Liputan6.com, Moskow - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada Selasa (11 Oktober) bahwa Moskow terbuka untuk melakukan diskusi dengan Barat mengenai perang di Ukraina. Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh pihak Washington karena Rusia terus menyerang kota-kota Ukraina.
Dilansir Channel News Asia, Rabu (12/10/2022), dalam sebuah wawancara di televisi pemerintah, Lavrov mengatakan Rusia bersedia untuk terlibat dengan Amerika Serikat atau dengan Turki tentang cara untuk mengakhiri perang. Tetapi, ia justru mengatakan pihaknya belum menerima proposal serius untuk bernegosiasi.
Baca Juga
Lavrov menyebut bahwa para pejabat, termasuk juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby, mengatakan Amerika Serikat terbuka untuk pembicaraan tetapi Rusia menolak.
Advertisement
"Ini bohong," kata Lavrov.
"Kami belum menerima tawaran serius untuk melakukan kontak," tegasnya lagi.
Di sisi seberang, Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan Washington tidak begitu yakin bahwa Rusia dapat membuat ajakan berdialog secara resmi karena komentar Lavrov datang beberapa jam setelah serangan rudal Rusia yang menewaskan warga sipil di Ukraina.
"Kami melihat ini sebagai sikap. Kami tidak melihat ini sebagai tawaran konstruktif dan sah untuk terlibat dalam dialog dan diplomasi yang mutlak diperlukan untuk mengakhiri perang agresi brutal ini," kata Price dalam jumpa pers reguler.
Dialog Damai
Pembicaraan untuk mengakhiri perang pada akhirnya harus terjadi antara Ukraina dan Rusia, Price menambahkan.
"Jika Rusia ingin memberi sinyal bahwa mereka serius tentang dialog dan diplomasi... mungkin langkah pertama yang baik adalah menghentikan jenis serangan brutal yang diikuti dengan apa yang tampaknya tidak lebih dari kata-kata kosong," katanya.
Lavrov juga mengatakan Rusia tidak akan menolak pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden AS Joe Biden di KTT G20 pada pertengahan November di Indonesia, dan akan mempertimbangkan proposal tersebut jika diterima.
"Kami telah berulang kali mengatakan bahwa kami tidak pernah menolak pertemuan. Jika ada proposal, maka kami akan mempertimbangkannya," kata Lavrov.
Advertisement
Turki Bakal Jadi Penengah?
Mengomentari kemungkinan bahwa Turki dapat menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan dialog antara Rusia dan Barat, Lavrov mengatakan Moskow akan bersedia mendengarkan saran apa pun tetapi tidak dapat mengatakan sebelumnya apakah ini akan membuahkan hasil.
Dia mengatakan Presiden Turki Tayyip Erdogan akan memiliki kesempatan untuk mengajukan proposal kepada Presiden Rusia Vladimir Putin ketika keduanya mengunjungi Kazakhstan minggu ini.
Lavrov mencatat bahwa pembicaraan langsung antara Rusia dan Ukraina telah gagal pada akhir Maret.
Hal tersebut diperkuat lantaran Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah mengesampingkan pembicaraan dengan Putin setelah Rusia mengklaim pencaplokan bulan lalu atas empat wilayah Ukraina yang sebagian didudukinya.
Kemungkinan Dialog AS-Rusia
Kemungkinan adanya dialog antara Presiden Joe Biden dan Vladimir Putin juga ditegaskan oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva.
"Respons dari Kremlin terkait hal itu, tentang permintaan pertemuan antara Biden dan Putin, kami akan mempertimbangkannya. Hanya itu yang bisa saya sampaikan untuk saat ini," kata Dubes Lyudmila.
Advertisement