Utusan PBB: Rusia Beri Pasukan 'Obat Kuat' untuk Perkosa Warga Ukraina

Utusan PBB Pramila Patten mengatakan bahwa pemerkosaan dan serangan seksual yang dikaitkan dengan pasukan Moskow di Ukraina adalah bagian dari "strategi militer" Rusia, demikian lapor AFP pada Sabtu.

oleh Hariz Barak diperbarui 17 Okt 2022, 09:02 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2022, 09:02 WIB
Pasukan Ukraina Pukul Mundur Tentara Rusia dari Wilayah Kharkiv
Seorang tentara Ukraina berdiri di atas bendera Rusia di Izium, wilayah Kharkiv, Ukraina, 13 September 2022. Pasukan Rusia tampak meninggalkan Kota Izium dan Svatove di Luhansk usai pasukan Ukraina memulai serangan baru ke arah timur melalui Kharkiv. (AP Photo/Kostiantyn Liberov)

Liputan6.com, Kiev - Utusan PBB Pramila Patten mengatakan bahwa pemerkosaan dan serangan seksual yang dikaitkan dengan pasukan Moskow di Ukraina adalah bagian dari "strategi militer" Rusia, demikian lapor AFP pada Sabtu.

Ini adalah "taktik yang disengaja untuk merendahkan para korban", kata Pramila Patten kepada AFP dalam sebuah wawancara, dikutip dari the Hindustan Times, Minggu (16/10/2022).

"Ketika Anda mendengar perempuan bersaksi tentang tentara Rusia yang dilengkapi dengan Viagra, itu jelas merupakan strategi militer," kata perwakilan khusus PBB untuk kekerasan seksual.

Sepanjang pekan ini, dalam serangan rudal terkoordinasi terbesarnya, serangan Rusia menargetkan infrastruktur sipil di Ukraina ketika Moskow melanjutkan serangan balasan yang luas menyusul ledakan pekan lalu yang merusak jembatan yang menghubungkan Rusia ke Krimea.

Sementara itu, orang-orang bersenjata menembak mati sebelas orang di tempat latihan militer Rusia pada Sabtu, kata kementerian pertahanan. Lima belas orang lainnya terluka di kamp di Soloti, dekat dengan perbatasan Ukraina dalam pukulan terbaru terhadap pasukan Presiden Vladimir Putin sejak invasi ke Ukraina.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penembakan di Fasilitas Pelatihan Militer Rusia

FOTO: Tentara Ukraina Gempur Posisi Rusia Pakai Senjata AS
Tentara Ukraina memindahkan howitzer M777 yang dipasok Amerika Serikat (AS) ke posisi untuk menembaki posisi Rusia di wilayah Donbas, Ukraina, 18 Juni 2022. (AP Photo/Efrem Lukatsky)

Setidaknya 11 orang telah tewas setelah serangan di tempat latihan militer Rusia pada Sabtu 15 Oktober 2022.

Selama sesi pelatihan senjata api, dua pria menembaki sekelompok orang yang secara sukarela berperang di Ukraina, kantor berita milik negara RIA Novosti melaporkan, dikutip dari MSN News, Minggu (16/10/2022).

Para penyerang itu berasal dari bekas republik Soviet, kata kementerian pertahanan Rusia, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Mereka juga ditembak mati selama insiden di wilayah Belgorod Rusia, yang berbatasan dengan Ukraina.

Sebanyak 15 orang lainnya luka-luka.

"Selama sesi pelatihan senjata api dengan individu yang secara sukarela menyatakan keinginan untuk berpartisipasi dalam operasi militer khusus [melawan Ukraina], para teroris melepaskan tembakan dengan senjata kecil pada personel unit," kata Ria mengutip pernyataan kementerian pertahanan.

"Akibat penembakan itu, 11 orang terluka parah. 15 orang lainnya dengan luka dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda dibawa ke fasilitas medis," katanya.

 


Mobilisasi 300 Ribu Pasukan Sipil Rusia

FOTO: Persiapan Pasukan AS Sebelum Ditempatkan ke Polandia
Anggota Divisi Lintas Udara ke-82 Angkatan Darat AS berjalan di landasan Lapangan Paus menjelang penempatan ke Polandia dari Fort Bragg, AS, 14 Februari 2022. Mereka termasuk di antara tentara AS yang dikirim untuk NATO karena khawatir Rusia akan menyerang Ukraina. (AP Photo/Nathan Posner)

Bulan lalu Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi 300.000 orang Rusia yang sebelumnya telah melakukan wajib militer.

Perintah itu memicu protes di seluruh Rusia, dan gelombang orang yang berusaha meninggalkan negara itu.

Menteri pertahanan Sergei Shoigu mengumumkan pada awal Oktober bahwa lebih dari 200.000 cadangan telah direkrut.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya