 51 warga Indonesia yang terombang-ambing di laut selama 5 hari. Setelah mesin di perahu reyot mereka rusak. Mereka telah diselamatkan oleh pemerintah Malaysia," demikian dikutip Liputan6.com dari Channel News Asia, Minggu (5/1/2013).
Sementara itu The Star melaporkan, 34 penumpang berjenis kelamin laki-laki. 14 Lainnya perempuan, dan 3 anak termasuk seorang bayi perempuan berusia 2 bulan. Mereka diperkirakan melaut dengan perahu nelayan itu pada tanggal 28 Desember 2013. Mereka diyakini mencoba menyelinap keluar dari Malaysia untuk kembali ke pulau Sumatera Indonesia.
"Tapi kapal mengalami masalah mesin dan terombang-ambing sampai personil maritim Malaysia melihatnya pada hari Kamis 2 Januari 2014, di bagian utara Perak," tulis The Star terkait peristiwa itu.
"Para imigran dalam kondisi lemah karena kelaparan dan terguncang oleh cuaca buruk selama di perahu," ucap Razak Johan, seorang pejabat Badan Penegakan Maritim Malaysia seperti dimuat The Star.
Kini 51 orang penumpang WNI yang terdampar di laut Malaysia itu sedang diselidiki, terkaait percobaan kabur dari Malaysia secara ilegal.
Sekitar 2 juta orang miskin di Indonesia dan dari negara-negara regional lainnya diperkirakan bekerja secara ilegal di perkebunan Malaysia, konstruksi, pabrik dan sektor pekerjaan lain. Mereka sering menggunakan perahu reyot untuk menyelinap keluar dan masuh dari negara Asia Tenggara. Sejak itu pula sering terjadi kecelakaan di laut.
Seperti pada bulan Agustus 2013, 7 WNI meninggal dan 4 lainnya berhasil diselamatkan saat kapal mereka tenggelam di perairan Malaysia dalam perjalanan pulang untuk merayakan Idul Fitri. Sedangkan 33 lainnya dinyatakan hilang.
Advertisement